Kemenag Tegaskan Masalah Internal TTID Kwan Sing Telah Selesai
loading...
A
A
A
JAKARTA - Sekretaris Jenderal Kementerian Agama (Sekjen Kemenag) Nizar Ali menegaskan, konflik di internal TTID Kwan Sing Tuban telah selesai. Menurut Nizar, tidak ada lagi perpecahan antar-agama di kelenteng tersebut dan semua pihak telah sepakat untuk kembali bersatu.
Baca juga: Kota Seribu Kelenteng Singkawang Tiadakan Perayaan Festival Cap Go Meh
"Jadi, tidak ada lagi friksi-friksi, apalagi friksi antar-agama di sini," kata Nizar Ali, dalam penutupan perayaan Tahun Baru Imlek 2572 Kongzili di Tuban, Minggu (28/2/2021).
"Kehadiran saya di sini tidak ada masalah, dan mereka sudah ada komitmen untuk memanfaatkan ini (kelenteng, red) secara bersama-sama," lanjut Nizar.
Menurutnya, untuk kepentingan bersama maka register atau tanda daftar rumah ibadah di TITD Kwan Sing Bio Tuban ini nantinya bisa dilakukan untuk tiga agama yakni Konghucu, Buddha, dan Aliran Tao.
"Sudah ada kesepakatan, kelenteng ini menjadi rumah ibadah bersama (Tri Dharma, red), jadi bukan milik Buddha, Konghucu, dan Tao, tetapi milik bersama," ucap Sekjen Kemenag.
Alim Sugiantoro, Ketua Penilik Domisioner TITD Kwan Sing Bio Tuban, bersyukur perselisihan di kelenteng terbesar se-Asia Tenggara, selesai dengan damai.
"Semua sudah datang di sini untuk niat bersama dalam rangka menyelesaikan permasalahan yang ada di kelenteng," terang Alim Sugiantoro.
Tokoh Konghucu ini kembali menegaskan bahwa kelenteng Kwan Sing Bio tidak ada lagi tanda daftar rumah ibadah Buddha, Konghucu, maupun Tao.
"Kelenteng ini milik umat Tri Dharma, jadi kami semua harus menghargai itu. Karena kebersamaan beragama adalah hikmah bagi kita dan untuk negara dan rakyat," pungkas Alim Sugiantoro.
Dalam penutupan perayaan Tahun Baru Imlek 2572 Kongzili di Tuban, hadir Dirjen Budha Caliadi, Kepala Pusbimdik Wawan Djunaedi. Kemudian, turut hadir Ketum KNPI Haris Pertama, Ketum Pemuda Muhammadiyah Sunanto (Cak Nanto), Ketum Gemaku Js Kristan, Perwakilan GP Ansor Zakaria Ridwan, Ketua Ansor Jatim Syafiq Sauqi dan Ketua Ansor NTB Zamroni Azis, dan sejumlah tokoh lainnya.
Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah Sunanto atau Cak Nanto mengakui toleransi keagamaan di kabupaten Tuban, Jawa Timur sebagai miniatur ke-Indonesia-an.
"Masyarakat sangat luar biasa mampu memaknai perbedaan dan saling support satu sama lain antara perbedaan-perbedaan keyakinan yang tetap satu kesatuan, keberagaman dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia," terang Cak Nanto.
Ia juga mengingatkan kebhinekaan dalam bernegara adalah konsesus nasional seperti telah diajarkan pendahulu bapak pendiri bangsa.
"Negara Pancasila merupakan konsep Darul Ahdi Wa Syahadah yang sudah wariskan. Kita tidak usah utak-atik proses konsesus dari founding father terdahulu. Karena kebhinekaan dan persatuan merupakan kekuatan besar di Indonesia," paparnya.
Baca juga: Kota Seribu Kelenteng Singkawang Tiadakan Perayaan Festival Cap Go Meh
"Jadi, tidak ada lagi friksi-friksi, apalagi friksi antar-agama di sini," kata Nizar Ali, dalam penutupan perayaan Tahun Baru Imlek 2572 Kongzili di Tuban, Minggu (28/2/2021).
"Kehadiran saya di sini tidak ada masalah, dan mereka sudah ada komitmen untuk memanfaatkan ini (kelenteng, red) secara bersama-sama," lanjut Nizar.
Menurutnya, untuk kepentingan bersama maka register atau tanda daftar rumah ibadah di TITD Kwan Sing Bio Tuban ini nantinya bisa dilakukan untuk tiga agama yakni Konghucu, Buddha, dan Aliran Tao.
"Sudah ada kesepakatan, kelenteng ini menjadi rumah ibadah bersama (Tri Dharma, red), jadi bukan milik Buddha, Konghucu, dan Tao, tetapi milik bersama," ucap Sekjen Kemenag.
Alim Sugiantoro, Ketua Penilik Domisioner TITD Kwan Sing Bio Tuban, bersyukur perselisihan di kelenteng terbesar se-Asia Tenggara, selesai dengan damai.
"Semua sudah datang di sini untuk niat bersama dalam rangka menyelesaikan permasalahan yang ada di kelenteng," terang Alim Sugiantoro.
Tokoh Konghucu ini kembali menegaskan bahwa kelenteng Kwan Sing Bio tidak ada lagi tanda daftar rumah ibadah Buddha, Konghucu, maupun Tao.
"Kelenteng ini milik umat Tri Dharma, jadi kami semua harus menghargai itu. Karena kebersamaan beragama adalah hikmah bagi kita dan untuk negara dan rakyat," pungkas Alim Sugiantoro.
Dalam penutupan perayaan Tahun Baru Imlek 2572 Kongzili di Tuban, hadir Dirjen Budha Caliadi, Kepala Pusbimdik Wawan Djunaedi. Kemudian, turut hadir Ketum KNPI Haris Pertama, Ketum Pemuda Muhammadiyah Sunanto (Cak Nanto), Ketum Gemaku Js Kristan, Perwakilan GP Ansor Zakaria Ridwan, Ketua Ansor Jatim Syafiq Sauqi dan Ketua Ansor NTB Zamroni Azis, dan sejumlah tokoh lainnya.
Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah Sunanto atau Cak Nanto mengakui toleransi keagamaan di kabupaten Tuban, Jawa Timur sebagai miniatur ke-Indonesia-an.
"Masyarakat sangat luar biasa mampu memaknai perbedaan dan saling support satu sama lain antara perbedaan-perbedaan keyakinan yang tetap satu kesatuan, keberagaman dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia," terang Cak Nanto.
Ia juga mengingatkan kebhinekaan dalam bernegara adalah konsesus nasional seperti telah diajarkan pendahulu bapak pendiri bangsa.
"Negara Pancasila merupakan konsep Darul Ahdi Wa Syahadah yang sudah wariskan. Kita tidak usah utak-atik proses konsesus dari founding father terdahulu. Karena kebhinekaan dan persatuan merupakan kekuatan besar di Indonesia," paparnya.
(maf)