SDGs dan Tantangan Desa Wisata

Kamis, 28 Januari 2021 - 07:05 WIB
loading...
SDGs dan Tantangan Desa Wisata
Ade Kadarisman (Foto: Istimewa)
A A A
Ade Kadarisman
Staf Pengajar Prodi Humas Fikom Unpad, Peneliti Unpad SDGs Center

PARIWISATA menjadi salah satu sektor yang diandalkan untuk berkontribusi dalam pemulihan ekonomi nasional di tengah bencana nonalam pandemi Covid-19 saat ini. Sektor pariwisata juga menjadi salah satu kunci setiap daerah dalam meningkatkan pendapatan. Kunjungan dan kegiatan wisatawan lokal maupun asing sangat membantu dalam menghidupkan perekonomian masyarakat sekitar daerah wisata tersebut.

Di dalam Rencana Strategis Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) 2020-2024 disebutkan bahwa penduduk Indonesia sebagian besar tinggal di wilayah perdesaan dan memiliki potensi dalam menarik wisatawan untuk berkunjung ke desanya. Selain potensi kekayaan alam perdesaan, potensi lain berasal dari kehidupan dan budaya masyarakat desa. Dalam rencana strategis itu disebutkan, apabila potensi desa wisata dapat dikelola dengan pendekatan kepariwisataan berkelanjutan akan memberikan nilai tambah, bukan hanya pada aspek ekologis dan sosial budaya, akan tetapi pada ekonomi dan kesejahteraan masyarakat sekitar desa. Dengan begitu pariwisata dapat membantu meminimalkan tingkat kemiskinan dan kesenjangan sosial di desa.

Potensi Desa Wisata
Pembangunan desa wisata menjadi salah satu prioritas dalam percepatan pembangunan negara saat ini. Dalam rapat koordinasi tingkat menteri pada September 2020, Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (PDTT) Abdul Halim Iskandar menyatakan bahwa kementeriannya tengah fokus dalam upaya pembangunan desa wisata yang masuk dalam ”Destinasi Wisata Superprioritas”.

Ada 41 desa wisata yang tersebar di lima wilayah Destinasi Wisata Superprioritas, yaitu 10 desa di kawasan Borobudur, 13 desa di kawasan Mandalika, 8 desa di kawasan Danau Toba, 2 desa di kawasan Likupang, dan 8 desa di Labuan Bajo. Di sisi lain, Kemenparekraf pun sedang mengembangkan 244 desa wisata di seluruh Indonesia.

Pengembangan desa wisata dalam bidang ekonomi yakni memberikan kesempatan bagi masyarakat desa untuk membuka usaha dan menciptakan lapangan pekerjaan di desa. Dalam bidang lingkungan, desa wisata dapat membantu meningkatkan kesadaran masyarakat untuk dalam konservasi lingkungan.

Dari aspek pendidikan, program ini bermanfaat untuk penguatan literasi kepariwisataan, kesehatan, hingga teknologi digital. Dalam bidang sosial-budaya, desa wisata dapat meningkatkan kesadaran masyarakat desa untuk memelihara dan mengembangkan khazanah seni budaya yang telah dimilikinya.

Di samping itu, saat ini teknologi digital memudahkan para pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dalam memasarkan produknya hingga tiba ke konsumen akhir. Menurut data Kementerian Koperasi dan UMKM kuartal III 2020 terdaftar 2,2 juta UMKM yang memanfaatkan teknologi digital sebagai “lapak” untuk berjualan secara daring dan telah melampaui target awal, yaitu 2 juta UMKM. Adanya e-commerce dapat memudahkan para pelaku UMKM di desa untuk menjual produk mereka.

Potensi pasar yang sangat luas tersebut merupakan jalan bagi masyarakat untuk memasarkan produk-produk kreatifnya seperti kerajinan tangan, produk pertanian, perikanan, dan perkebunan, kuliner, pakaian adat, seni budaya, dan sebagainya. Keterlibatan masyarakat desa wisata akan membentuk kolaborasi dalam membantu peningkatan ekonomi desanya.

SDGs Desa
Sustainable development goals (SDGs) atau tujuan pembangunan berkelanjutan merupakan upaya yang dilakukan untuk menciptakan kesejahteraan bagi masyarakat dunia, serta upaya dalam melindungi lingkungan dengan tujuan dapat tercipta pembangunan yang berkelanjutan bagi generasi yang akan datang.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2984 seconds (0.1#10.140)