Kikis Adu Domba dan Hoaks dengan Perkuat Nasionalisme dan Kebangsaan

Kamis, 17 Juni 2021 - 20:33 WIB
loading...
Kikis Adu Domba dan Hoaks dengan Perkuat Nasionalisme dan Kebangsaan
Mantan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Komjen Pol Purn Suhardi Alius. Foto/Istimewa
A A A
JAKARTA - Penguatan nasionalisme dan wawasan kebangsaan harus terus dilakukan untuk mengikis maraknya praktik adu domba dan hoaks.

Nasionalisme dan wawasan kebangsaan diperkuat untuk terciptanya kehidupan kebangsaan yang harmonis serta demokrasi yang santun di negara tercinta Indonesia.

Bila nasionalisme dan wawasan kebangsaan bangsa Indonesia kembali seperti dahulu, otomatis radikalisme berkonotasi negatif serta terorisme akan terkikis.

“Ini yang terjadi sekarang. Radikalisme dalam perspektif negatif yang sudah sering saya sampaikan saat menjabat sebagai kepala BNPT. Ada empat indikatornya, yaitu intoleransi, anti-Pancasila, anti-NKRI dan penyebaran paham takfiri (mengkafirkan orang),” kata mantan Kepala BNPT Komjen Pol (purn) Suhardi Alius di Jakarta, Selasa 15 Juni 2021.

Menurut dia, sikap-sikap semacam itu harus dikikis dan dihilangkan. "Mari kita sosialisasikan kepada anak-anak kita, generasi kita khususnya generasi muda agar tidak mudah terpapar paham itu, bagaimana kita harus kuatkan nasionalisme dan wawasan kebangsaan," tandasnya.

Suhardi mencontohkan implementasi penguatan nasionalisme dan wawasan kebangsaan dengan kembali mengadakan upacara bendara setiap hari Senin dan menyanyikan lagu Indonesia Raya, pembacaan Pancasila.

“Inilah salah satu yang membuat karakter bangsa terjaga dengan baik. Kalau tidak dilakukan, itu akan hilang. Sekarang generasi muda kita banyak yang tidak hafal Pancasila, lagu Indonesia Raya, itu tidak bisa disalahkan karena kurikulumnya sudah seperti itu. Nah sekarang kita ubah kembali, di mulai dari sekarang sehingga kita bisa melihat hasilnya nanti 5-10 tahun mendatang,” tutur Suhardi.

Menurut dia, saat ini generasi muda menjadi sasaran empuk penyebaran paham-paham tersebut, disamping masyarakat umum lainnya. Faktanya, media sosial sekarang dipenuhi dengan berbagai macam hoaks dan adu domba.

Ironisnya, sambung dia, kondisi ini dimanfaatkan kelompok-kelompok radikal intoleran untuk memcah belah masyarakat.

Mantan Kabareskrim Polri ini menilai, saat ini budaya saring sebelum sharing generasi muda dan masyarakat sangat rendah. Akibatnya mereka "menelan" begitu saja berbagai informasi yang masuk karena tidak punya kemampuan memverifikasi dan memfilter pesan-pesan yang masuk.

“Kalau yang sudah berpendidikan cukup, intelektual kan akan berpikir saat menerima informasi benar atau tidak, tetapi untuk yang golongan menengah ke bawah termasuk yang tidak punya pemahaman itu, hal itu akan dianggap menjadi suatu kebenaran. Ini yang berbahaya, mereka bisa menyebarkan kembali informasi yang diterima yang padahal belum tentu kebenarannya, bisa saja itu berisikan hal terkait radikal terorisme. Ini yang harus kita jaga,” kata Suhardi yang sekarang menjadi Komisaris Utama PT Taspen Tbk ini.

Terkait fenomena terorisme akhir-akhir ini, Suhardi menilai saat ini sel-sel terorisme kembali muncul. Kendati kelompok-kelompok terorisme di Indonesia sudah dilarang, namun mereka ingin menunjukan eksistensinya. Oleh sebab itu kewaspadaan harus tetap dijaga.

Dia berharap BNPT dan seluruh stakeholder terus melakukan penguatan dan sosialisasi nasionalisme, wawasan kebangsaan, moderasi beragama, dan berbagai hal untuk mencegah penyebaran radikalisme negatif dan terorisme.
(dam)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.5408 seconds (0.1#10.140)