Pengamat: Isu KLB Demokrat Cukup Mengagetkan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Konflik internal Partai Demokrat (PD) semakin tinggi setelah isu Kongres Luar Biasa (KLB) terus beredar di masyarakat. Bahkan, KLB akan dilaksanakan 5-7 Maret 2021 di Deliserdang, Sumatera Utara dan diduga bakal dihadiri Kepala Staf Presiden (KSP), Moeldoko dan sejumlah kader partai yang telah diberhentikan seperti Marzuki Alie, Jhoni Allen Marbun, Darmizal dan mantan kader PD lainnya.
"Masyarakat jadi menduga-duga, persistensi kelompok GPK-PD itu tidak lepas dari siapa di balik arus kelompok itu. Yang pasti, tampak jelas cara mareka cukup sistematis dan diback up oleh elemen-elemen eksternal, termasuk pihak yang bisa menyadap komunikasi dan akun-akun pribadi pengurus PD," imbuhnya.
Lebih lanjut Umam mengatakan, jika sampai KLB PD itu berakhir sebagaimana dialami partai lain seperti Partai Berkarya, maka hal itu akan mengkonfirmasi bahwa pemerintah diduga melakukan pembiaran atas upaya pembusukan di internal PD. Kondisi ini juga mengonfirmasi dugaan adanya 'pelemahan' kekuatan oposisi karena PD salah satu dianggap partai oposisi.
"PDIP sebagai partai penguasa pernah merasakan bagaimana partainya dipersekusi di zaman Orba. Jika Presiden Jokowi dan pemerintah serius pada komitmen demokrasi, seharusnya ikut melindungi eksistensi Demokrat, untuk demokrasi yang sehat. Rakyat akan melihat seperti apa sebenarnya kualitas komitmen demokrasi pemerintahan ini," ucap Umam.
Selain itu, Umam juga mengusulkan agar pemerintah mengevaluasi keterlibatan Moeldoko dalam GPK-PD ini. "Jika memang terlibat, Presiden Jokowi harus mengevaluasi posisi Moeldoko di pemerintahan saat ini," tutupnya.
"Masyarakat jadi menduga-duga, persistensi kelompok GPK-PD itu tidak lepas dari siapa di balik arus kelompok itu. Yang pasti, tampak jelas cara mareka cukup sistematis dan diback up oleh elemen-elemen eksternal, termasuk pihak yang bisa menyadap komunikasi dan akun-akun pribadi pengurus PD," imbuhnya.
Lebih lanjut Umam mengatakan, jika sampai KLB PD itu berakhir sebagaimana dialami partai lain seperti Partai Berkarya, maka hal itu akan mengkonfirmasi bahwa pemerintah diduga melakukan pembiaran atas upaya pembusukan di internal PD. Kondisi ini juga mengonfirmasi dugaan adanya 'pelemahan' kekuatan oposisi karena PD salah satu dianggap partai oposisi.
"PDIP sebagai partai penguasa pernah merasakan bagaimana partainya dipersekusi di zaman Orba. Jika Presiden Jokowi dan pemerintah serius pada komitmen demokrasi, seharusnya ikut melindungi eksistensi Demokrat, untuk demokrasi yang sehat. Rakyat akan melihat seperti apa sebenarnya kualitas komitmen demokrasi pemerintahan ini," ucap Umam.
Selain itu, Umam juga mengusulkan agar pemerintah mengevaluasi keterlibatan Moeldoko dalam GPK-PD ini. "Jika memang terlibat, Presiden Jokowi harus mengevaluasi posisi Moeldoko di pemerintahan saat ini," tutupnya.
(maf)