Isu Kudeta, 4.200 Artikel Publikasi AHY dan Demokrat Selama Sepekan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) DPP Partai Demokrat membuat analisa big data terkait dengan publikasi pasca pengakuan Ketua Umum (Ketum) Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono ( AHY ) bahwa pihak Istana melakukan upaya pengambilalihan paksa (kudeta) Partai Demokrat.
Hasilnya, semenjak 31 Januari atau H-1 konferensi pers AHY sampai dengan 6 Januari, ada peningkatan publikasi sebanyak 4.200 dari media massa dan percakapan Twitter, terkait AHY dan juga Partai Demokrat.
“Jadi betul, ini ada kesempatan menarik dalam proses kita melihat bagaimana upaya pengambilalihan paksa Partai Demokrat dari pihak eksternal, kalau biasanya pengambilalihan paksa dilakukan secara diam-diam,” ujar Kepala Balitbang (Kabalitbang) DPP Partai Demokrat, Tomi Satryatomo dalam webinar yang bertajuk “Prahara Hostile Take Over Parpol Dalam Arena Demokrasi”, Minggu (7/2/2021) malam.
Tomi pun mencontohkan yang baru-baru ini ini terjadi yakni, Partai Berkarya yang tiba-tiba ada KLB (Kongres Luar Biasa), tiba-tiba ada dualisme kepengurusan, dan kepengurusan yang baru sudah disahkan oleh Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham), sehingga pendiri partai malah terlempar keluar dari partainya sendiri.
“Itu juga kita lihat pola yang sama di masa lalu, ada PPP, Golkar dan seterusnya. Publik baru tahu ketika sudah pecah,” imbuhnya.
Tetapi, lanjut Tomi, AHY mengambil langkah cepat dan apa yang disampaikannya dalam jumpa pers dan kemudian menulis surat kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) memunculkan percakapan dan pembicaraan yang luar biasa di media sehingga ini menjadi semacam laboratorium hidup atas proses yang terjadi.
Karena itu, Tomi menjelaskan, Balitbang Demokrat berusaha memetakan narasi atas pengambilalihan paksa ini dengan menggunakan Social Network Analysis. Di sini, ada dua pertanyaan yakni, bagaimana pola, narasi dan aktor yang terlibat dalam percakapan dalam upaya ambil alih paksa Partai Demokrat dan bagaimana dampak isu pengambilalihan pada AHY.
Sehingga, kata Tomi, sejak 31 Januari atau H-1 konferensi pers AHY sampai dengan 6 Februari, pihaknya mencari keyword AHY dan Partai Demokrat. Ada 400 media online baik itu media mainstream dan media yang terverifikasi Dewan Pers dan juga percakapan di Twitter.
“Kita menggunakan sejumlah parameter yakni, volume, pola percakapan dan pemberitaan, narasi, aktor yang terlibat dan komparasi dari tokoh politik maupun parpol lain,” papar Tomi.
Tomi memaparkan pada 31 Januari pemberitaan relatif kecil, kemudian pada 1 Februari meningkat dan memuncak pada 2 Februari. Pada 2 Februari itu muncul respons dari kubu kontra Demokrat, kemudian pelan-pelan turun kembali, lalu naik sedikit ketika salah satu koran nasional memberitakan bahwa Presiden Jokowi menegur Kepala Staf Presiden (KSP) Moeldoko atas ulahnya. Sehingga, sepanjang minggu ini ada dinamika yang luar biasa. Baca juga: Heboh Kudeta Partai Demokrat, Ini Jejak Moeldoko di Dunia Politik
“Dalam minggu ini, Ketum AHY dan Partai Demokrat menjadi bintang ketimbang ketum maupun parpol-parpol yang lain. Ada 4.200-an lebih artikel atau rata-rata setiap hari ada 615 artikel tentang Ketum AHY atau Partai Demokrat. 615 artikel setiap hari itu, hampir 30 artikel per jam,” tutup Tomi.
Hasilnya, semenjak 31 Januari atau H-1 konferensi pers AHY sampai dengan 6 Januari, ada peningkatan publikasi sebanyak 4.200 dari media massa dan percakapan Twitter, terkait AHY dan juga Partai Demokrat.
“Jadi betul, ini ada kesempatan menarik dalam proses kita melihat bagaimana upaya pengambilalihan paksa Partai Demokrat dari pihak eksternal, kalau biasanya pengambilalihan paksa dilakukan secara diam-diam,” ujar Kepala Balitbang (Kabalitbang) DPP Partai Demokrat, Tomi Satryatomo dalam webinar yang bertajuk “Prahara Hostile Take Over Parpol Dalam Arena Demokrasi”, Minggu (7/2/2021) malam.
Tomi pun mencontohkan yang baru-baru ini ini terjadi yakni, Partai Berkarya yang tiba-tiba ada KLB (Kongres Luar Biasa), tiba-tiba ada dualisme kepengurusan, dan kepengurusan yang baru sudah disahkan oleh Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham), sehingga pendiri partai malah terlempar keluar dari partainya sendiri.
“Itu juga kita lihat pola yang sama di masa lalu, ada PPP, Golkar dan seterusnya. Publik baru tahu ketika sudah pecah,” imbuhnya.
Tetapi, lanjut Tomi, AHY mengambil langkah cepat dan apa yang disampaikannya dalam jumpa pers dan kemudian menulis surat kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) memunculkan percakapan dan pembicaraan yang luar biasa di media sehingga ini menjadi semacam laboratorium hidup atas proses yang terjadi.
Karena itu, Tomi menjelaskan, Balitbang Demokrat berusaha memetakan narasi atas pengambilalihan paksa ini dengan menggunakan Social Network Analysis. Di sini, ada dua pertanyaan yakni, bagaimana pola, narasi dan aktor yang terlibat dalam percakapan dalam upaya ambil alih paksa Partai Demokrat dan bagaimana dampak isu pengambilalihan pada AHY.
Sehingga, kata Tomi, sejak 31 Januari atau H-1 konferensi pers AHY sampai dengan 6 Februari, pihaknya mencari keyword AHY dan Partai Demokrat. Ada 400 media online baik itu media mainstream dan media yang terverifikasi Dewan Pers dan juga percakapan di Twitter.
“Kita menggunakan sejumlah parameter yakni, volume, pola percakapan dan pemberitaan, narasi, aktor yang terlibat dan komparasi dari tokoh politik maupun parpol lain,” papar Tomi.
Tomi memaparkan pada 31 Januari pemberitaan relatif kecil, kemudian pada 1 Februari meningkat dan memuncak pada 2 Februari. Pada 2 Februari itu muncul respons dari kubu kontra Demokrat, kemudian pelan-pelan turun kembali, lalu naik sedikit ketika salah satu koran nasional memberitakan bahwa Presiden Jokowi menegur Kepala Staf Presiden (KSP) Moeldoko atas ulahnya. Sehingga, sepanjang minggu ini ada dinamika yang luar biasa. Baca juga: Heboh Kudeta Partai Demokrat, Ini Jejak Moeldoko di Dunia Politik
“Dalam minggu ini, Ketum AHY dan Partai Demokrat menjadi bintang ketimbang ketum maupun parpol-parpol yang lain. Ada 4.200-an lebih artikel atau rata-rata setiap hari ada 615 artikel tentang Ketum AHY atau Partai Demokrat. 615 artikel setiap hari itu, hampir 30 artikel per jam,” tutup Tomi.
(kri)