Wamen LHK: Berwisata Alam Terapi Menyehatkan Mencegah COVID-19

Rabu, 07 April 2021 - 06:15 WIB
loading...
Wamen LHK: Berwisata...
Wakil Menteri LHK Alue Dohong, saat acara Kunjungan Jurnalistik di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP), Jawa Barat, Selasa (6/4/2021). SINDOnews/Hendri Irawan
A A A
CIANJUR - Gaya hidup berwisata alam semakin digemari masyarakat selama era pemulihan pandemi COVID-19 , khususnya wisata alam di kawasan konservasi.

Fenomena ini diyakini semakin berkembang karena Indonesia memiliki banyak obyek daya tarik wisata alam. Pengembangan ekowisata atau wisata alam ini juga sekaligus salah satu fungsi pemanfaatan dari kawasan konservasi berbasis suistainable (berkelanjutan)

"Dulu sebelumnya pengelolaan Taman Nasional itu menerapkan pola fencing atau dipagari, tidak boleh diapa-apakan. Sekarang kita menginginkan di samping fungsi konservasi, ada pemanfaatan dalam arti jasa lingkungan, dan wisata alam," tutur Wakil Menteri LHK Alue Dohong, saat acara Kunjungan Jurnalistik di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP), Jawa Barat, Selasa (6/4/2021).

Berwisata sembari menikmati keindahan alam juga merupakan salah satu cara penyembuhan yang efektif. Konsep alam sebagai sumber penyembuhan ini dikenal dengan forest healing. (Baca juga; Berwisata Sambil Memperkuat Daya Tahan Tubuh )

"Masuk ke hutan itu bukan berapa jauh atau berapa langkah yang kita ambil, tapi dengan memaknai setiap langkahnya. Dengan begitu, tidak hanya jasmani, juga dapat memberikan kontribusi terhadap kesehatan jiwa. Memasuki hutan juga dapat melepas stres, dan penat. Dengan melihat keindahan alam, imun juga meningkat," kata Wamen Alue.

Pada kesempatan tersebut, Wamen Alue mengingatkan tantangan kawasan wisata alam yaitu bagaimana mengelola sampah. Hal ini penting agar para penikmat wisata alam tidak terganggu dengan sampah yang dibuang sembarangan, termasuk di jalur pendakian.

"Apalagi sampahnya yang sulit atau bahkan tidak terurai di alam. Makanya keindahan dan keunikan yang ada di alam jangan sampai tercemar sampah," katanya. (Baca juga; Ingin Berwisata Alam Tak Jauh dari Jakarta? Ini 5 Spot Danau Menarik di Bogor )

Wamen Alue juga berpesan dengan adanya ekowisata bisa menjadi penggerak green economy di Indonesia. Pengelolaan wisata alam pun membuka peluang kerja sehingga berkontribusi terhadap pendapatan masyarakat, daerah, dan negara.

"Saya kira salah satu peluang Indonesia ke depan dalam rangka menuju green economy. Jadi paradigmanya yang berubah, tidak perlu mengeksploitasi alam lagi, tetapi dengan menerapkan multi environmental services," ujar Wamen Alue.

Kawasan TNGGP dengan luasan 24.270,8 hektar memiliki banyak potensi. Secara administratif, TNGGP mencakup tiga wilayah yaitu Cianjur, Sukabumi, dan Bogor. Dalam pengelolaannya dibagi menjadi 15 resort, dan masing-masing mempunyai segmentasi pengembangannya.

Dijelaskan Kepala Balai Besar TNGGP Wahju Rudianto, TNGGP merupakan hulu dari empat Daerah Aliran Sungai (DAS) utama yaitu Cimandiri, Citarum, Ciliwung, dan Cisadane. Posisinya yang strategis ini menjadikan kawasan TNGGP memiliki fungsi penting dalam pemenuhan kebutuhan air bagi masyarakat sekitarnya.

Dengan curah hujan tahunan mencapai 3.000-4.000 mm, menjadikan TNGGP sumber air tawar dengan kapasitas 594 miliar liter/tahun. Air yang berlimpah ini menghidupi puluhan juta jiwa masyarakat di sepanjang bantaran empat DAS.

Karena fungsinya yang sangat penting inilah, kiranya tak berlebihan jika TNGGP disebut sebagai "Jantung Ibu Kota Negara", lantaran sumber airnya yang mengalir jauh di sepanjang DAS Ciliwung melintasi DKI Jakarta.

"Sebagai salah satu dari lima Taman Nasional tertua di Indonesia, kami mempunyai prinsip bahwa dari setiap jengkal kawasan TNGGP, penting untuk diketahui potensinya, termasuk flora dan faunanya, baik di atas maupun di bawah permukaan tanahnya," ungkap Wahju.

Dalam laporannya, Kepala Biro Hubungan Masyarakat KLHK Nunu Anugrah menjelaskan kegiatan Kunjungan Jurnalistik ke TNGGP diikuti oleh 20 media. Harapannya kegiatan ini selain ajang silaturahmi juga dapat menjadi sarana berbagi pengetahuan.

"Saya sampaikan terimakasih atas dukungan terselenggaranya kegiatan kunjungan jurnalistik ini, kepada TNGGP sebagai tuan rumah khususnya, para panitia, dan utamanya kepada para awak media," ucapnya.

Dia menandaskan, keberhasilan pengelolaan kawasan konservasi dan konservasi secara umum, membutuhkan dukungan seluruh komponen stakeholder, melalui metode pentahelix, termasuk peran penting media di dalamnya.
(wib)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3766 seconds (0.1#10.140)