Anggota DPR Firman Subagyo Nilai Tak Ada Obral Izin di Era Jokowi

Kamis, 28 Januari 2021 - 14:00 WIB
loading...
Anggota DPR Firman Subagyo Nilai Tak Ada Obral Izin di Era Jokowi
Anggota Komisi IV DPR RI, Firman Subagyo. Foto/SINDOnews
A A A
JAKARTA - Era Pemerntahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) baik ada masa Pemerintahan pertama (2014-2019) dan masa Pemerintahan kedua (mulai Oktober 2019) terus melakukan berbagai terobosan-terobosan termasuk dalam hal perizinan. Izin -izin diperketat dan diawasi penggunaannya agar sesuai dengan peruntukan.

(Baca juga: Pemerintah Izinkan Semua RS Buka Layanan Covid-19)

Dalam kaitan ini, terobosan perizinan dilakukan demi mempermudah investasi dan juga memotong birokrasi yang berbelit seperti dalam UU Cipta Kerja yang belum lama disetujui dan diundangkan.

(Baca juga: Penjelasan Pemerintah Soal Tudingan Obral Izin Hutan)

"Jadi saya menilai, tidak ada namanya obral izin di masa pemerintahan Presiden Jokowi. Pak Jokowi sejak awal konsisten bagaimana memajukan ekonomi dengan memangkas birokrasi berbelit, tetapi mengawasi secara ketat berbagai izin. Termasuk izin pada sektor kehutanan," ujar Anggota Komisi IV DPR RI, Firman Subagyo, Kamis (28/1/2021).

Firman Subagyo lebih lanjut mengatakan, ketatnya perijinan bidang kehutanan di masa Presiden Jokowi karena ada mekanisme pengawasan tehnis dan administratif. Tugas pengawasan itu kini dipegang oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), Siti Nurbaya Bakar yang sangat berat, mengingat banyak permasalahan kehutanan di masa lalu, seolah-olah hasil dari kerja Pemerintahan Jokowi.

"Saya kebetulan sudah empat periode di Komisi IV DPR yang bermitra dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), juga Kementerian Pertanian. Dari pengawasan Komisi IV, kami tidak mendapati adanya obral perizinan. Jika hal itu terjadi, pasti, sejak awal kita cegah, buktinya tidak ada. Tudingan adanya obral ijin itu sangat tendensius dan tak berdasar," tegas Firman Subagyo.

Politikus senior Partai Golkar ini mengakui, terobosan yang dilakukan Presiden Jokowi ketika menggabungkan bidang lingkungan hidup dan kehutanan menjadi satu kementerian yakni Kementerian LHK dan itu sangat berat,mengingat banyak orang kerap melihat kerusakan lingkungan dan mengaitkannya dengan persoalan kehutanan.

"Karena persoalan itu terjadi sudah puluhan tahun sejak era Orde Baru, maka Menteri LHK yang sekarang ini yaitu Menteri Siti Nurbaya kebagian 'cuci piring' atau 'bersih-bersih'. Ironisnya lagi banyak orang yang tidak mengetahui persoalan dengan baik dan didukung data akurat, melempar isu atau pernyataan tak berdasar, seolah pada masa Jokowi ini banyak obral izin dan lingkungan rusak," papar Firman Subagyo.

Selama bermitra dengan Kementerian LHK di bawah Siti Nurbaya, Komisi IV malah mendapat banyak masukan dan perubahan yang dilakukan telah menuai hasil, misal kurangnya kebakaran hutan dan lahan (Karhutla), perbaikan lingkungan, tata kelola birokrasi yang semakin baik, dan pujian dunia internasional karena pengelolaan hutan yang baik.

Selanjutnya kata Firman Subagyo, kita bisa melihat bagaimana keterlanjuran kebun sawit, baru sekarang di era Jokowi ini ada terobosan dengan dibuat dasar hukumnya dulu, lalu diakomodir di dalam UU Cipta Kerja. "Sebelum era Jokowi, tidak ada terobosan persoalan kehutanan yang menahun.Mema berat dan butuh waktu," jelasnya.

Firman Subagyo juga menyinggung adanya banjir di Kalimantan Selatan dalam kaitan penambangan di sana. Menurutnya, dalam konteks banjir, persoalannya bukan 1-2 tahun ini, tapi puluhan tahun silam, di masa Pemerintahan Orde Baru, di mana investor mengelola hutan.karena pemerintah tidka punya uang untuk memanfaatkan harta kekayaan hutan itu.

Dampak dari penambangan yang puluhan tahun, reklamasi dan reboisasi terhambat, bahkan tidak bisa mencapai target karena Kementerian LHK tidak punya uang, dan kewajiban dari investor atau retribusinya malah jatuh ke Kementerian Pertambangan dan Energi.

"Saat ini meski dana reboisasi dan reklamasi masuk APBN tapi tidak fokus dan jumlahnya kecil, makanya dalam UU Cita Kerja diatur soal ini agar ke depan lingkungan tidak rusak dan usaha bisa terus berjalan," ujar Firman.
(maf)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.0901 seconds (0.1#10.140)