Menelisik 'Panggung Belakang' Risma yang Dinilai Bikin Gerah Elit Politik
loading...
A
A
A
"Oleh sebab itu, lumrah jika lawan politik Risma mencoba melakukan propaganda untuk menghadang laju Risma dengan cara melontarkan kritik, bahkan cibiran terhadap mantan Wali Kota Surabaya itu," ujar mantan peneliti LSI Denny JA ini.
Lebih lanjut Karyono meyakini HNW bukan politikus atau orang bodoh yang tidak paham tentang pentingnya kepemimpinan yang tidak hanya pandai secara konsepsi, tapi juga dibutuhkan model kepemimpinan yang menggunakan pendekatan turba untuk melihat, mengamati dan mengevaluasi kebijakan secara langsung atas pelbagai persoalan yang terjadi di lapangan secara riil.
Baca juga: Bela Risma yang Dihujani Kritik, Legislator PDIP: Oposan Sumbang Itu!
HNW dan elit lain yang kritis ke Risma disebutnya juga bukan orang yang tidak mengerti pentingnya seorang pemimpin melakukan dialog dengan rakyat secara langsung dan berbicara dari hati ke hati untuk melihat dan merasakan penderitaan rakyat. Menurutnya, para politisi tersebut tentu sudah paham bahwa untuk menyelesaikan masalah tidak cukup dengan bekerja di belakang meja dan mengandalkan visi misi dan konsep di atas kertas.
"Semestinya, mereka juga sudah memahami, bahwa di dalam struktur sosial masyarakat Indonesia membutuhkan patron, yaitu pemimpin yang melindungi dan mengayomi," katanya.
Oleh sebab itu, Alumni Universitas Budi Luhur dan mantan aktivis 98 ini juga menilai, seyogyanya cara yang ditempuh Risma bisa dilakukan pemimpin lain, meski dalam spektrum dan cara yang berbeda.
Karena persoalan sesungguhnya bukan karena kepemimpinan yang dekat dengan rakyat untuk mengetahui dan memahami persoalan di akar rumput (grassroots), melainkan karena adanya hasrat dan libido kekuasaan dalam kontestasi politik elektoral juga harus menjadi spektrum lain.
Lihat Juga: Nah Lho! Muncul Deklarasi Partai Perubahan Tanpa Keterlibatan Anies Baswedan, Bikinan Siapa?
Lebih lanjut Karyono meyakini HNW bukan politikus atau orang bodoh yang tidak paham tentang pentingnya kepemimpinan yang tidak hanya pandai secara konsepsi, tapi juga dibutuhkan model kepemimpinan yang menggunakan pendekatan turba untuk melihat, mengamati dan mengevaluasi kebijakan secara langsung atas pelbagai persoalan yang terjadi di lapangan secara riil.
Baca juga: Bela Risma yang Dihujani Kritik, Legislator PDIP: Oposan Sumbang Itu!
HNW dan elit lain yang kritis ke Risma disebutnya juga bukan orang yang tidak mengerti pentingnya seorang pemimpin melakukan dialog dengan rakyat secara langsung dan berbicara dari hati ke hati untuk melihat dan merasakan penderitaan rakyat. Menurutnya, para politisi tersebut tentu sudah paham bahwa untuk menyelesaikan masalah tidak cukup dengan bekerja di belakang meja dan mengandalkan visi misi dan konsep di atas kertas.
"Semestinya, mereka juga sudah memahami, bahwa di dalam struktur sosial masyarakat Indonesia membutuhkan patron, yaitu pemimpin yang melindungi dan mengayomi," katanya.
Oleh sebab itu, Alumni Universitas Budi Luhur dan mantan aktivis 98 ini juga menilai, seyogyanya cara yang ditempuh Risma bisa dilakukan pemimpin lain, meski dalam spektrum dan cara yang berbeda.
Karena persoalan sesungguhnya bukan karena kepemimpinan yang dekat dengan rakyat untuk mengetahui dan memahami persoalan di akar rumput (grassroots), melainkan karena adanya hasrat dan libido kekuasaan dalam kontestasi politik elektoral juga harus menjadi spektrum lain.
Lihat Juga: Nah Lho! Muncul Deklarasi Partai Perubahan Tanpa Keterlibatan Anies Baswedan, Bikinan Siapa?
(abd)