Kinerja Belanja
loading...
A
A
A
Candra Fajri Ananda
Staf Khusus Menkeu RI
MEMASUKI penghujung tahun, ekonomi global melambat dengan ketidakpastian yang meningkat tinggi disertai divergensi pertumbuhan antarnegara yang semakin melebar. IMF memprakirakan pertumbuhan ekonomi global pada 2023 mencapai 3,0% dan melambat menjadi 2,9% pada 2024.
Akibat kondisi tersebut, harga-harga komoditi pun turut menghadapi tekanan serius akibat ketidakpastian global. Meski data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa neraca perdagangan Indonesia masih mencatatkan surplus sebesar USD3,42 miliar pada September 2023, namun aktivitas perdagangan internasional Indonesia mengalami penurunan sejalan dengan tren moderasi harga komoditas global serta perlambatan ekonomi di sejumlah negara mitra dagang utama.
Beberapa komoditas ekspor utama Indonesia seperti minyak kelapa sawit, batu bara, dan nikel mengalami penurunan yang signifikan dibandingkan tahun lalu. Ekspor nonmigas hasil industri pengolahan Januari–Oktober 2023 turun 10,30% dibandingkan periode yang sama pada 2022. Demikian juga ekspor hasil pertanian, kehutanan, dan perikanan turun 10,44% dan ekspor hasil pertambangan dan lainnya turun 20,80%.
Secara umum, perekonomian Indonesia diprakirakan tetap tumbuh baik dan berdaya tahan di di tengah ketidakpastian ekonomi global tahun depan. Hal ini karena konsumsi swasta diprediksi masih tumbuh kuat sejalan dengan keyakinan konsumen yang masih tinggi, terkendalinya inflasi, dan aktivitas terkait penyelenggaraan Pemilu.
Percepatan belanja negara terkait penyelenggaraan Pemilu serta penguatan peran APBN sebagai akselerator diharapkan dapat mendorong konsumsi Pemerintah serta menjaga daya beli masarakat. Degan berbagai tekanan yang ada, ekonomi Indonesia diperkirakan mampu bertahan ditengah perlambatan ekonomi global, walaupum masih harus tetap waspada.
APBN sebagai Mesin Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi merupakan tujuan utama bagi setiap negara, dan salah satu faktor kunci yang secara teoritis dapat memacu pertumbuhan tersebut adalah belanja, baik yang dilakukan oleh pemerintah maupun oleh rumah tangga. Terkait hal ini, belanja bukan hanya sekadar pengeluaran, tetapi merupakan "injeksi" yang memberikan dorongan positif bagi perekonomian, di mana belanja tersebut memiliki efek multiplier yang signifikan.
Artinya, setiap unit uang yang diinvestasikan dalam perekonomian akan menciptakan pendapatan dan belanja tambahan. Oleh sebab itu, kebijakan ekonomi yang menggalakkan belanja, baik melalui stimulus pemerintah maupun mendorong daya beli rumah tangga, menjadi kunci untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan inklusif.
Sebagai upaya menjaga pertumbuhan ekonomi nasional di tengah ketidakpastian global, APBN mutlak diperlukan untuk tampil sebagai garda terdepan. APBN memainkan peran penting sebagai shock absorber dalam merespons ketidakpastian dan volatilitas ekonomi yang tinggi. Melalui dorongan konsumsi, baik dari pihak pemerintah maupun masyarakat.
Peningkatan belanja pemerintah yang terencana dengan cermat dapat menjadi pemicu pertumbuhan ekonomi, menciptakan lapangan kerja baru dan merangsang sektor-sektor vital. Di sisi lain, melalui kebijakan yang mendukung konsumsi masyarakat, seperti insentif pajak atau program stimulus ekonomi, APBN dapat menjaga daya beli masyarakat, mencegah penurunan tajam yang dapat terjadi dalam situasi ekonomi sulit.
Staf Khusus Menkeu RI
MEMASUKI penghujung tahun, ekonomi global melambat dengan ketidakpastian yang meningkat tinggi disertai divergensi pertumbuhan antarnegara yang semakin melebar. IMF memprakirakan pertumbuhan ekonomi global pada 2023 mencapai 3,0% dan melambat menjadi 2,9% pada 2024.
Akibat kondisi tersebut, harga-harga komoditi pun turut menghadapi tekanan serius akibat ketidakpastian global. Meski data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa neraca perdagangan Indonesia masih mencatatkan surplus sebesar USD3,42 miliar pada September 2023, namun aktivitas perdagangan internasional Indonesia mengalami penurunan sejalan dengan tren moderasi harga komoditas global serta perlambatan ekonomi di sejumlah negara mitra dagang utama.
Beberapa komoditas ekspor utama Indonesia seperti minyak kelapa sawit, batu bara, dan nikel mengalami penurunan yang signifikan dibandingkan tahun lalu. Ekspor nonmigas hasil industri pengolahan Januari–Oktober 2023 turun 10,30% dibandingkan periode yang sama pada 2022. Demikian juga ekspor hasil pertanian, kehutanan, dan perikanan turun 10,44% dan ekspor hasil pertambangan dan lainnya turun 20,80%.
Secara umum, perekonomian Indonesia diprakirakan tetap tumbuh baik dan berdaya tahan di di tengah ketidakpastian ekonomi global tahun depan. Hal ini karena konsumsi swasta diprediksi masih tumbuh kuat sejalan dengan keyakinan konsumen yang masih tinggi, terkendalinya inflasi, dan aktivitas terkait penyelenggaraan Pemilu.
Percepatan belanja negara terkait penyelenggaraan Pemilu serta penguatan peran APBN sebagai akselerator diharapkan dapat mendorong konsumsi Pemerintah serta menjaga daya beli masarakat. Degan berbagai tekanan yang ada, ekonomi Indonesia diperkirakan mampu bertahan ditengah perlambatan ekonomi global, walaupum masih harus tetap waspada.
APBN sebagai Mesin Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi merupakan tujuan utama bagi setiap negara, dan salah satu faktor kunci yang secara teoritis dapat memacu pertumbuhan tersebut adalah belanja, baik yang dilakukan oleh pemerintah maupun oleh rumah tangga. Terkait hal ini, belanja bukan hanya sekadar pengeluaran, tetapi merupakan "injeksi" yang memberikan dorongan positif bagi perekonomian, di mana belanja tersebut memiliki efek multiplier yang signifikan.
Artinya, setiap unit uang yang diinvestasikan dalam perekonomian akan menciptakan pendapatan dan belanja tambahan. Oleh sebab itu, kebijakan ekonomi yang menggalakkan belanja, baik melalui stimulus pemerintah maupun mendorong daya beli rumah tangga, menjadi kunci untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan inklusif.
Sebagai upaya menjaga pertumbuhan ekonomi nasional di tengah ketidakpastian global, APBN mutlak diperlukan untuk tampil sebagai garda terdepan. APBN memainkan peran penting sebagai shock absorber dalam merespons ketidakpastian dan volatilitas ekonomi yang tinggi. Melalui dorongan konsumsi, baik dari pihak pemerintah maupun masyarakat.
Peningkatan belanja pemerintah yang terencana dengan cermat dapat menjadi pemicu pertumbuhan ekonomi, menciptakan lapangan kerja baru dan merangsang sektor-sektor vital. Di sisi lain, melalui kebijakan yang mendukung konsumsi masyarakat, seperti insentif pajak atau program stimulus ekonomi, APBN dapat menjaga daya beli masyarakat, mencegah penurunan tajam yang dapat terjadi dalam situasi ekonomi sulit.