Mengukur Peluang Megawati dan JK di Pilpres 2024

Selasa, 26 Januari 2021 - 07:41 WIB
loading...
Mengukur Peluang Megawati...
Analisis Refly Harun yang memprediksi Megawati Soekarnoputri dan Jusuf Kalla (JK) akan menjadi capres pada Pilpres 2024 adalah bagian dari ekpresi demokrasi. Foto/Okezone
A A A
JAKARTA - Direktur Eksekutif Indonesia Publik Institut (IPI), Karyono Wibowo mengatakan dalam negara demokrasi setiap warga negara memiliki kebebasan berpendapat karena dilindungi konstitusi. Pun demikian analisis Refly Harun yang memprediksi Megawati Soekarnoputri dan Jusuf Kalla (JK) akan menjadi calon presiden pada Pilpres 2024 adalah bagian dari ekpresi demokrasi.

"Dalam konteks demokrasi, sebuah analisa atau prediksi terhadap suatu fenomena bukan persoalan benar atau salah tapi yang paling penting adalah soal kebebasan berpikir dan menyampaikan pendapat itu sendiri," ujarnya saat dihubungi SINDOnews, Selasa (26/1/2021). Baca juga: Pilihan Masyarakat untuk Presiden 2024 Didominasi Tokoh Muda

Karyono mengatakan analisis prediktif Refly tentang nama-nama tokoh yang bakal menjadi Capres 2024 tentu berdasarkan pada teori probabilitas atau teori kemungkinan. Menurutnya, pendapat Refly yang menyebut Megawati dan JK berpeluang maju di Pilpres 2024 didasarkan pada peristiwa empirik yang menjadi landasan hipotesanya.

Baginya, usia lanjut Mega dan JK tidak menjadi penghambat untuk ikut kontestasi kembali pada pilpres yang akan datang. Fakta empiris membuktikan terpilihnya tokoh-tokoh usia di atas 70 tahun dalam pemilihan presiden, antara lain Mahatir Muhammad terpilih menjadi Perdana Menteri Malaysia pada usia 94 tahun, Donald Trump pada usia 70 tahun dan Joe Biden 78 tahun.

Dari fakta empirik tersebut, mantan Peneliti LSI Denny JA itu menilai Refly mencoba menggunakan teori probabilitas subyektif bahwa usia lanjut Mega dan JK bukan penghambat. Kemudian, dua tokoh tersebut disebut berpotensi maju kembali menjadi calon presiden. Baca juga: Megawati dan JK Berpeluang Maju Pilpres 2024, Begini Analisanya

"Sayangnya, Refly tidak menjelaskan seberapa besar kemungkinan dua tokoh tersebut maju di pilpres. Refly juga tidak membahas sejauhmana relevansi dimensi sosial politik di Malaysia dan Amerika dengan Indonesia. Tapi terlepas dari itu, soal apakah hipotesa Refly terbukti atau tidak, nanti akan diuji," tutur dia.

Lebih lanjut Karyono menjelaskan jika hanya membahas soal peluang tentu saja Mega dan JK punya peluang maju di Pilpres 2024 karena keduanya masih memiliki kekuatan politik dan pengaruh dalam mengendalikan partai. Dari segi usia juga masih memungkinkan sama seperti Mahatir, Trump dan Biden sebagaimana yang menjadi alasan Refly.

Masalahnya, kata Karyono, alasan usia dan pengaruh politik saja belum cukup untuk membuat kesimpulan dua tokoh akan maju sebagai capres. Masih ada sejumlah variabel yang mesti diperhitungkan, antara lain mempertimbangkan realitas sosial, dinamika politik, akseptabilitas dan elektabilitas yang bisa diukur melalui riset opini publik.

Selain itu, persoalan psikologis juga akan menjadi pertimbangan maju tidaknya Mega dan JK. Keduanya tentu mempertimbangkan suatu kondisi psikologis untuk menjaga marwah dan martabat sebagai tokoh bangsa. Terlebih lagi, terutama Megawati sudah sering memberikan sinyal untuk mendorong generasi muda tampil ke depan untuk memimpin bangsa ini.

"Hal itu sudah dibuktikan pada Pilpres 2014 dan 2019," beber Alumni Universitas Budi Luhur yang juga mantan Aktivis 98 itu.

Memperhatikan sejumlah variabel tersebut, lanjutnya, maka peluang dua tokoh tersebut sangat kecil untuk maju di pilpres mendatang. Ada kecenderungan kuat, kedua tokoh itu akan menjadi "king maker" dalam pertarungan Pilpres 2024. Tinggal, siapakah nanti di antara para "king maker" yang berhasil memenangkan pertarungan. Baca juga: Publik Dinilai Cari Figur Antitesa di Luar PDIP dan Gerindra di Pilpres 2024

Karenanya, prediksi Refly kemungkinan besar akan meleset. Tapi sekali lagi, ini bukan soal benar atau salah. "Justru saya menduga, pernyataan Refly memiliki standar ganda. Bisa karena murni analisis terlepas benar atau salah, bisa juga sengaja untuk mendorong Mega dan JK maju karena ada motif politik tertentu atau sekadar mencari sensasi untuk menambah follower dan viewer," pungkas dia.
(kri)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Berita Terkait
Prabowo Kangen Nasi...
Prabowo Kangen Nasi Goreng Megawati, Pertemuan sedang Diatur
Megawati Ungkap Prabowo...
Megawati Ungkap Prabowo Bolak-balik Tanya Kapan Dibikinin Nasi Goreng
Kongres PDIP Digelar...
Kongres PDIP Digelar 2025, Megawati Hampir Pasti Kembali Jadi Ketum
Tanggapi RUU Pemilu,...
Tanggapi RUU Pemilu, Megawati: Niatkan Buat Negara, Bukan Beli Kekuasaan
Megawati Sentil Kader...
Megawati Sentil Kader PDIP Babak Belur di Pemilu 2024
Anies, Ganjar, hingga...
Anies, Ganjar, hingga Megawati Hadiri Pengukuhan Pengurus DPP Hanura
Megawati Ingatkan Tanah...
Megawati Ingatkan Tanah Subur di Bali Tak Boleh Dikonversi
Presiden Prabowo dan...
Presiden Prabowo dan Megawati Soekarnoputri Akhirnya Bertemu
Seminggu Usai Lebaran,...
Seminggu Usai Lebaran, Presiden Prabowo Dikabarkan Bertemu Megawati
Rekomendasi
Pesawat dari Barang...
Pesawat dari Barang Rongsok Bukti Inovasi Pakistan Tak Bisa Disepelekan
Desak Program Siswa...
Desak Program Siswa Nakal di Barak Militer Dicabut, LBH Pendidikan: Tidak Humanis
Polandia Tutup Konsulat...
Polandia Tutup Konsulat Rusia, Kremlin Umbar Ancaman kepada NATO
Berita Terkini
IPW Nilai Pengerahan...
IPW Nilai Pengerahan TNI di Kejaksaan Perlu Ditinjau Ulang
Cetak Kader Ideologis...
Cetak Kader Ideologis dan Tangguh, DPP PKB Gelar Pendidikan Instruktur PKPB
Anggota DPR Juliyatmono...
Anggota DPR Juliyatmono Sebut Gaji Guru Standarnya Harus Rp25 Juta Per Bulan
Menekraf Percaya FSAI...
Menekraf Percaya FSAI Jadi Wadah Promosi Ekonomi Kreatif Indonesia-Australia
Dedi Mulyadi Klaim Bisa...
Dedi Mulyadi Klaim Bisa Gaji Warga Jakarta Rp10 Juta Per KK, Pengamat: Ambisi untuk Pilpres 2029
Mengelola Komunikasi...
Mengelola Komunikasi Publik Jadi Pekerjaan Rumah Pemerintah
Infografis
Bill Gates Sumbang Rp2,6...
Bill Gates Sumbang Rp2,6 Triliun tapi Minta Uji Vaksin di Indonesia
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved