Tak Mudik, Lebaran Tetap Asyik
loading...
A
A
A
"Sekarang cukup transfer uang untuk saudara-saudara di kampung. Saya rasa di zaman Nabi dulu, ketika datang Idul Fitri tidak seheboh kita dengan agenda mudik," ungkap Komaruddin
Dia lantas mengingatkan, apa yang terjadi di India dan beberapa negara lain yang terjadi penyebaran dan lonjakan kasus Covid-19 mestinya jadi pelajaran kita semua. Setelah setahun mereka jenuh tinggal di rumah, lalu melakukan kerumunan dan rekreasi di tempat keramaian, ternyata akibatnya fatal. Berbagai upaya vaksinasi yang dilakukan pemerintah untuk menciptakan herd immunity gagal.
"Di India, didorong oleh keyakinan agama untuk mengadakan seremoni massal, ternyata Covid tidak kenal agama. Jadi, masyarakat (Indonesia, red.) bersama pemerintah mesti kompak saling memberikan support untuk menghindarkan kerumunan dan kontak fisik," tegas Komaruddin.
Tb Ace Hasan Syadzily juga menegaskan, di masa pandemi ini sebenarnya masyarakat bisa memaknai Idul Fitri dan merayakan Lebaran 1442 Hijriah/2021 tanpa berkumpul secara langsung dengan keluarga di kampung halaman. Ace mengungkapkan, saat ini teknologi komunikasi sudah sangat canggih. Dengan demikian kerinduan terhadap kampung halaman dan keluarga sudah bisa dijembatani sementara ini misalnya dengan berbagai layanan komunikasi.
"Misalnya dengan video call atau dengan Zoom meeting atau dengan teknologi lain yang membuat kita bisa bertemu dan menyapa sanak kerabat kita di kampung halaman. Itu juga kan bisa dilakukan dengan cara menggunakan media sosial lain, seperti saling menyapa di Facebook, saling mengirimkan foto, dan lain-lain," ujarnya.
Dia mengakui komunikasi dengan menggunakan teknologi seperti itu memang tidak bisa memenuhi dan melepaskan secara utuh kerinduan kita sanak saudara yang ada di kampung. Tapi menurut Ace, paling tidak setiap dari kita bisa mengetahui kabar orang tua dan keluarga serta bagaimana kondisi terbaru kehidupan para warga yang ada di kampung.
Karenanya Ace sepakat dan membenarkan saat disinggung bahwa tanpa lebaran bisa tetap asik tanpa mudik. Sekali lagi kata dia, yang paling penting adalah masyarakat masih bisa berinteraksi dengan sanak saudara melalui teknologi komunikasi.
"Yang harus diprioritaskan oleh kita kan justru adalah kita melindungi saudara kita, kita melindungi keluarga kita. Kalau kita sayang dengan orang tua dan keluarga kita di kampung, maka sebaiknya kita tidak pulang (mudik). Sebab, siapa tahu kita punya (sebagai) orang tanpa gejala yang bisa menyebarkan kepada saudara-saudara kita yang ada di kampung," tegas Ace.
"Justru menurut saya, sangat zalim ketika kita tidak bisa memastikan apakah diri kita ini terpapar Covid-19 atau tidak, kemudian malah menyebarkan Covid-19," sambungnya.
Dia lantas mengingatkan, apa yang terjadi di India dan beberapa negara lain yang terjadi penyebaran dan lonjakan kasus Covid-19 mestinya jadi pelajaran kita semua. Setelah setahun mereka jenuh tinggal di rumah, lalu melakukan kerumunan dan rekreasi di tempat keramaian, ternyata akibatnya fatal. Berbagai upaya vaksinasi yang dilakukan pemerintah untuk menciptakan herd immunity gagal.
"Di India, didorong oleh keyakinan agama untuk mengadakan seremoni massal, ternyata Covid tidak kenal agama. Jadi, masyarakat (Indonesia, red.) bersama pemerintah mesti kompak saling memberikan support untuk menghindarkan kerumunan dan kontak fisik," tegas Komaruddin.
Tb Ace Hasan Syadzily juga menegaskan, di masa pandemi ini sebenarnya masyarakat bisa memaknai Idul Fitri dan merayakan Lebaran 1442 Hijriah/2021 tanpa berkumpul secara langsung dengan keluarga di kampung halaman. Ace mengungkapkan, saat ini teknologi komunikasi sudah sangat canggih. Dengan demikian kerinduan terhadap kampung halaman dan keluarga sudah bisa dijembatani sementara ini misalnya dengan berbagai layanan komunikasi.
"Misalnya dengan video call atau dengan Zoom meeting atau dengan teknologi lain yang membuat kita bisa bertemu dan menyapa sanak kerabat kita di kampung halaman. Itu juga kan bisa dilakukan dengan cara menggunakan media sosial lain, seperti saling menyapa di Facebook, saling mengirimkan foto, dan lain-lain," ujarnya.
Dia mengakui komunikasi dengan menggunakan teknologi seperti itu memang tidak bisa memenuhi dan melepaskan secara utuh kerinduan kita sanak saudara yang ada di kampung. Tapi menurut Ace, paling tidak setiap dari kita bisa mengetahui kabar orang tua dan keluarga serta bagaimana kondisi terbaru kehidupan para warga yang ada di kampung.
Karenanya Ace sepakat dan membenarkan saat disinggung bahwa tanpa lebaran bisa tetap asik tanpa mudik. Sekali lagi kata dia, yang paling penting adalah masyarakat masih bisa berinteraksi dengan sanak saudara melalui teknologi komunikasi.
"Yang harus diprioritaskan oleh kita kan justru adalah kita melindungi saudara kita, kita melindungi keluarga kita. Kalau kita sayang dengan orang tua dan keluarga kita di kampung, maka sebaiknya kita tidak pulang (mudik). Sebab, siapa tahu kita punya (sebagai) orang tanpa gejala yang bisa menyebarkan kepada saudara-saudara kita yang ada di kampung," tegas Ace.
"Justru menurut saya, sangat zalim ketika kita tidak bisa memastikan apakah diri kita ini terpapar Covid-19 atau tidak, kemudian malah menyebarkan Covid-19," sambungnya.