Berusia 23 Tahun, PAN Wajib Perhatikan 2 Hal Ini

Senin, 23 Agustus 2021 - 11:42 WIB
loading...
Berusia 23 Tahun, PAN...
Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan mengikuti halal bihalal secara virtual dengan kader PAN di Jakarta, Kamis (28/5/2020). FOTO/DOK.SINDOnews/YULIANTO
A A A
JAKARTA - Partai Amanat Nasional (PAN) hari ini genap berusia 23 tahun. Nah, setelah ditinggalkan Amien Rais, PAN kini dinilai sebagai partai nasionalis.

"Setelah 2019 dengan perolehan sebenarnya tidak terlalu memuaskan cuma lumayan lah, PAN itu ternyata sekarang di mata publik lebih ke tengah," kata Direktur Eksekutif Lembaga Survei KedaiKOPI, Kunto Adi Wibowo kepada SINDOnews, Senin (23/8/2021).

Kunto menilai ada dua pilar partai politik di Indonesia, yaitu partai nasionalis dan partai Islam. Selama ini, kata dia, PAN dicap sebagai Partai Islam karena dekat dengan Muhammadiyah.

Baca juga: Jokowi: Saya Percaya PAN Selalu Istiqomah Usung Obor Reformasi

"Namun ternyata seiring perkembangan zaman, apalagi setelah Amien Rais keluar dan mendirikan Partai Ummat, ini ada pergeseran memang, PAN bahkan dianggap sebagai partai nasionalis justru daripada partai agama," tuturnya.

Menurut dia, posisi partai nasionalis itu agak berat bagi PAN walaupun ceruk pemilihnya lebih besar daripada Partai Islam. "Tapi justru basis Muhammadiyah yang sebenarnya dimiliki PAN itu bisa direbut oleh PKS atau Partai Ummat nanti kalau Partai Ummat mau menjadi sebuah partai yang beneran bertarung di 2024," ujarnya.

Maka itu, dia menilai label Partai Nasionalis akan menyulitkan bagi PAN kini. "Namun ada potensi tadi saya bilang kuenya lebih besar di partai nasional," ungkapnya.

Baca juga: Ultah ke-23 Tahun, PAN Lebih Moderat Tanpa Amien Rais

Sehingga, dia menilai ada dua hal yang perlu diperhatikan PAN kini setelah Amien Rais meninggalkan partai berlambang matahari terbit itu. "Pertama, dia harus menemukan tokoh yang bisa jadi bendera yang di bawah panji-panji itu kemudian PAN bisa memobilisasi massa dan mendapatkan vote yang banyak di 2024," katanya.

Partai nasionalis, kata Kunto Adi, biasanya sukses karena tokohnya, seperti Prabowo Subianto di Partai Gerindra, Megawati Soekarnoputri dan Joko Widodo (Jokowi) di PDI Perjuangan, Surya Paloh di Partai NasDem dan Airlangga Hartarto di Partai Golkar dengan mesin partai yang sangat efektif dengan memanfaatkan birokrasi dan strategi apapun yang memungkinkan.

"Yang kedua, ya mungkin harus diversifikasi strategi sementara walaupun kebanyakan menilai PAN itu nasionalis, tapi kan mereka masih punya basis Muhammadiyah yang harus diaktifkan lagi. Paling tidak bisa dapat dua kantong pemilih, kantong nasionalis yang tadi tokoh, dan kantong Muhammadiyah yang mungkin bisa diorganisir dengan kedekatan PAN dengan Muhammadiyah," katanya.
(abd)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1441 seconds (0.1#10.140)