Kocak, Ini Gelar Haji Versi Sekum PP Muhammadiyah Abdul Muti
loading...
A
A
A
JAKARTA - Penyematan istilah haji dan hajjah bagi masyarakat Indonesia yang telah menunaikan ibadah haji teramat khas. Banyak pula sebutan-sebutan yang biasanya disematkan ketika seseorang pulang dari Tanah Suci Mekkah dan Madinah.
Sekretaris Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Abdul Mu'ti dalam akun Twitter pribadinya @Abe_Mukti menjelaskan, ketimbang ibadah lain, haji cukup banyak penyebutannya. "Berbagai sebutan haji menunjukkan popularitas dan penilaian masyarakat terhadap mereka yg telah menunaikan ibadah haji," tulis Mu'ti, Minggu (13/6/2021). Baca juga: Ditelepon Wakil Menteri Haji, Menag Yaqut Apresiasi dan Hormati Keputusan Arab Saudi
Sedikitnya ada sembilan sebutan yang kerap diucapkan masyarakat dalam menyematkan gelar haji. Pertama adalah haji mabrur, yang berarti yang diterima oleh Allah dan dijamin masuk surga. "Ini menjadi harapan dan dambaan setiap jamaah haji," paparnya.
Selain Haji Mabrur, ada juga sebutan yang populer di masyarakat. Adapun sebutan ini dirasa juga termasuk candaan umum. "Haji Mansur: Haji halamannya kena gusur. Berangkat haji karena halaman rumahnya terkena gusur. Haji Wahyu: Haji mergo sawahe payu. Berangkat haji setelah menjual sawah," jelasnya.
Sebutan selanjutnya versi Mu'ti adalah Haji Abidin, akronim dari haji atas biaya dinas, dalam artian berangkat haji sebagai petugas. Kemudian ada sematan Haji Kosasih, yakni haji dengan ongkos dikasih. Dimana, mereka berhaji lanyaran hadiah dari lembaga atau seseorang.
Lalu, ada sebutan Haji Sokeh, yakni haji yang disokong 'wong akeh' atau biaya hajinya ditanggung oleh banyak orang. Selanjutnya, ada Haji Somat, haji yang disokong umat atau dalam arti biaya haji ditanggung oleh jamaah.
Ada pula sebutan Haji Tamatu. Menurut Mu'ti, sebutan ini adalah singkatan dari Haji tangi mangan turu. Sebutan ini diperuntukkan bagi mereka yang selama haji hanya tidur dan makan. Kemudian, sambung Mu'ti adalah Haji Tomat. Artinya antara lain, 'haji teko maksiate kumat' yang berarti sudah haji tetapi terus bermaksiat.
Dua sebutan haji terakhir versi Mu'ti adalah Haji Kamlan. Dimana sebutan ini khusus untuk para pekerja media yang berhaji. Kamlan diambil dari akronim kameramen dan peliputan. Lalu, ada Haji Hamim atau haji hanya mimpi. Menurut dia, Hamim dimaksudkan bagi mereka yang bertahun-tahun mendaftar haji tapi tak berangkat lantaran dibatalkan. "Itulah beberapa sebutan haji yang populer di masyarakat. Pembaca termasuk haji yang mana?" tanya Mu'ti di akhir cuitannya.
Sekretaris Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Abdul Mu'ti dalam akun Twitter pribadinya @Abe_Mukti menjelaskan, ketimbang ibadah lain, haji cukup banyak penyebutannya. "Berbagai sebutan haji menunjukkan popularitas dan penilaian masyarakat terhadap mereka yg telah menunaikan ibadah haji," tulis Mu'ti, Minggu (13/6/2021). Baca juga: Ditelepon Wakil Menteri Haji, Menag Yaqut Apresiasi dan Hormati Keputusan Arab Saudi
Sedikitnya ada sembilan sebutan yang kerap diucapkan masyarakat dalam menyematkan gelar haji. Pertama adalah haji mabrur, yang berarti yang diterima oleh Allah dan dijamin masuk surga. "Ini menjadi harapan dan dambaan setiap jamaah haji," paparnya.
Selain Haji Mabrur, ada juga sebutan yang populer di masyarakat. Adapun sebutan ini dirasa juga termasuk candaan umum. "Haji Mansur: Haji halamannya kena gusur. Berangkat haji karena halaman rumahnya terkena gusur. Haji Wahyu: Haji mergo sawahe payu. Berangkat haji setelah menjual sawah," jelasnya.
Sebutan selanjutnya versi Mu'ti adalah Haji Abidin, akronim dari haji atas biaya dinas, dalam artian berangkat haji sebagai petugas. Kemudian ada sematan Haji Kosasih, yakni haji dengan ongkos dikasih. Dimana, mereka berhaji lanyaran hadiah dari lembaga atau seseorang.
Lalu, ada sebutan Haji Sokeh, yakni haji yang disokong 'wong akeh' atau biaya hajinya ditanggung oleh banyak orang. Selanjutnya, ada Haji Somat, haji yang disokong umat atau dalam arti biaya haji ditanggung oleh jamaah.
Ada pula sebutan Haji Tamatu. Menurut Mu'ti, sebutan ini adalah singkatan dari Haji tangi mangan turu. Sebutan ini diperuntukkan bagi mereka yang selama haji hanya tidur dan makan. Kemudian, sambung Mu'ti adalah Haji Tomat. Artinya antara lain, 'haji teko maksiate kumat' yang berarti sudah haji tetapi terus bermaksiat.
Dua sebutan haji terakhir versi Mu'ti adalah Haji Kamlan. Dimana sebutan ini khusus untuk para pekerja media yang berhaji. Kamlan diambil dari akronim kameramen dan peliputan. Lalu, ada Haji Hamim atau haji hanya mimpi. Menurut dia, Hamim dimaksudkan bagi mereka yang bertahun-tahun mendaftar haji tapi tak berangkat lantaran dibatalkan. "Itulah beberapa sebutan haji yang populer di masyarakat. Pembaca termasuk haji yang mana?" tanya Mu'ti di akhir cuitannya.
(cip)