Begini Upaya Pemerintah Kejar Target 2022 Bebas COVID-19
loading...
A
A
A
JAKARTA - Upaya pemerintah mengurangi penyebaran kasus positif COVID-1 9 masih sesuai rencana, termasuk program vaksinasi. Maka itu, Kementerian Kesehatan ( Kemenkes ) optimistis Indonesia bebas COVID-19 pada tahun 2022.
Juru Bicara Vaksin COVID-19 Kemenkes, dr Siti Nadia Tarmizi menjelaskan bahwa lebih dari 900 ribu tenaga kesehatan (Nakes) sudah terdata untuk divaksin COVID-19. Sekitar 750 ribu orang nakes di antaranya sudah divaksin.
"Kita masih sampai Februari ya untuk vaksinasi ini. Tentunya masih cukup waktu untuk kita menyelesaikan dan masih on the track," ujar Siti Nadia Tarmidzi kepada wartawan, Senin (8/2/2021).
Pemerintah optimis vaksinasi kepada para Nakes bakal berjalan sesuai rencana lantaran tidak ada yang menolak. Kemudian, banyaknya tokoh masyarakat yang bersedia disuntik vaksin COVID-19 itu juga memudahkan pelaksanaan vaksin.
"Jadi kita cukup optimis karena hampir seluruh masyarakat mau membantu kita melaksanakan vaksinasi," katanya.
Maka itu, dirinya tidak sepakat dengan prediksi Bloomberg yang menyebutkan bahwa pandemi COVID-19 di Indonesia baru akan berakhir 10 tahun lagi kalau melihat jumlah orang yang divaksin setiap hari. "Kan kita tahu bahwa kita itu roadmapnya 15 bulan. Bahkan, kalau bisa kita optimalkan menjadi 12 bulan sesuai arahan Bapak Presiden," jelas Siti.
Dia menjelaskan target tenaga kesehatan yang divaksin hingga akhir Februari 2021 sebanyak 1,5 juta. Target berikutnya sebanyak 17,4 juta nakes.
"Selain terkait target, juga kapan ketersediaan vaksinnya. Kami juga melakukan berbagai akselarasi untuk meningkatkan kemampuan melakukan vaksinasi masyarakat. Jadi tidak bisa dinilai secara linear saja," paparnya.
Selanjutkan, dia membeberkan upaya pemerintah mempercepat program vaksinasi. "Yang pertama, kami menambah vaksinator. Vaksinator saat ini 31 ribu, akhir Maret akan mencapai 81 ribu vaksinator tersebar," katanya.
Selain vaksinator, fasilitas layanan kesehatan tempat vaksinasi akan ditambah. Saat ini, kata dia, ada sekitar 11 ribuan fasilitas layanan kesehatan rumah sakit, klinik, puskesmas dan kantor kesehatan pelabuhan yang menjadi tempat pelayanan vaksinasi.
"Ini akan ditambah karena kita masih punya sekitar 10 ribu lagi fasilitas layanan kesehatan yang bisa dioptimalkan. Upaya kedua adalah melakukan vaksinasi secara terpusat atau massal. Selain adanya vaksin gotong-royong itu juga akan mempercepat perluasan dan target vaksinasi," imbuhnya.
Sedangkan untuk mengatasi persoalan data penerima vaksin, Kemenkes mengombinasikan pendaftaran vaksin secara online dan manual. Kemenkes menunggu data secara berjenjang dari mulai tingkat puskesmas, dinas kesehatan kota/kabupaten serta provinsi hingga ke tingkat pusat.
"Untuk mempermudah pelayanan vaksinasi kita membuka aksesnya, sehingga orang bisa datang dengan membawa KTP, menyebutkan nomor induk, ditambah dengan STR (surat tanda registrasi) dia sudah bisa mendapatkan pelayanan vaksinasi," katanya.
Dia menambahkan vaksin Sinovac sudah tiba di Indonesia secara bertahap 1,2 juta, kemudian 1,8 juta. Sebanyak 15 juta masih dalam bentuk setengah jadi yang saat ini menunggu izin dari BPOM.
Juru Bicara Vaksin COVID-19 Kemenkes, dr Siti Nadia Tarmizi menjelaskan bahwa lebih dari 900 ribu tenaga kesehatan (Nakes) sudah terdata untuk divaksin COVID-19. Sekitar 750 ribu orang nakes di antaranya sudah divaksin.
"Kita masih sampai Februari ya untuk vaksinasi ini. Tentunya masih cukup waktu untuk kita menyelesaikan dan masih on the track," ujar Siti Nadia Tarmidzi kepada wartawan, Senin (8/2/2021).
Pemerintah optimis vaksinasi kepada para Nakes bakal berjalan sesuai rencana lantaran tidak ada yang menolak. Kemudian, banyaknya tokoh masyarakat yang bersedia disuntik vaksin COVID-19 itu juga memudahkan pelaksanaan vaksin.
"Jadi kita cukup optimis karena hampir seluruh masyarakat mau membantu kita melaksanakan vaksinasi," katanya.
Maka itu, dirinya tidak sepakat dengan prediksi Bloomberg yang menyebutkan bahwa pandemi COVID-19 di Indonesia baru akan berakhir 10 tahun lagi kalau melihat jumlah orang yang divaksin setiap hari. "Kan kita tahu bahwa kita itu roadmapnya 15 bulan. Bahkan, kalau bisa kita optimalkan menjadi 12 bulan sesuai arahan Bapak Presiden," jelas Siti.
Dia menjelaskan target tenaga kesehatan yang divaksin hingga akhir Februari 2021 sebanyak 1,5 juta. Target berikutnya sebanyak 17,4 juta nakes.
"Selain terkait target, juga kapan ketersediaan vaksinnya. Kami juga melakukan berbagai akselarasi untuk meningkatkan kemampuan melakukan vaksinasi masyarakat. Jadi tidak bisa dinilai secara linear saja," paparnya.
Selanjutkan, dia membeberkan upaya pemerintah mempercepat program vaksinasi. "Yang pertama, kami menambah vaksinator. Vaksinator saat ini 31 ribu, akhir Maret akan mencapai 81 ribu vaksinator tersebar," katanya.
Selain vaksinator, fasilitas layanan kesehatan tempat vaksinasi akan ditambah. Saat ini, kata dia, ada sekitar 11 ribuan fasilitas layanan kesehatan rumah sakit, klinik, puskesmas dan kantor kesehatan pelabuhan yang menjadi tempat pelayanan vaksinasi.
"Ini akan ditambah karena kita masih punya sekitar 10 ribu lagi fasilitas layanan kesehatan yang bisa dioptimalkan. Upaya kedua adalah melakukan vaksinasi secara terpusat atau massal. Selain adanya vaksin gotong-royong itu juga akan mempercepat perluasan dan target vaksinasi," imbuhnya.
Sedangkan untuk mengatasi persoalan data penerima vaksin, Kemenkes mengombinasikan pendaftaran vaksin secara online dan manual. Kemenkes menunggu data secara berjenjang dari mulai tingkat puskesmas, dinas kesehatan kota/kabupaten serta provinsi hingga ke tingkat pusat.
"Untuk mempermudah pelayanan vaksinasi kita membuka aksesnya, sehingga orang bisa datang dengan membawa KTP, menyebutkan nomor induk, ditambah dengan STR (surat tanda registrasi) dia sudah bisa mendapatkan pelayanan vaksinasi," katanya.
Dia menambahkan vaksin Sinovac sudah tiba di Indonesia secara bertahap 1,2 juta, kemudian 1,8 juta. Sebanyak 15 juta masih dalam bentuk setengah jadi yang saat ini menunggu izin dari BPOM.
(kri)