Resesi Ekonomi Masih Bercokol
loading...
A
A
A
RESESI ekonomi masih setia bercokol di negeri ini. Pertumbuhan ekonomi nasional dengan merujuk pada publikasi terbaru Badan Pusat Statistik (BPS) berada di level minus 0,74% pada kuartal pertama tahun ini. Dengan demikian, pertumbuhan ekonomi domestik sudah mengalami minus selama empat kuartal berturut-turut, yakni kuartal kedua 2020 minus 5,32% berlanjut kuartal ketiga 2020 minus 3,49% dan kuartal keempat 2020 minus 2,19%.
Kecenderungannya terus menunjukkan penurunan hingga 0,74% pada triwulan pertama tahun ini. Fakta tersebut diklaim oleh pemerintah bahwa pemulihan ekonomi nasional sudah pada jalur yang tepat sehingga optimistis target pertumbuhan ekonomi yang dipatok dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2021 bisa terealisasi.
Sebelumnya, sejumlah kalangan, baik dari pemerintah maupun para ekonom, sudah memprediksi pertumbuhan ekonomi nasional masih mencatatkan minus. Sebagaimana diprediksi Menteri PPN/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa bahwa pertumbuhan ekonomi masih alami kontraksi dengan rentang minus 0,6% ā 0,9% secara tahunan pada triwulan pertama tahun ini. Lebih tegas, Kepala Ekonom BCA David Samuel menyatakan Indonesia belum bebas dari resesi ekonomi pada kuartal pertama 2021. David memprediksi pertumbuhan ekonomi di level minus 0,87% pada kuartal pertama tahun ini
Prediksi dari Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Bidang Hubungan Internasional Shinta Widjaja Kamdani juga seirama dengan pemerintah dan para ekonom. Shinta menyatakan tidak akan kaget apabila Indonesia masih dalam situasi dan kondisi resesi ekonomi pada tiga bulan pertama tahun ini. Petinggi Kadin itu mengakui bahwa pemulihan ekonomi nasional semakin baik, namun masih sangat berat menuju ke arah positif. Untuk kuartal kedua, baik Shinta maupun sejumlah ekonom satu suara bahwa Indonesia bisa lolos dari resesi ekonomi. Apalagi, pada kuartal kedua ada momen Lebaran yang diiringi kebijakan pemerintah untuk meningkatkan konsumsi masyarakat.
Lalu, sektor apa saja yang berkontribusi dalam pertumbuhan ekonomi di masa pandemi Covid-19 ini? Dari 17 lapangan usaha atau sektor terdapat enam sektor yang sudah berada di zona hijau dan 11 sektor masih negatif. Lima sektor yang tercatat positif meliputi Infokom, Perdagangan Air, Jasa Kesehatan, Pertanian, Listrik, dan Real Estate. Meski 11 sektor yang masih berada di teritori negatif, kontraksinya semakin tipis dibandingkan pada kuartal keempat tahun lalu.
Tanda-tanda pemulihan ekonomi pelan tapi pasti sudah memberi secercah harapan meski masih alami kontraksi. Setidaknya bisa dilihat dari angka-angka pertumbuhan ekonomi nasional per pulau. Sulit untuk digeser pertumbuhan ekonomi masih tetap didominasi Pulau Jawa yang berkontribusi sekitar 58,7% dengan tingkat kontraksi sekitar 0,83%, diikuti Pulau Sumatera dengan sumbangan 21,53% dan mencatat kontraksi sekitar minus 0,86%.
Sebaliknya, pertumbuhan ekonomi Pulau Sulawesi sudah mencatat positif 1,2% serta Maluku dan Papua dengan pencapaian positif sekitar 8,97%. Sementara itu, perekonomian di Pulau Bali dan Nusa Tenggara mencatatkan kontraksi terdalam hingga mencapai 5,16%, diikuti Pulau Kalimantan pada level -2,23%. Terlepas dari angka-angka kontraksi itu, pihak BPS mencatat sebanyak 10 provinsi sudah mengalami pertumbuhan ekonomi positif.
Melihat angka-angka terkait pertumbuhan perekonomian nasional, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo semakin optimistis pertumbuhan perekonomian nasional bakal berada di zona positif pada kisaran 4,3% hingga 5,3%. Dari pihak BI sendiri sederet kebijakan telah diterbitkan untuk ikut memulihkan perekonomian yang sudah setahun lebih terpuruk. Lihat saja, sektor konsumsi kebijakan bank sentral telah merelaksasi serius pada sektor kredit rumah dan kendaraan bermotor dengan instrumen down payment (DP) 0%. Selain itu, BI telah menurunkan suku bunga kredit dan melakukan pelonggaran likuiditas perbankan.
Walau tren pertumbuhan ekonomi nasional semakin positif, bukan berarti kerja pemerintah mulai ringan. Justru, hal ini harus menjadi momentum bagi pemerintah untuk mengeluarkan Indonesia dari jurang resesi ekonomi. Indikator lain yang menunjukkan kinerja ekonomi mulai berotot adalah neraca perdagangan yang terus mencetak suprlus sepanjang awal tahun ini.
Bagaimana dengan pertumbuhan ekonomi untuk kuartal kedua 2021? Suara para ekonom seragam dengan sangat optimistis bahwa kuartal kedua tahun ini pertumbuhan ekonomi nasional sudah meninggalkan zona minus. Namun, di balik semua itu, harus diwaspadai pengaruh eksternal dari pelemahan ekonomi global menyusul munculnya mutasi virus korona versi baru.
Kecenderungannya terus menunjukkan penurunan hingga 0,74% pada triwulan pertama tahun ini. Fakta tersebut diklaim oleh pemerintah bahwa pemulihan ekonomi nasional sudah pada jalur yang tepat sehingga optimistis target pertumbuhan ekonomi yang dipatok dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2021 bisa terealisasi.
Sebelumnya, sejumlah kalangan, baik dari pemerintah maupun para ekonom, sudah memprediksi pertumbuhan ekonomi nasional masih mencatatkan minus. Sebagaimana diprediksi Menteri PPN/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa bahwa pertumbuhan ekonomi masih alami kontraksi dengan rentang minus 0,6% ā 0,9% secara tahunan pada triwulan pertama tahun ini. Lebih tegas, Kepala Ekonom BCA David Samuel menyatakan Indonesia belum bebas dari resesi ekonomi pada kuartal pertama 2021. David memprediksi pertumbuhan ekonomi di level minus 0,87% pada kuartal pertama tahun ini
Prediksi dari Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Bidang Hubungan Internasional Shinta Widjaja Kamdani juga seirama dengan pemerintah dan para ekonom. Shinta menyatakan tidak akan kaget apabila Indonesia masih dalam situasi dan kondisi resesi ekonomi pada tiga bulan pertama tahun ini. Petinggi Kadin itu mengakui bahwa pemulihan ekonomi nasional semakin baik, namun masih sangat berat menuju ke arah positif. Untuk kuartal kedua, baik Shinta maupun sejumlah ekonom satu suara bahwa Indonesia bisa lolos dari resesi ekonomi. Apalagi, pada kuartal kedua ada momen Lebaran yang diiringi kebijakan pemerintah untuk meningkatkan konsumsi masyarakat.
Lalu, sektor apa saja yang berkontribusi dalam pertumbuhan ekonomi di masa pandemi Covid-19 ini? Dari 17 lapangan usaha atau sektor terdapat enam sektor yang sudah berada di zona hijau dan 11 sektor masih negatif. Lima sektor yang tercatat positif meliputi Infokom, Perdagangan Air, Jasa Kesehatan, Pertanian, Listrik, dan Real Estate. Meski 11 sektor yang masih berada di teritori negatif, kontraksinya semakin tipis dibandingkan pada kuartal keempat tahun lalu.
Tanda-tanda pemulihan ekonomi pelan tapi pasti sudah memberi secercah harapan meski masih alami kontraksi. Setidaknya bisa dilihat dari angka-angka pertumbuhan ekonomi nasional per pulau. Sulit untuk digeser pertumbuhan ekonomi masih tetap didominasi Pulau Jawa yang berkontribusi sekitar 58,7% dengan tingkat kontraksi sekitar 0,83%, diikuti Pulau Sumatera dengan sumbangan 21,53% dan mencatat kontraksi sekitar minus 0,86%.
Sebaliknya, pertumbuhan ekonomi Pulau Sulawesi sudah mencatat positif 1,2% serta Maluku dan Papua dengan pencapaian positif sekitar 8,97%. Sementara itu, perekonomian di Pulau Bali dan Nusa Tenggara mencatatkan kontraksi terdalam hingga mencapai 5,16%, diikuti Pulau Kalimantan pada level -2,23%. Terlepas dari angka-angka kontraksi itu, pihak BPS mencatat sebanyak 10 provinsi sudah mengalami pertumbuhan ekonomi positif.
Melihat angka-angka terkait pertumbuhan perekonomian nasional, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo semakin optimistis pertumbuhan perekonomian nasional bakal berada di zona positif pada kisaran 4,3% hingga 5,3%. Dari pihak BI sendiri sederet kebijakan telah diterbitkan untuk ikut memulihkan perekonomian yang sudah setahun lebih terpuruk. Lihat saja, sektor konsumsi kebijakan bank sentral telah merelaksasi serius pada sektor kredit rumah dan kendaraan bermotor dengan instrumen down payment (DP) 0%. Selain itu, BI telah menurunkan suku bunga kredit dan melakukan pelonggaran likuiditas perbankan.
Walau tren pertumbuhan ekonomi nasional semakin positif, bukan berarti kerja pemerintah mulai ringan. Justru, hal ini harus menjadi momentum bagi pemerintah untuk mengeluarkan Indonesia dari jurang resesi ekonomi. Indikator lain yang menunjukkan kinerja ekonomi mulai berotot adalah neraca perdagangan yang terus mencetak suprlus sepanjang awal tahun ini.
Bagaimana dengan pertumbuhan ekonomi untuk kuartal kedua 2021? Suara para ekonom seragam dengan sangat optimistis bahwa kuartal kedua tahun ini pertumbuhan ekonomi nasional sudah meninggalkan zona minus. Namun, di balik semua itu, harus diwaspadai pengaruh eksternal dari pelemahan ekonomi global menyusul munculnya mutasi virus korona versi baru.
(bmm)