Pandemi Corona, Gugus Tugas Ajak Masyarakat Kembali Produktif
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pemerintah tak henti-hentinya meminta masyarakat untuk mematuhi protokol kesehatan. Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 atau virus Corona, terus menggaungkan agar masyarakat beradaptasi dengan kebiasaan hidup baru.
(Baca juga: Sehari Bertambah 973, Positif Covid-19 di Indonesia Menjadi 20.162 Kasus)
Juru bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Achmad Yurianto menerangkan masyarakat harus membudayakan cara-cara hidup baru, hidup sehat, dan mengindari kerumunan. Pola hidup baru ini penting agar masyarakat tidak terinfeksi virus Sars Cov-II.
"Ini penting, Covid-19 masih belum diketemukan vaksinnya. Para ahli sedang bekerja keras (menemukan). Kebiasan baru menjadi modal agar tidak terinfeksi Covid-19," ujar Yurianto dalam konferensi pers virtual di Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Kamis (21/5/2020).
Yuri, sapaan akrabnya, mengatakan tidak mungkin semua orang diam terus-menerus dalam situasi seperti ini. Tidak ada satu orangpun yang mengetahui kapan pandemi Covid-19 ini akan berakhir. Menurutnya, secara perlahan harus bisa produktif. Namun, dengan dengan jaminan bisa terhindar dan terinfeksi Covid-19.
“Produktifitas memperhatikan cara-cara pencegahan. Ini harus bisa dilaksanakan. Perubahan ini membutuhkan proses, wakytu, dan keterlibatan semua pihak,” ucapnya.
Pemerintah membutuhkan peran serta tokoh masyarakat, agama, adat, dan masyarakat dalam mengkampanyekan gaya hidup baru dan protokol pencegahan Covid-19. Salah satu kunci kesuksesan melawan Corona, menurut Yuri, adalah keluarga.
"Peran kepala keluarga akan mempercepat perubahan ini. masyarakat yang membiasakan diri untuk mencuci tangan dan menggunakan masker ketika keluar rumah. Inilah yang disebut normal baru," tutur pria 52 tahun itu.
Saat menjelang Lebaran ini, aktivitas masyarakat akan meningkat, entah untuk pergi ke pasar atau rumah saudara. Pemerintah berharap masyarakat tetap menerapkan pola jaga jarak dan menggunakan masker dalam beraktivitas.
Yuri mengungkapkan kelompok paling rentan dan memiliki kemungkinan meninggal itu pada usia di atas 60 tahun. Juga kelompok yang memiliki penyakit penyerta. Oleh karena itu, masyarakat harus menjaga dirinya agar tidak tertular dan menularkan kepada kelompok tersebut.
"Kita patuhi, sebagai contoh, apabila memiliki kepentinga ke pasar buatlah perjanjian, agar tidak terjadi penumpukan di pasar. Ini yang harus menjadi perhatian utama," pungkasnya.
(Baca juga: Sehari Bertambah 973, Positif Covid-19 di Indonesia Menjadi 20.162 Kasus)
Juru bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Achmad Yurianto menerangkan masyarakat harus membudayakan cara-cara hidup baru, hidup sehat, dan mengindari kerumunan. Pola hidup baru ini penting agar masyarakat tidak terinfeksi virus Sars Cov-II.
"Ini penting, Covid-19 masih belum diketemukan vaksinnya. Para ahli sedang bekerja keras (menemukan). Kebiasan baru menjadi modal agar tidak terinfeksi Covid-19," ujar Yurianto dalam konferensi pers virtual di Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Kamis (21/5/2020).
Yuri, sapaan akrabnya, mengatakan tidak mungkin semua orang diam terus-menerus dalam situasi seperti ini. Tidak ada satu orangpun yang mengetahui kapan pandemi Covid-19 ini akan berakhir. Menurutnya, secara perlahan harus bisa produktif. Namun, dengan dengan jaminan bisa terhindar dan terinfeksi Covid-19.
“Produktifitas memperhatikan cara-cara pencegahan. Ini harus bisa dilaksanakan. Perubahan ini membutuhkan proses, wakytu, dan keterlibatan semua pihak,” ucapnya.
Pemerintah membutuhkan peran serta tokoh masyarakat, agama, adat, dan masyarakat dalam mengkampanyekan gaya hidup baru dan protokol pencegahan Covid-19. Salah satu kunci kesuksesan melawan Corona, menurut Yuri, adalah keluarga.
"Peran kepala keluarga akan mempercepat perubahan ini. masyarakat yang membiasakan diri untuk mencuci tangan dan menggunakan masker ketika keluar rumah. Inilah yang disebut normal baru," tutur pria 52 tahun itu.
Saat menjelang Lebaran ini, aktivitas masyarakat akan meningkat, entah untuk pergi ke pasar atau rumah saudara. Pemerintah berharap masyarakat tetap menerapkan pola jaga jarak dan menggunakan masker dalam beraktivitas.
Yuri mengungkapkan kelompok paling rentan dan memiliki kemungkinan meninggal itu pada usia di atas 60 tahun. Juga kelompok yang memiliki penyakit penyerta. Oleh karena itu, masyarakat harus menjaga dirinya agar tidak tertular dan menularkan kepada kelompok tersebut.
"Kita patuhi, sebagai contoh, apabila memiliki kepentinga ke pasar buatlah perjanjian, agar tidak terjadi penumpukan di pasar. Ini yang harus menjadi perhatian utama," pungkasnya.
(maf)