Mengejar Kekebalan Komunitas di Jakarta

Kamis, 15 Juli 2021 - 06:12 WIB
loading...
Mengejar Kekebalan Komunitas di Jakarta
Upaya mewujudkan kekebalan komunitas terus dilakukan dengan program vaksinasi. FOTO?WIN CAHYONO
A A A
JAKARTA - Pemerintah menargetkan kekebalan komunitas warga DKI Jakarta dan sekitarnya tercapai pada 17 Agustus nanti. Masalahnya, ibu kota negara ini wilayah terbuka dengan mobilitas tinggi dari penduduk berbagai daerah, baik dalam maupun luar negeri. Kondisi ini bisa menghambat tercapainya target tersebut.

Sejak pertengahan Juni lalu, Indonesia menghadapi lonjakan kasus Covid-19 . Dalam tiga hari terakhir, enam provinsi di Pulau Jawa selalu menempati urutan teratas. DKI Jakarta masih menjadi episentrum penyebaran virus Sars Cov-II. Secara berurutan jumlah orang terpapar Covid-19 pada 11-13 Juli, yakni 13.133, 14.619, dan 12.182. Total warga yang DKI yang terpapar Covid-19 per 13 Juli sebanyak 689.243 orang.



Kasus aktif, baik yang dirawat maupun isolasi sebanyak 90.216 orang. Sejak terjadi lonjakan kasus, Presiden Joko Widodo langsung meminta peningkatan vaksinasi Covid-19 di DKI Jakarta menjadi 100.000 per hari. Tujuannya, agar kekebalan komunitas segera tercapai. DKI Jakarta pun segera mengerahkan seluruh sumber daya untuk bisa menunaikan target yang dipintai Jokowi.

Berdasarkan data situs corona.jakarta.go.id, jumlah orang yang sudah divaksin sebanyak dua kali 1.952.866 (22,2%). Jumlah yang baru satu kali divaksin sebanyak 5.544.335 orang. Orang yang divaksin dosis pertama pada 13 juli sebanyak 78.331 dan 1.171 orang yang disuntik kedua. DKI Jakarta memiliki jumlah penduduk sekitar 10,5 juta jiwa.

Melihat data di atas, tentu bukan perkara mudah memenuhi target 70 persen warga mendapatkan dua kali vaksin. Vaksinasi di DKI Jakarta dilakukan melalui puskesmas, pusat vaksinasi terpadu, dan belakangan mengerahkan mobil keliling. Selain itu, TNI/Polri pun turut membantu. TNI/Polri pun melebar wilayah vaksinasinya ke Bodetabek dengan memanfaatkan markas mereka.

Baca juga: Ciptakan Kekebalan Komunitas, DKI Ajak Warga 18 Tahun ke Atas Aktif Vaksinasi Covid-19

DKI Jakarta sebagai pusat pemerintahan dan ekonomi tidak bisa berdiri sendiri dalam mencapai kekebalan komunitas. Pada siang hari, jumlah penduduk Jakarta bisa bertambah hingga 4 juta orang. Mereka berasal dari kota-kota penyangga dan daerah lain yang sedang ada keperluan di ibu kota negara. Mobilitas warga dari berbagai daerah ini yang dianggap bisa mengganjal kekebalan komunitas di DKI Jakarta.

Ketua Bidang Perubahan Perilaku Satgas Penanganan Covid-19 Sonny Harry Harmadi optimistis upaya mencapai kekebalan komunitas di DKI Jakarta bisa tercapai pada Agustus nanti. Alasannya, wilayah DKI Jakarta yang kecil dan tidak ada daerah yang terpencil. Kecuali, beberapa di Kepulauan Seribu.

“Tidak ada hambatan akses dan transportasi kecuali beberapa pulau di Kepulauan Seribu. Dukungan masyarakat pu tinggi melihat ada persepsi risiko tentang Covid-19. Jadi, masyarakat mulai sadar juga, yang tadinya enggak percaya jadi percaya. Yang tadinya enggak mau divaksin jadi mau divaksin. Ini waktu yang sangat baik untuk kemudian mempercepat pelaksanaan vaksinasi,” ujarnya saat dihubungi Koran SINDO, Rabu (14/7/2021).

Sonny menerangkan percepatan vaksinasi ini harus melebar ke wilayah aglomerasinya, yakni Bodetabek. “Kalau sudah herd immunity itu akan sangat baik karena setidaknya mengurangi risiko morbiditas dan mortalitas. Menurut saya, Jakarta punya tenaga kesehatan dan vaksinator yang banyak. Itu sangat memungkinkan. Maka, target tersebut realistis dan bagus banget,” tuturnya.

Berdasar data Satgas, ada sejumlah persoalan yang sedikit menghambat dalam mengubah perilaku masyarakat untuk patuh protokol kesehatan (prokes) dan mau divaksin Covid-19. Apa itu? banyaknya hoaks yang beredar. Beberapa informasi bohong tentang Covid-19 dan vaksin yang sudah lama beredar kerap disebar lagi.



Menurut dia, kondisi ini bisa melemahkan upaya menekan penyebaran virus Sars Cov-II dan vaksinasi massal. Untuk itu, Satgas Penanganan Covid-19 dan pemerintah daerah harus menggandeng seluruh lapisan masyarakat, salah satunya tokoh agama. Cara ini dianggap efektif untuk menekan penolakan warga terhadap vaksin. Juga meningkatkan kepatuhan untuk memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak (3M).

“Kelelamahan (lain) belum banyak masyarakat yang tahu kalau sudah divaksin itu tetap harus pakai masker, menjaga jarak, dan rajin mencuci tangan. Karena bagaimanapun juga vaksin itu bekerja setelah virus masuk. Pertahanan pertama, mencegah virusnya jangan masuk dulu,” tegas Sonny.

Demi membantu percepatan program vaksinasi di Jakarta dan sekitarnya, TNI dan Polri telah turun tangan. Dari TNI, misalnya Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto mencanangkan orang divaksin sebanyak 165.000 per hari agar kekebalan komunitas terbentuk di Jakarta. Kapuspen TNI Mayjen Prantara Santosa mengungkapkan pihaknya mendapatkan jatah 200.000 orang yang divaksin setiap harinya. Ini untuk mengejar 1 juta orang setiap hari.

Khusus wilayah Jabodetabek, dia menerangkan telah menambah tenaga kesehatan sebanyak 176 orang dari siswa perwira karier yang sedang dalam masa pendidikan. “Upaya TNI lainnya, melalui perekrutan 3.000 tenaga medis dan non-medis dari berbagai lapisan masyarakat,” dalam konferensi pers virtual pada Senin (12/7/2021).

Epidemiolog Kamaluddin Latief kekebalan komunitas dapat terbentuk melalui dua caranya, yakni alami dan vaksinasi. Namun, cara alami atau membiarkan orang terpapar dan sakit sangat berisiko menyebabkan banyak nyawa melayang. Dia mengatakan sulit mencapai kekebalan komunitas di DKI Jakarta karena wilayah ini terbuka bagi semua warga negara Indonesia.

“Pada hari ini, pemerintah mengejar herd immunity, kita lihat jumlah vaksinasi sebelum melihat yang sakit (terpapar Covid-19), yang buatan (vaksin) belum sampai 20%. Jumlah itu belum mencukupi terjadinya herd immunity dari jumlah vaksinasi. Kalau bicara, misalnya pemerintah optimis bisa mengejar 50%. itupun efektivitas sekarang masih trail and error,” ujarnya.

Mayoritas vaksin yang digunakan di Indonesia adalah Sinovac dengan efikasi 65%. Sisanya, menggunakan AstraZeneca dan Sinopharm. Sekarang, dunia dihadapkan dengan mutasi virus yang dikhawatirkan bisa melemahkan proteksi dari virus. Belum lagi adanya temuan dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) yang menyatakan ada sekitar 4,7 juta warga (44,5%) yang sudah terpapar.

“Mungkin ada irisan yang tervaksinasi dengan yang sakit. Bukan tanpa kelemahan bahwa mereka yang diidentifikasi dari sampel dukcapil. Kita tahu tetap ada gap antara (data) dukcapil dengan tempat tinggal. (Misalnya) penduduk di Depok itu (mungkin) KTP-nya DKI, tetapi tidak ter-capture di survei,” terang Kamaluddin.

Kamaluddin menjelaskan banyaknya masyarakat yang terpapar Covid-19 akan mengganggu upaya mencapai kekebalan komunitas. Dengan kasus yang tinggi, menurunya, peluang penularan masih tinggi dan menunjukkan efektivitas vaksin tidak terlalu bagus. Dengan efikasi Sinovac sebesar 65%, dia menyarankan agar target vaksinasi ditingkatkan. “Kalau saya 80% mungkin bisa herd immunity,” pungkasnya.
(ynt)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2936 seconds (0.1#10.140)