Puasa, Sedekah, THR, dan Pemulihan Ekonomi
loading...
A
A
A
Candra Fajri Ananda
Staf Ahli Kementerian Keuangan RI
Marhaban YaaRamadhan,selamat datang wahai bulan Ramadan, bulan yang dinantikan umat Islam karena di dalamnya bertabur rahmat, ampunan, dan pahala yang berlipat ganda dari Allah SWT. Bagi umat Islam, ibadah puasa Ramadan merupakan salah satu dari rukun atau kewajiban. Perintah berpuasa ini tertera dalam surah al-Baqarah ayat 185: “Barangsiapa di antara kamu yang menyaksikan bulan (Ramadan), maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu”. Banyak hal yang bisa kita dapatkan dari berpuasa. Ada berjuta hikmah puasa Ramadan bagi kesehatan dan rohani seseorang. Selain mengatur diri untuk tidak makan dan minum, berpuasa juga bisa melatih kita untuk sabar dan tenang. Hal tersebut tak lain disiapkan oleh Allah SWT untuk meningkatkan derajat ketakwaan manusia.
Waktu terus bergulir, tanpa terasa bulan Ramadan telah melewati setengah perjalanannya. Menjelang hari-hari penghujung Ramadan, Rasulullah SAW menganjurkan untuk memperbanyak amalan-amalan saleh seperti salat sunah dan tilawah Alquran, amalan zakat, infak, dan sedekah merupakan ladang pahala besar yang bisa didapatkan oleh setiap Muslim. Dalam Islam, hakikatnya kepemilikan harta adalah milik Allah SWT, manusia hanya pemilik sementara dari harta yang ada di dunia. Sebagaimana yang Allah SWT firmankan dalam surat al-Hasyr ayat tujuh bahwa harta tidak boleh berkumpul pada suatu golongan, untuk itu pendistribusian harta mutlak harus dilakukan agar tidak terjadi kesenjangan.
Di negara berkembang termasuk Indonesia, kesenjangan memang masih menjadi salah satu permasalahan, terlebih di masa pandemi seperti saat ini. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk kaya dan miskin Indonesia yang diukur olehgini ratiomencapai 0,385 pada September 2020. Angka tersebut meningkat 0,005 poin dibandingkan dengangini ratioSeptember 2019 yang sebesar 0,380.Gini ratiodi daerah perkotaan pada September 2020 tercatat sebesar 0,399. Angka tersebut meningkat dibandinggini ratioMaret 2020 sebesar 0,393 dangini ratioSeptember 2019 sebesar 0,391. Sementara itu,gini ratiodi daerah perdesaan pada September 2020 tercatat sebesar 0,319. Catatan tersebut juga meningkat dibandinggini ratioMaret 2020 sebesar 0,317 dangini ratioSeptember 2019 sebesar 0,315. Oleh sebab itu, sangat elok jika masyarakat dapat bahu membahu untuk saling membantu melalui zakat, infak, dan sedekah di bulan penuh berkah ini. Sesungguhnya Allah SWT akan selalu menolong seseorang selama orang itu mau membantu saudaranya yang lain.
Konsumsi di Bulan Ramadan
Konsumsi rumah tangga menjadi bagian penting dalam pertumbuhan ekonomi nasional mengingat kontribusinya mencapai 58% terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia. Hal tersebut menunjukkan bahwa jika konsumsi rumah tangga mengalami pelemahan, maka pertumbuhan ekonomi juga akan melambat. Kini pemerintah sedang bekerja keras untuk terus mendorong konsumsi rumah tangga akan dapat segera pulih dari keterpurukan. Menteri Keuangan memprediksi bahwa konsumsi rumah tangga terus menguat seiring dengan digulirkannya berbagai program pemulihan ekonomi. Pemerintah mencatatkan laju sektorkonsumsi rumah tanggamengalami kenaikan sebesar 93,4 pada Maret 2021. Angka ini bergerak dari posisi Januari dan Februari 2021 masing-masing 84,9 dan 85,8. Selain itu, data menunjukkan bahwa Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Maret 2021 menguat, terealisasi sebesar 93,4, dan merupakan yang tertinggi sejak Desember 2020. Aktivitas konsumsi masyarakat juga menunjukkan perbaikan, dan diperkirakan akan terus menguat pada Kuartal II – 2021, terutama konsumsi makanan dan minuman, informasi dan transportasi, pakaian, serta perlengkapan rumah tangga dan rekreasi.
Pada bulan Ramadan, pengeluaran rumah tangga masyarakat cenderung mengalami peningkatan. Hal itu menjadi anomali ketika umat Islam berpuasa, membatasi diri, serta mengatur atau mengurangi makan dan minumnya sehingga permintaan konsumsi bahan pangan akan menurun, tetapi kenyataannya justru pada bulan Ramadan permintaan kebutuhan konsumsi masyarakat meningkat.Hasil kajian Febriyanto dkk (2019) menunjukkan bahwa rata-rata konsumsi rumah tangga meningkat antara 10-30% hingga 100-150% selama bulan puasa. Uniknya, hal itu juga terjadi di sektor lain seperti sektor pertanian, peternakan, konveksi pakaian, kerajinan tangan, dan bahan bangunan juga terjadi peningkatan pembelian di bulan Ramadan.
Peningkatan konsumsi masyarakat di bulan Ramadan dapat dimanfaatkan sebagai momentum Ramadan pemicu paling positif dalam mendorong aktivitas ekonomi. Bahkan, momen ini punya andil penting mendorong pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan konsumsi masyarakat. Makanan, sandang, dan jasa (transportasi dan pembayaran) adalah komoditas dan sektor paling banyak disasar oleh masyarakat. Pada momen ini pemulihan perlu terus didorong dengan tetap menjaga pengendalian pandemi Covid-19.
THR Stimulus Pemulihan Ekonomi
Di tengah kebijakan larangan mudik untuk Lebaran tahun ini, namun tunjangan hari raya (THR) masih tetap menjadi sesuatu yang dinanti di akhir Ramadan. Tak sedikit para karyawan, baik di sektor swasta maupun pemerintah, menantikan momen tersebut. Khusus bagi pegawai negeri sipil (PNS), Menteri Keuangan telah mengabarkan bahwa pencairan THR bagi PNS tahun ini tidak diberikan secara penuh. Pemerintah hanya mencairkan THR PNS sebesar gaji pokok dan beberapa tunjangan melekat saja, tidak termasuk tunjangan kinerja (tukin). Tak mudah bagi pemerintah untuk mengambil langkah tersebut, namun di sisi lain beban yang dipikul oleh APBN saat ini juga cukup berat untuk menstimulus program PEN. Hingga kini masih terdapat beberapa pos anggaran yang harus dibiayai oleh APBN sehingga menyebabkan anggaran terbatas di antaranya program Kartu Prakerja yang meningkat menjadi Rp 20 triliun, bantuan/subsidi kuota internet untuk pelajar–pengajar, Bantuan Produktif Usaha Mikro (BPUM), serta imbal jasa penjaminan UMKM. Kondisi pandemi yang belum usai masih membutuhkan dana yang tak sedikit dari anggaran APBN untuk penanganan sekaligus pemulihan ekonomi masyarakat yang terdampak Covid-19.
Pro dan kontra dalam sebuah kebijakan lumrah terjadi. Meski tak penuh, namun THR yang diberikan kepada seluruh PNS di Indonesia diharapkan dapat berdampak positif bagi perputaran roda ekonomi. Besar harapan pemerintah agar THR bisa segera dibelanjakan (terutama untuk produk dalam negeri) sehingga dapat meningkatkan konsumsi yang selanjutnya berdampak positif bagi perekonomian. Selain itu, sebagai umat muslim, menyisihkan THR untuk membayar zakat pun perlu dilakukan sebagai kewajiban umat Islam. Selain zakat, di bulan Ramadan dan Idul Fitri yang penuh berkah ini juga dapat dijadikan momen untuk memperbesar amal ibadah melalui sedekah. Sesungguhnya meraih rida Allah SWT adalah sebuah tujuan utama kita dalam melakukan ibadah. Jika Allah telah rida kepada kita, maka kita akan senantiasa meraih kasih sayangnya dengan sifat Rahman dan Rahim-Nya. Limpahan pahala akan senantiasa Allah berikan kepada orang-orang yang melakukan ibadah dengan ikhlas. Limpahan pahala juga Allah janjikan kepada orang-orang yang bersedekah. Semoga.
Staf Ahli Kementerian Keuangan RI
Marhaban YaaRamadhan,selamat datang wahai bulan Ramadan, bulan yang dinantikan umat Islam karena di dalamnya bertabur rahmat, ampunan, dan pahala yang berlipat ganda dari Allah SWT. Bagi umat Islam, ibadah puasa Ramadan merupakan salah satu dari rukun atau kewajiban. Perintah berpuasa ini tertera dalam surah al-Baqarah ayat 185: “Barangsiapa di antara kamu yang menyaksikan bulan (Ramadan), maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu”. Banyak hal yang bisa kita dapatkan dari berpuasa. Ada berjuta hikmah puasa Ramadan bagi kesehatan dan rohani seseorang. Selain mengatur diri untuk tidak makan dan minum, berpuasa juga bisa melatih kita untuk sabar dan tenang. Hal tersebut tak lain disiapkan oleh Allah SWT untuk meningkatkan derajat ketakwaan manusia.
Waktu terus bergulir, tanpa terasa bulan Ramadan telah melewati setengah perjalanannya. Menjelang hari-hari penghujung Ramadan, Rasulullah SAW menganjurkan untuk memperbanyak amalan-amalan saleh seperti salat sunah dan tilawah Alquran, amalan zakat, infak, dan sedekah merupakan ladang pahala besar yang bisa didapatkan oleh setiap Muslim. Dalam Islam, hakikatnya kepemilikan harta adalah milik Allah SWT, manusia hanya pemilik sementara dari harta yang ada di dunia. Sebagaimana yang Allah SWT firmankan dalam surat al-Hasyr ayat tujuh bahwa harta tidak boleh berkumpul pada suatu golongan, untuk itu pendistribusian harta mutlak harus dilakukan agar tidak terjadi kesenjangan.
Di negara berkembang termasuk Indonesia, kesenjangan memang masih menjadi salah satu permasalahan, terlebih di masa pandemi seperti saat ini. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk kaya dan miskin Indonesia yang diukur olehgini ratiomencapai 0,385 pada September 2020. Angka tersebut meningkat 0,005 poin dibandingkan dengangini ratioSeptember 2019 yang sebesar 0,380.Gini ratiodi daerah perkotaan pada September 2020 tercatat sebesar 0,399. Angka tersebut meningkat dibandinggini ratioMaret 2020 sebesar 0,393 dangini ratioSeptember 2019 sebesar 0,391. Sementara itu,gini ratiodi daerah perdesaan pada September 2020 tercatat sebesar 0,319. Catatan tersebut juga meningkat dibandinggini ratioMaret 2020 sebesar 0,317 dangini ratioSeptember 2019 sebesar 0,315. Oleh sebab itu, sangat elok jika masyarakat dapat bahu membahu untuk saling membantu melalui zakat, infak, dan sedekah di bulan penuh berkah ini. Sesungguhnya Allah SWT akan selalu menolong seseorang selama orang itu mau membantu saudaranya yang lain.
Konsumsi di Bulan Ramadan
Konsumsi rumah tangga menjadi bagian penting dalam pertumbuhan ekonomi nasional mengingat kontribusinya mencapai 58% terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia. Hal tersebut menunjukkan bahwa jika konsumsi rumah tangga mengalami pelemahan, maka pertumbuhan ekonomi juga akan melambat. Kini pemerintah sedang bekerja keras untuk terus mendorong konsumsi rumah tangga akan dapat segera pulih dari keterpurukan. Menteri Keuangan memprediksi bahwa konsumsi rumah tangga terus menguat seiring dengan digulirkannya berbagai program pemulihan ekonomi. Pemerintah mencatatkan laju sektorkonsumsi rumah tanggamengalami kenaikan sebesar 93,4 pada Maret 2021. Angka ini bergerak dari posisi Januari dan Februari 2021 masing-masing 84,9 dan 85,8. Selain itu, data menunjukkan bahwa Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Maret 2021 menguat, terealisasi sebesar 93,4, dan merupakan yang tertinggi sejak Desember 2020. Aktivitas konsumsi masyarakat juga menunjukkan perbaikan, dan diperkirakan akan terus menguat pada Kuartal II – 2021, terutama konsumsi makanan dan minuman, informasi dan transportasi, pakaian, serta perlengkapan rumah tangga dan rekreasi.
Pada bulan Ramadan, pengeluaran rumah tangga masyarakat cenderung mengalami peningkatan. Hal itu menjadi anomali ketika umat Islam berpuasa, membatasi diri, serta mengatur atau mengurangi makan dan minumnya sehingga permintaan konsumsi bahan pangan akan menurun, tetapi kenyataannya justru pada bulan Ramadan permintaan kebutuhan konsumsi masyarakat meningkat.Hasil kajian Febriyanto dkk (2019) menunjukkan bahwa rata-rata konsumsi rumah tangga meningkat antara 10-30% hingga 100-150% selama bulan puasa. Uniknya, hal itu juga terjadi di sektor lain seperti sektor pertanian, peternakan, konveksi pakaian, kerajinan tangan, dan bahan bangunan juga terjadi peningkatan pembelian di bulan Ramadan.
Peningkatan konsumsi masyarakat di bulan Ramadan dapat dimanfaatkan sebagai momentum Ramadan pemicu paling positif dalam mendorong aktivitas ekonomi. Bahkan, momen ini punya andil penting mendorong pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan konsumsi masyarakat. Makanan, sandang, dan jasa (transportasi dan pembayaran) adalah komoditas dan sektor paling banyak disasar oleh masyarakat. Pada momen ini pemulihan perlu terus didorong dengan tetap menjaga pengendalian pandemi Covid-19.
THR Stimulus Pemulihan Ekonomi
Di tengah kebijakan larangan mudik untuk Lebaran tahun ini, namun tunjangan hari raya (THR) masih tetap menjadi sesuatu yang dinanti di akhir Ramadan. Tak sedikit para karyawan, baik di sektor swasta maupun pemerintah, menantikan momen tersebut. Khusus bagi pegawai negeri sipil (PNS), Menteri Keuangan telah mengabarkan bahwa pencairan THR bagi PNS tahun ini tidak diberikan secara penuh. Pemerintah hanya mencairkan THR PNS sebesar gaji pokok dan beberapa tunjangan melekat saja, tidak termasuk tunjangan kinerja (tukin). Tak mudah bagi pemerintah untuk mengambil langkah tersebut, namun di sisi lain beban yang dipikul oleh APBN saat ini juga cukup berat untuk menstimulus program PEN. Hingga kini masih terdapat beberapa pos anggaran yang harus dibiayai oleh APBN sehingga menyebabkan anggaran terbatas di antaranya program Kartu Prakerja yang meningkat menjadi Rp 20 triliun, bantuan/subsidi kuota internet untuk pelajar–pengajar, Bantuan Produktif Usaha Mikro (BPUM), serta imbal jasa penjaminan UMKM. Kondisi pandemi yang belum usai masih membutuhkan dana yang tak sedikit dari anggaran APBN untuk penanganan sekaligus pemulihan ekonomi masyarakat yang terdampak Covid-19.
Pro dan kontra dalam sebuah kebijakan lumrah terjadi. Meski tak penuh, namun THR yang diberikan kepada seluruh PNS di Indonesia diharapkan dapat berdampak positif bagi perputaran roda ekonomi. Besar harapan pemerintah agar THR bisa segera dibelanjakan (terutama untuk produk dalam negeri) sehingga dapat meningkatkan konsumsi yang selanjutnya berdampak positif bagi perekonomian. Selain itu, sebagai umat muslim, menyisihkan THR untuk membayar zakat pun perlu dilakukan sebagai kewajiban umat Islam. Selain zakat, di bulan Ramadan dan Idul Fitri yang penuh berkah ini juga dapat dijadikan momen untuk memperbesar amal ibadah melalui sedekah. Sesungguhnya meraih rida Allah SWT adalah sebuah tujuan utama kita dalam melakukan ibadah. Jika Allah telah rida kepada kita, maka kita akan senantiasa meraih kasih sayangnya dengan sifat Rahman dan Rahim-Nya. Limpahan pahala akan senantiasa Allah berikan kepada orang-orang yang melakukan ibadah dengan ikhlas. Limpahan pahala juga Allah janjikan kepada orang-orang yang bersedekah. Semoga.
(war)