Cegah Kekerasan Terhadap Anak, WVI Gelar Pelatihan PDC untuk Orangtua
loading...
A
A
A
JAKARTA - Wahana Visi Indonesia (WVI) bersama dengan tokoh agama menggelar pelatihan Pengasuhan Dengan Cinta (PDC) untuk orang tua bagaimana mendidik anak dengan baik.
Pelatihan yang digelar di Kecamatan Marawola, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah ini banyak ditemui orangtua yang tidak mengerti apa yang harus dilakukan ketika menghadapi masalah pengasuhan. Padahal pengasuhan memiliki banyak aspek, mulai dari pola pengasuhan orangtua yang biasanya dipengaruhi masa lalu, bagaimana mengekspresikan cinta dengan cara yang diinginkan, membangun komunikasi, hingga bagaimana orangtua dapat menjadi teladan bagi anak-anak.
WVI sendiri memiliki modul Pengasuhan Dengan Cinta yang dapat diunduh di website WVI di link berikut https://wahanavisi.org/id/media-materi/publikasi dan telah melatih banyak orangtua, membantu para orangtua dalam mengasuh anak. Baca juga: Anak pun Harus Dijaga Perasaannya!
Esteviani,30, salah satu orang tua sekaligus peserta pelatihan mengaku kerap memarahi anaknya. “Saya sering memarahi anak saya. Saya membentak dia dengan nada yang tinggi hingga akhirnya dia menangis. Saya berpikir dengan begitu dia akan takut kepada saya dan lebih menurut,” ucapnya.
Selama sesi pelatihan ibu dari Chila,8 dan Chira,3, teringat hal-hal yang pernah dilakukan kepada anaknya dan merasa bersalah. “Sungguh, saat itu saya tidak merasa bersalah justru sebaliknya saya merasa senang dan berpikir sudah melakukan hal yang benar sebagai orang tua untuk mendidik anaknya dengan baik. Saya juga menganggap bahwa jika anak-anak salah, kami sebagai orang tua harus memarahinya. Kalau tidak dimarah, dicambuk, anak-anak akan semakin nakal,” ujarnya mengenang kejadian tersebut.
Esteviani juga menceritakan sikapnya itu disebabkan oleh didikan yang di terimanya di masa lalu, bahkan lebih keras. “Saya ingat bagaimana papa saya mencambuk saya dengan sapu lidi karena saya terlambat pulang ke rumah karena asyik bermain dengan teman-teman, cambukan papa pada kaki dan tangan saya masih membekas hingga kini. Bukan hanya itu, saya juga sering dimarahi dengan kata-kata yang kasar," kenangnya.
Ia pun berkomitmen mengubah pola pengasuhannya agar anak-anaknya tumbuh lebih optimal. Ia sadar apa yang dilakukannya kepada anak-anaknya selama ini tidak tepat karena dapat menimbulkan bahaya bagi anak baik mental maupun fisik. “Sekarang saya sudah mulai memberikan ruang kepada anak-anak saya untuk mereka berbicara, mendengarkan kemauan mereka, mengapresiasi apa yang sudah mereka lakukan. Saya mencoba untuk mempraktikkan apa yang saya pahami ketika mengikuti PDC. Saya juga mulai meminta maaf ketika saya melakukan kesalahan. Saya pikir hubungan kami jadi lebih akrab dan saya terharu karena anak-anak berani untuk meminta maaf jika salah,” ungkapnya.
Pelatihan yang digelar di Kecamatan Marawola, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah ini banyak ditemui orangtua yang tidak mengerti apa yang harus dilakukan ketika menghadapi masalah pengasuhan. Padahal pengasuhan memiliki banyak aspek, mulai dari pola pengasuhan orangtua yang biasanya dipengaruhi masa lalu, bagaimana mengekspresikan cinta dengan cara yang diinginkan, membangun komunikasi, hingga bagaimana orangtua dapat menjadi teladan bagi anak-anak.
WVI sendiri memiliki modul Pengasuhan Dengan Cinta yang dapat diunduh di website WVI di link berikut https://wahanavisi.org/id/media-materi/publikasi dan telah melatih banyak orangtua, membantu para orangtua dalam mengasuh anak. Baca juga: Anak pun Harus Dijaga Perasaannya!
Esteviani,30, salah satu orang tua sekaligus peserta pelatihan mengaku kerap memarahi anaknya. “Saya sering memarahi anak saya. Saya membentak dia dengan nada yang tinggi hingga akhirnya dia menangis. Saya berpikir dengan begitu dia akan takut kepada saya dan lebih menurut,” ucapnya.
Selama sesi pelatihan ibu dari Chila,8 dan Chira,3, teringat hal-hal yang pernah dilakukan kepada anaknya dan merasa bersalah. “Sungguh, saat itu saya tidak merasa bersalah justru sebaliknya saya merasa senang dan berpikir sudah melakukan hal yang benar sebagai orang tua untuk mendidik anaknya dengan baik. Saya juga menganggap bahwa jika anak-anak salah, kami sebagai orang tua harus memarahinya. Kalau tidak dimarah, dicambuk, anak-anak akan semakin nakal,” ujarnya mengenang kejadian tersebut.
Esteviani juga menceritakan sikapnya itu disebabkan oleh didikan yang di terimanya di masa lalu, bahkan lebih keras. “Saya ingat bagaimana papa saya mencambuk saya dengan sapu lidi karena saya terlambat pulang ke rumah karena asyik bermain dengan teman-teman, cambukan papa pada kaki dan tangan saya masih membekas hingga kini. Bukan hanya itu, saya juga sering dimarahi dengan kata-kata yang kasar," kenangnya.
Ia pun berkomitmen mengubah pola pengasuhannya agar anak-anaknya tumbuh lebih optimal. Ia sadar apa yang dilakukannya kepada anak-anaknya selama ini tidak tepat karena dapat menimbulkan bahaya bagi anak baik mental maupun fisik. “Sekarang saya sudah mulai memberikan ruang kepada anak-anak saya untuk mereka berbicara, mendengarkan kemauan mereka, mengapresiasi apa yang sudah mereka lakukan. Saya mencoba untuk mempraktikkan apa yang saya pahami ketika mengikuti PDC. Saya juga mulai meminta maaf ketika saya melakukan kesalahan. Saya pikir hubungan kami jadi lebih akrab dan saya terharu karena anak-anak berani untuk meminta maaf jika salah,” ungkapnya.
(cip)