Moeldoko Terpantau Radar Survei Capres 2024, Alarm bagi AHY
loading...
A
A
A
JAKARTA - Hasil survei terbaru Index Politika Indonesia turut menjaring nama Kepala Kantor Staf Presiden Jenderal (Purn) Moeldoko sebagai kandidat capres-cawapres potensial di 2024 mendatang. Moeldoko bertengger di posisi buncit dengan elektabilitas 0,8%.
Direktur Eksekutif Sudut Demokrasi Riset dan Analisis (SUDRA) Fadhli Harahab menilai masuknya nama Moeldoko di papan survei, tak lepas dari polemik kabar kudeta di tubuh Partai Demokrat (PD) yang menyeret namanya. Menurutnya, isu kudeta Ketua Umum Demokrat memberi keuntungan elektoral bagi AHY dan mantan Panglima TNI itu, khususnya pada peningkatan elektabilitas keduanya.
"Secara tidak langsung memberikan keuntungan bagi kedua pihak. Popularitas meningkat, terlepas apakah itu positif atau negatif dalam pandangan masyarakat," katanya saat dihubungi SINDOnews, Rabu (10/2/2021).
Namun demikian, analis politik asal UIN Jakarta itu berpendapat, terjaringnya nama Moeldoko harus diwaspadai oleh AHY karena dipersepsikan sebagai orang yang hendak mengkudeta. Bukan tidak mungkin, elektabilitas dan popularitas Moeldoko akan mengejar AHY, mengingat keduanya dipersepsikan tengah mencari simpati publik.
"Di satu sisi, saya melihat isu kudeta ini baik bagi Demokrat. Karena mempertegas siapa kawan siapa lawan. Siapa yang loyal dan siapa yang tidak. Namun kemunculan Moeldoko tentu menjadi alarm bagi AHY," ujarnya.
Terjaringnya nama Moeldoko dalam survei capres-cawapres potensial, menandakan adanya dukungan elektoral baginya, meskipun Moeldoko sendiri belum melakukan upaya terang-terangan mengkampanyekan diri. Berbeda dengan AHY yang sudah lebih dulu mengkampanyekan diri sebagai pemimpin masa depan.
Menurut Fadhli, jika saat ini elektabilitas Moeldoko hanya 0,8%, maka bukan tidak mungkin elektabilitasnya bisa merangkak ke angka 5%. Dengan catatan, Moeldoko mendapatkan insentif elektoral dari isu kudeta ini.
"Kita tidak tahu dinamika politik ke depan. Tiba-tiba nama Moeldoko melejit kalahkan AHY. Bukan tidak mungkin Demokrat mengalihkan dukungannya kepada Moeldoko. Karena sejumlah kader dan mantan kader terlihat cukup tertarik dengan Moeldoko," kata Fadhli.
Direktur Eksekutif Sudut Demokrasi Riset dan Analisis (SUDRA) Fadhli Harahab menilai masuknya nama Moeldoko di papan survei, tak lepas dari polemik kabar kudeta di tubuh Partai Demokrat (PD) yang menyeret namanya. Menurutnya, isu kudeta Ketua Umum Demokrat memberi keuntungan elektoral bagi AHY dan mantan Panglima TNI itu, khususnya pada peningkatan elektabilitas keduanya.
"Secara tidak langsung memberikan keuntungan bagi kedua pihak. Popularitas meningkat, terlepas apakah itu positif atau negatif dalam pandangan masyarakat," katanya saat dihubungi SINDOnews, Rabu (10/2/2021).
Namun demikian, analis politik asal UIN Jakarta itu berpendapat, terjaringnya nama Moeldoko harus diwaspadai oleh AHY karena dipersepsikan sebagai orang yang hendak mengkudeta. Bukan tidak mungkin, elektabilitas dan popularitas Moeldoko akan mengejar AHY, mengingat keduanya dipersepsikan tengah mencari simpati publik.
"Di satu sisi, saya melihat isu kudeta ini baik bagi Demokrat. Karena mempertegas siapa kawan siapa lawan. Siapa yang loyal dan siapa yang tidak. Namun kemunculan Moeldoko tentu menjadi alarm bagi AHY," ujarnya.
Terjaringnya nama Moeldoko dalam survei capres-cawapres potensial, menandakan adanya dukungan elektoral baginya, meskipun Moeldoko sendiri belum melakukan upaya terang-terangan mengkampanyekan diri. Berbeda dengan AHY yang sudah lebih dulu mengkampanyekan diri sebagai pemimpin masa depan.
Menurut Fadhli, jika saat ini elektabilitas Moeldoko hanya 0,8%, maka bukan tidak mungkin elektabilitasnya bisa merangkak ke angka 5%. Dengan catatan, Moeldoko mendapatkan insentif elektoral dari isu kudeta ini.
"Kita tidak tahu dinamika politik ke depan. Tiba-tiba nama Moeldoko melejit kalahkan AHY. Bukan tidak mungkin Demokrat mengalihkan dukungannya kepada Moeldoko. Karena sejumlah kader dan mantan kader terlihat cukup tertarik dengan Moeldoko," kata Fadhli.
(abd)