Sekolah Tatap Muka Makin di Depan Mata

Selasa, 23 Maret 2021 - 06:28 WIB
loading...
Sekolah Tatap Muka Makin di Depan Mata
Rencana menggelar sekolah tatap muka meski pandemi Covid-19 belum berakhir harus benar-benar dibarengi dengan protokol kesehatan yang ketat. (Ilustrasi: SINDOnews/Tyud)
A A A
RENCANA sekolah tatap muka menguat. Salah satu indikatornya, isu tersebut kencang menggelinding akhir-akhir ini. Sekitar empat bulan jelang tahun ajaran baru sekolah, banyak pihak memberikan dukungan rencana tersebut. Namun tak sedikit pula yang masih waswas sehingga terlihat bernada kontra.

Meski begitu ini sangat berbeda bila dibandingkan dengan tahun lalu. Kala pandemi korona (Covid-19) mulai melanda Indonesia dan diikuti dengan kebijakan sekolahonline, para orang tua dan masyarakat umumnya cenderung meminta agar menghindari pembelajaran tatap muka. Mayoritas sepakat, dengan tatap muka, potensi penularan virus korona akan makin besar.

Namun seiring perjalanan waktu, sekolahonlineternyata menyisakan banyak persoalan. Mulai dari pola belajar yang menjemukan, keterbatasan alat belajar, sinyal internet susah, kekerasan dalam rumah tangga hingga persoalan sosial. Berangkat dari sederet sisi negatif itu, membuka sekolah tatap muka pada tahun ajaran ini dinilai menjadi pilihan terbaik. Tentu pembukaan itu tidak bisa serampangan. Protokol kesehatan ketat misalnya menjadi sarat yang tak bisa ditanggalkan.

Sikap hati-hati itu sudah mulai ditunjukkan Pemprov JawaTengah dan DKI Jakarta. Sebelum resmi membuka sekolah tatap muka Juli kelak, sekolah-sekolah di Jawa Tengah akan diminta menggelar simulasi pada April mendatang. Sementara Pemprov DKI akan membuat sekolah rintisan (pilot project) terlebih dahulu sebelum menerapkan kebijakan ini secara menyeluruh.

Meski banyak daerah dan sekolah seolah tak sabar dengan pembelajaran tatap muka ini, sebagian masyarakat masih ada yang melihat belum ada urgensi sistem tatap muka ini harus dijalankan. Namun pro-kontra di tengah masyarakat hakikatnya adalah hal biasa. Faseini harus dipahami positif dalam kerangka untuk menemukan formula yang benar-benar dikehendaki publik. Semakin proses diskusi di tengah polemik tersebut bisa berlangsung intensif, niscaya akan menghasilkan rumusan-rumusan yang tepat. Setidaknya nanti kebijakan bisa menjadi lebih kuat lantaran mampu menjangkar (anchor) dengan kebutuhan riil masyarakat.

Apa pun pro-kontra yang masih melingkupinya, yang jelas menguatnya dorongan agar sekolah bisa dijalankan dengan tatap muka lagi di tengah pandemi ini patut direspons secara baik. Mendikbud Nadiem Makarim bahkan belum lama ini telah memberi lampu hijau digelarnya sekolah tatap muka ini meski akan diikuti dengan sejumlah opsi.

Kebijakan Nadiem ini berani sekaligus strategis. Berani karena melakukan terobosan kebijakan di tengah situasi yang hakikatnya tidak pasti dan ideal. Nadiem dan tim Kemendikbud pasti tidak ceroboh. Mereka telah melihat situasi di lapangan yang mendorong kuat sistem pembelajaran perlu mendesak ditata lagi lantaran modelonlinekurang efektif. Di sisi lain kebijakan ini juga sangat strategis untuk tetap mewujudkan generasi anak bangsa yang berkualitas. Meski pandemi belum berakhir, kita diajak untuk berpikir tidak pasif, bahkan tak berada di zona ketakutan yang berlebihan. Dengan membuka lagi tatap muka, upaya proses mencerdaskan kehidupan bangsa akan bergerak lagi. Kekhawatiran masuk dalamloss generationpun bisa dicegah. Upaya berani ini pun sudah diikuti dengan langkah strategis seperti penguatan kesehatan siswa, pendidik dan tenaga kependidikan lewat vaksinasi massal, pemenuhan media belajar sesuai dengan protokol kesehatan Covid-19 dan sebagainya.

Munculnya dorongan agar sekolah tatap muka dibuka kembali juga menggambarkan adanya kesadaran baru bersama baik itu pemerintah pusat, daerah, sekolah, pendidik maupun orang tua siswa dan siswa untuk melahirkan kembali model pendidikan yang tepat. Cara pembelajaran ini sangat mungkin berbeda dengan kondisi sebelumnya dan bisa jadi praktiknya berbeda pula dengan negara-negara lain yang mulai menerapkan cara tak jauh beda. Sebab situasi teknologi dan sosio-geografis di Indonesia tidak sama dengan negara lain.

Meski demikian kebijakan tatap muka sulit tanpa cela. Untuk meminimalisasinya pemerintah dan otoritas terkait perlu menyiapkan mitigasi yang jelas. Simulasi, monitoring, dan evaluasi juga patut runtut dilakukan agar kebijakan ini benar-benar memberikan kemudahan serta menciptakan pendidikan yang menyenangkan.
(bmm)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1168 seconds (0.1#10.140)