Cerita Influencer Yunita Kariman Cari Rumah Sakit untuk Ayahnya yang Terpapar Covid-19
loading...
A
A
A
JAKARTA - Meningkatnya kasus Covid-19 di Tanah Air membuat meningkatnya keterisian rumah sakit. Masyarakat kesulitan mencari rumah sakit untuk penanganan Covid-19 . Hal itu juga dialami influencer kecantikan Yunita Kariman.
Baru-baru ini, ayahnya, Kariman, terpapar penyakit tersebut. Yunita juga punya cerita sedih mengenai perjuangannya dan keluarga dalam mencarikan rumah sakit untuk sang ayah.
Yunita pun sekarang aktif memberikan informasi dan edukasi kepada followers-nya supaya di masa pandemi ini agar tetap menjalan protokol kesehatan ketat dan berusaha mendapatkan vaksin. Yunita juga memberikan informasi apa yang harus dilakukan jika mengalami gejala Covid-19 serta membantu mencarikan obat yang dibutuhkan berdasarkan resep dokter dan rumah sakit bagi yang kritis.
Dia berharap tidak ada orang yang mengalami seperti dirinya yang harus kehilangan orang dicintai karena terpapar Covid-19. "Aku punya pengalaman betapa susahnya mencarikan RS untuk keluarga yang terpapar Covid-19. Karena memang sekarang pasien banyak yang antre dan penuh. Harapannya dengan informasi kesehatan yang aku bagikan dapat menolong sesama di masa pandemi ini," katanya, Jumat (23/7/2021).
Gejala awal ayahanda Yunita diketahui pada 19 Juni 2021. Saat itu, ayah Yunita demam hingga 39 derajat, kemudian batuk. Sehari kemudian, diikuti gejala seperti muntah-muntah dan diare. Lalu, pada 21-22 Juni ayah Yunita sudah tidak demam, muntah dan diare, namun masih ada batuk sedikit.
Selanjutnya, gejala ayah Yunita pada 23 Juni hanya tinggal batuk sedikit, sehingga keluarga berpikir Kariman sudah sembuh. Akan tetapi, Kariman tidak bisa buang air besar pada 24 hingga 26 Juni.
Saat itu batuk, demam, muntah dan diare tidak lagi dialami ayah Yunita. Pada 28 Juni, ayah Yunita tiba-tiba tak sadarkan diri. Selain masih belum bisa buang air besar, saturasi oksigennya saat itu masih 95.
Yunita dan keluarga mulai menghubungi sejumlah rumah sakit. Semua rumah sakit yang dihubungi menyatakan penuh. Sekitar 20-an rumah sakit telah dihubunginya selama hampir tiga hari untuk sang ayah agar mendapatkan perawatan khusus pasien Covid-19.
Kemudian, Kariman dibawa ke puskesmas terdekat. Namun, puskesmas menyarankan keluarga membawa Kariman ke rumah sakit atau Wisma Atlet karena saturasi 80-90. Kondisi ayah Yunita semakin memburuk. Saturasi oksigen ayah Yunita tiba-tiba turun ke 89 pada 29 Juni. Napas sudah mulai dari mulut, perut ada kembang dan kempis. Namun, saat itu masih belum dapat rumah sakit.
Selanjutnya, Yunita memutuskan untuk membawa ayahnya ke Rumah Sakit Darurat Covid-19 Wisma Atlet ( RSDC Wisma Atlet ) pada 30 Juni karena saturasi oksigen jatuh hingga ke 79. Tidak bisa masuk makanan dan minuman, dan masih belum buang air besar. Pada pukul 15:36 WIB, mereka tiba di Wisma Atlet.
Dari pukul 15:53 WIB hingga pukul 16.15 WIB, petugas medis memeriksa ayah Yunita di parkiran UGD. Lalu, Yunita pada pukul 16.20 WIB diminta masuk ke bagian registrasi di ruang UGD untuk mengisi data ayahnya yang saat itu masih berada di mobil pribadi keluarga di parkiran UGD.
Pada pukul 21.40 WIB, walaupun sudah berada di UGD, ayah Yunita masih belum mendapatkan perawatan seperti infus. Kemudian, saudara Yunita memberi kabar bahwa ada satu rumah sakit yang mau menerima ayahnya.
Sehingga, pada pukul 21.45 WIB keluarga memutuskan untuk memindahkan Kariman ke rumah sakit tersebut, karena UGD Wisma Atlet juga memberikan informasi kondisi sang ayah butuh ruang ICU segera. Selanjutnya, Yunita dan ayah bersama keluarga tiba di rumah sakit tersebut dengan mobil pribadi karena ambulans RSDC Wisma Atlet juga penuh.
Pukul 23.44 WIB akhirnya ayah Yunita dibawa ke ruangan isolasi khusus Covid-19, namun bukan ICU, karena ICU waiting list 7 orang saat itu. Pada 1 Juli pukul 12.05 WIB Yunita mendapatkan kabar dari rumah sakit bahwa ICU sudah tersedia untuk ayahnya.
Namun, pada 2-3 Juli kondisi ayah Yunita semakin menurun. Komunikasi antara dirinya dengan ayahnya menggunakan video call HP dokter atau suster yang merawat. Pukul 03.05 WIB 4 Juli 2021, ayah Yunita mengembuskan napas terakhir, kemudian dimakamkan di TPU Tegal Alur , Jakarta Barat.Penyakit penyertanya adalah hipertensi.
Yunita Kariman dikenal sebagai salah satu influencer kecantikan. Lewat akun instagramnya yang sudah memiliki ratusan ribu pengikut, dia sering berbagi cerita soal menjaga kecantikan, fashion, dan juga parenting.
Yunita sering membuat konten-konten berupa tips tentang kecantikan di media sosial pribadinya. "Karena banyak yang merespons dan mengaku terbantu, akhirnya aku konsisten lanjutin buat posting terus. Seneng aja melihat banyak orang yang merasa terbantu dengan postingan yang aku buat, ya udah akhirnya berlanjut sampai sekarang," katanya.
Baru-baru ini, ayahnya, Kariman, terpapar penyakit tersebut. Yunita juga punya cerita sedih mengenai perjuangannya dan keluarga dalam mencarikan rumah sakit untuk sang ayah.
Yunita pun sekarang aktif memberikan informasi dan edukasi kepada followers-nya supaya di masa pandemi ini agar tetap menjalan protokol kesehatan ketat dan berusaha mendapatkan vaksin. Yunita juga memberikan informasi apa yang harus dilakukan jika mengalami gejala Covid-19 serta membantu mencarikan obat yang dibutuhkan berdasarkan resep dokter dan rumah sakit bagi yang kritis.
Dia berharap tidak ada orang yang mengalami seperti dirinya yang harus kehilangan orang dicintai karena terpapar Covid-19. "Aku punya pengalaman betapa susahnya mencarikan RS untuk keluarga yang terpapar Covid-19. Karena memang sekarang pasien banyak yang antre dan penuh. Harapannya dengan informasi kesehatan yang aku bagikan dapat menolong sesama di masa pandemi ini," katanya, Jumat (23/7/2021).
Gejala awal ayahanda Yunita diketahui pada 19 Juni 2021. Saat itu, ayah Yunita demam hingga 39 derajat, kemudian batuk. Sehari kemudian, diikuti gejala seperti muntah-muntah dan diare. Lalu, pada 21-22 Juni ayah Yunita sudah tidak demam, muntah dan diare, namun masih ada batuk sedikit.
Selanjutnya, gejala ayah Yunita pada 23 Juni hanya tinggal batuk sedikit, sehingga keluarga berpikir Kariman sudah sembuh. Akan tetapi, Kariman tidak bisa buang air besar pada 24 hingga 26 Juni.
Saat itu batuk, demam, muntah dan diare tidak lagi dialami ayah Yunita. Pada 28 Juni, ayah Yunita tiba-tiba tak sadarkan diri. Selain masih belum bisa buang air besar, saturasi oksigennya saat itu masih 95.
Yunita dan keluarga mulai menghubungi sejumlah rumah sakit. Semua rumah sakit yang dihubungi menyatakan penuh. Sekitar 20-an rumah sakit telah dihubunginya selama hampir tiga hari untuk sang ayah agar mendapatkan perawatan khusus pasien Covid-19.
Kemudian, Kariman dibawa ke puskesmas terdekat. Namun, puskesmas menyarankan keluarga membawa Kariman ke rumah sakit atau Wisma Atlet karena saturasi 80-90. Kondisi ayah Yunita semakin memburuk. Saturasi oksigen ayah Yunita tiba-tiba turun ke 89 pada 29 Juni. Napas sudah mulai dari mulut, perut ada kembang dan kempis. Namun, saat itu masih belum dapat rumah sakit.
Selanjutnya, Yunita memutuskan untuk membawa ayahnya ke Rumah Sakit Darurat Covid-19 Wisma Atlet ( RSDC Wisma Atlet ) pada 30 Juni karena saturasi oksigen jatuh hingga ke 79. Tidak bisa masuk makanan dan minuman, dan masih belum buang air besar. Pada pukul 15:36 WIB, mereka tiba di Wisma Atlet.
Dari pukul 15:53 WIB hingga pukul 16.15 WIB, petugas medis memeriksa ayah Yunita di parkiran UGD. Lalu, Yunita pada pukul 16.20 WIB diminta masuk ke bagian registrasi di ruang UGD untuk mengisi data ayahnya yang saat itu masih berada di mobil pribadi keluarga di parkiran UGD.
Pada pukul 21.40 WIB, walaupun sudah berada di UGD, ayah Yunita masih belum mendapatkan perawatan seperti infus. Kemudian, saudara Yunita memberi kabar bahwa ada satu rumah sakit yang mau menerima ayahnya.
Sehingga, pada pukul 21.45 WIB keluarga memutuskan untuk memindahkan Kariman ke rumah sakit tersebut, karena UGD Wisma Atlet juga memberikan informasi kondisi sang ayah butuh ruang ICU segera. Selanjutnya, Yunita dan ayah bersama keluarga tiba di rumah sakit tersebut dengan mobil pribadi karena ambulans RSDC Wisma Atlet juga penuh.
Pukul 23.44 WIB akhirnya ayah Yunita dibawa ke ruangan isolasi khusus Covid-19, namun bukan ICU, karena ICU waiting list 7 orang saat itu. Pada 1 Juli pukul 12.05 WIB Yunita mendapatkan kabar dari rumah sakit bahwa ICU sudah tersedia untuk ayahnya.
Namun, pada 2-3 Juli kondisi ayah Yunita semakin menurun. Komunikasi antara dirinya dengan ayahnya menggunakan video call HP dokter atau suster yang merawat. Pukul 03.05 WIB 4 Juli 2021, ayah Yunita mengembuskan napas terakhir, kemudian dimakamkan di TPU Tegal Alur , Jakarta Barat.Penyakit penyertanya adalah hipertensi.
Yunita Kariman dikenal sebagai salah satu influencer kecantikan. Lewat akun instagramnya yang sudah memiliki ratusan ribu pengikut, dia sering berbagi cerita soal menjaga kecantikan, fashion, dan juga parenting.
Yunita sering membuat konten-konten berupa tips tentang kecantikan di media sosial pribadinya. "Karena banyak yang merespons dan mengaku terbantu, akhirnya aku konsisten lanjutin buat posting terus. Seneng aja melihat banyak orang yang merasa terbantu dengan postingan yang aku buat, ya udah akhirnya berlanjut sampai sekarang," katanya.
(zik)