Kementerian LHK Ungkap Penyebab Banjir di Sejumlah Daerah
loading...
A
A
A
Untuk itu Kementerian LHK memberikan rekomendasi kepada Pemda dan stakeholder lainnya, yaitu pembuatan bangunan konservasi tanah dan air (sumur resapan, gully plug, dam penahan) terutama pada daerah yang limpasannya ekstrim. Selain itu mempercepat dan memfokuskan kegiatan RHL di daerah sumber penyebab banjir, dan pembuatan bangunan-bangunan pengendali banjir.
''Perlu terobosan-terobosan terkait dengan konservasi tanah dan air, terkait dengan lansekap yang tidak mendukung. Serta pengembangan kebijakan konservasi tanah dan air, dan pengembangan sistem peringatan dini. Beberapa rekomendasi ini telah dijalankan dengan baik bersama Pemda,'' kata Karliansyah. (sur)
Dalam kesempatan ini, Direktur Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya Hutan (IPSDH) Ditjen Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan (PKTL) Kementerian LHK, Belinda Arunarwati Margono, juga menjelaskan peta tutupan hutan Kalimantan periode 1990 hingga 2019.
Hasil analisis menunjukan bahwa penurunan luas hutan alam DAS Barito di Kalsel selama periode 1990-2019 adalah sebesar 62,8%, dengan penurunan hutan terbesar terjadi pada periode 1990-2000 yaitu sebesar 55,5%.
Belinda menjelaskan, dirinya menunjukkan peta tutupan hutan tersebut untuk meluruskan informasi yang berkembang liar di medsos perihal luas tutupan lahan hutan Kalimantan, yang disebut sebagai penyebab utama banjir.
"Sebagai pemegang mandat pemantauan sumberdaya hutan, data yang ada ini riil, dan bukan prediksi atau estimasi seperti di medsos yang tidak bisa dipertanggungjawabkan,'' tegas Belinda.
Belinda menjelaskan, bahwa untuk mendapatkan gambaran secara holistik tentang penyebab banjir, perlu dilakukan kajian untuk keseluruhan DAS utama di wilayah banjir. Kajian dilakukan terutama pada DAS Barito yang merupakan DAS utama, dengan perhatian khusus pada wilayah hulu DAS.
DAS Barito dengan luas total lebih kurang 6,2 juta ha melintasi empat provinsi yaitu Kalteng, Kalsel, Kaltim, dan Kalbar. Untuk luasan DAS Barito di Provinsi Kalimantan Selatan sendiri seluas lebih kurang 1,8 juta hektar atau setara 29%.
Berdasarkan data Ditjen PKTL KLHK Tahun 2019, kondisi hulu DAS Barito 80,8% bertutupan hutan dengan proporsi 79,3% bertutupan hutan alam dan sisanya 1,4% adalah hutan tanaman. Sedangkan dari 19,3% berpenutupan bukan hutan alam, terdiri dari mayoritas semak belukar dan pertanian campur.
Lebih lanjut, seluas 94.5% dari total wilayah Hulu DAS merupakan Kawasan Hutan, dengan 83,3% bertutupan hutan alam dan sisanya 1,3% adalah hutan tanaman. Sementara 15,4% berpenutupan bukan hutan alam yaitu mayoritas semak belukar dan pertanian campur.
''Perlu terobosan-terobosan terkait dengan konservasi tanah dan air, terkait dengan lansekap yang tidak mendukung. Serta pengembangan kebijakan konservasi tanah dan air, dan pengembangan sistem peringatan dini. Beberapa rekomendasi ini telah dijalankan dengan baik bersama Pemda,'' kata Karliansyah. (sur)
Dalam kesempatan ini, Direktur Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya Hutan (IPSDH) Ditjen Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan (PKTL) Kementerian LHK, Belinda Arunarwati Margono, juga menjelaskan peta tutupan hutan Kalimantan periode 1990 hingga 2019.
Hasil analisis menunjukan bahwa penurunan luas hutan alam DAS Barito di Kalsel selama periode 1990-2019 adalah sebesar 62,8%, dengan penurunan hutan terbesar terjadi pada periode 1990-2000 yaitu sebesar 55,5%.
Belinda menjelaskan, dirinya menunjukkan peta tutupan hutan tersebut untuk meluruskan informasi yang berkembang liar di medsos perihal luas tutupan lahan hutan Kalimantan, yang disebut sebagai penyebab utama banjir.
"Sebagai pemegang mandat pemantauan sumberdaya hutan, data yang ada ini riil, dan bukan prediksi atau estimasi seperti di medsos yang tidak bisa dipertanggungjawabkan,'' tegas Belinda.
Belinda menjelaskan, bahwa untuk mendapatkan gambaran secara holistik tentang penyebab banjir, perlu dilakukan kajian untuk keseluruhan DAS utama di wilayah banjir. Kajian dilakukan terutama pada DAS Barito yang merupakan DAS utama, dengan perhatian khusus pada wilayah hulu DAS.
DAS Barito dengan luas total lebih kurang 6,2 juta ha melintasi empat provinsi yaitu Kalteng, Kalsel, Kaltim, dan Kalbar. Untuk luasan DAS Barito di Provinsi Kalimantan Selatan sendiri seluas lebih kurang 1,8 juta hektar atau setara 29%.
Berdasarkan data Ditjen PKTL KLHK Tahun 2019, kondisi hulu DAS Barito 80,8% bertutupan hutan dengan proporsi 79,3% bertutupan hutan alam dan sisanya 1,4% adalah hutan tanaman. Sedangkan dari 19,3% berpenutupan bukan hutan alam, terdiri dari mayoritas semak belukar dan pertanian campur.
Lebih lanjut, seluas 94.5% dari total wilayah Hulu DAS merupakan Kawasan Hutan, dengan 83,3% bertutupan hutan alam dan sisanya 1,3% adalah hutan tanaman. Sementara 15,4% berpenutupan bukan hutan alam yaitu mayoritas semak belukar dan pertanian campur.