Efikasi Tinggi, Pendonor Plasma Darah untuk Pasien Covid-19 Rendah
loading...
A
A
A
JAKARTA -
JAKARTA – Meledaknya kasus positif Covid-19 dalam beberapa pekan terakhir hampir membuat system kesehatan nasional kolaps. Terapi plasma darah dinilai menjadi langkah terobosan untuk menekan jumlah pasien rawat inap di berbagai rumah sakit rujukan Covid-19 di tanah air. Sayangnya jumlah pendonor plasma dari dari penyintas Covid-19 masih rendah.
Dalam empat hari terakhir, jumlah kasus positif mencapai 59.086 kasus. Tercatat hingga 18 Januari 2021 bertambah 9.086 kasus. Sehingga akumulasi sebanyak 917.015 orang. Jumlah ini merupakan hasil tracing melalui pemeriksaan sebanyak 47.488 spesimen yang dilakukan dengan metode real time polymerase chain reaction (PCR) dan tes cepat molekuler (TCM). Tercatat hingga 18 Januari 2021 bertambah 9.086 kasus. Sehingga akumulasi sebanyak 917.015 orang. Jumlah potensial terus bertambah mengingat ada 77.579 orang menjadi suspek COVID-19. Saat ini kasus tersebar di 510 kabupaten kota di 34 provinsi. Di sisi lain, tingkat keterisian rumah sakit rujukan Covid-19 di berbagai daerah telah melebih batas normal. “Kita mendorong agar penyintas Covid-19 berperan aktif untuk meningkatkan angka kesembuhan pasien Covid-19 melalui donor plasma darah mereka,” ujar Wakil Presiden Wakil Presiden ( Wapres), Maruf Amin, dalam Pencanangan Gerakan Nasional Plasma Darah Konvalesen, di Jakarta, kemarin.
Dia menjelaskan terapi plasma darah ini mempunyai efikasi atau efektivitas 60% hingga 90%. Terapi ini akan diberikan kepada pasien Covid-19 dengan gejala berat dan kritis. “Hasil penelitian maupun praktik penggunaan plasma konvalesen di Indonesia, seperti yang dilakukan oleh PMI dan Kementerian Kesehatan, serta beberapa Rumah Sakit utama di Jakarta, Yogyakarta dan Malang juga menunjukkan efikasi yang tinggi, yaitu antara 60%-90%,” ujarnya.
Seperti diketahui donor plasma konvalesen adalah metode terapi plasma darah yang mengandung antibodi dari pasien COVID-19 yang sudah sembuh untuk didonorkan ke pasien yang masih menjalani perawatan. “Terapi ini merupakan konsep imunisasi pasif, yaitu pemberian plasma dari penyintas COVID-19 yang mengandung antibodi terhadap SARS-Cov-2 dan diberikan kepada penderita COVID-19 dengan harapan agar antibodi ini dapat menetralisasi virus pada pasien tersebut,” jelasnya.
Terapi plasma konvalesen sudah diterapkan dalam mengatasi penyakit akibat virus ebola yang mana juga direkomendasikan WHO pada 2014. Terapi ini juga diterapkan di Hong Kong saat terjadi wabah SARS-CoV-2 pada 2003, H1N1 pada 2009-2010, dan MERS-CoV pada 2012. “Terapi plasma konvalesen untuk pasien COVID-19 sudah dilakukan di Tiongkok, Argentina dan Amerika Serikat. Food and Drug Administration (FDA) Amerika Serikat pada Agustus 2020 juga sudah mengizinkan penggunaan plasma konvalesen sebagai salah satu terapi bagi penderita COVID-19,” katanya.
Ma’ruf Amin mengungkapkan jumlah penyitas COVID-19 yang mendonorkan plasma konvalesen nya masih sangat kecil. Hingga kemarin jumlah penyitas yang telah melakukan donor plasma baru tujuh ribuan. Padahal penyintas yang bisa jadi pendonor berkisar 5-10% dari jumlah pasien yang sembuh atau 35.900-71.800 orang. “Total distribusi plasma konvalesen hingga tanggal 14 Januari 2021 sebanyak 7.680. Angka ini masih sangat kecil jika dibanding perkiraan jumlah penyintas COVID-19 yang memiliki potensi untuk menjadi donor plasma konvalesen,” ujarnya.
Dia pun menilai perlunya upaya yang kuat untuk meningkatkan partisipasi penyintas COVID-19 untuk mendonorkan plasmanya. Sehingga pasien yang saat ini sedang dalam perawatan di rumah sakit memiliki peluang selamat lebih besar. “Gerakan bersama ini diharapkan menggugah empati dan memotivasi para penyintas COVID-19 untuk bisa berkontribusi sukarela mendonorkan plasma konvalesen untuk membantu pasien COVID-19 yang saat ini tengah dirawat di berbagai rumah sakit. Hal ini sebagai wujud peduli kemanusiaan dalam membantu menyelamatkan nyawa manusia sehingga diharapkan mampu menekan angka kematian akibat COVID-19,” jelasnya.
Maruf mengatakan bahwa dalam kondisi kondisi sekarang ini, solidaritas yang tinggi sangat diperlukan di masyarakat. Dia pun mengajak masyarakat untuk saling bahu membahu dan tolong menolong sesama sesuai dengan kemampuan kita masing-masing. “Khusus bagi para penyintas COVID-19 marilah kita bersama-sama mensyukuri nikmat kesembuhan dan keseharian yang dianugerahkan Allah SWT dengan menyatukan tekad dan langkah untuk membantu menyelamatkan sesama melalui donor plasma konvalesen. Setetes darah anda, sejuta harapan untuk mereka,” paparnya.
Dia juga meminta agar kepala daerah untuk ikut berperan aktif dalam sosialisasi gerakan nasional ini. Selain itu juga pemerintah daerah bersama PMI menyediakan fasilitas yang diperlukan agar gerakan nasional ini dapat berjalan dengan baik. “Kepada Direktur Rumah Sakit, Organisasi Profesi, dan Mitra Pemerintah lainnya, untuk ikut memberikan informasi, pemahaman, dan edukasi yang baik kepada pasien yang akan sembuh sehingga tergerak untuk memberikan donor plasma konvalesen,” katanya.
Sementara itu Ketua PMI Jusuf Kalla mengakui jika pendonor plasma darah dari penyintas Covid-19 masih relative rendah. Saat ini dalam setiap bulan, PMI baru bisa menyediakan 1.000 donor plasma konvalesen. Padahal PMI menargetkan ada 5.000 pendonor plasma darah dari penyintas Covid-19 setiap bulannya. “Kita masih butuh 5 kali lipat dari itu. Kita butuh setidaknya 5.000 pendonor per bulan seluruh Indonesia," katanya.
Menurut JK, angka kesembuhan dari Covid-19 di Indonesia cukup banyak mencapai 700 ribu orang. Artinya jika ada 10% sebagai pendonor plasma menurutnya sudah cukup untuk membantu mereka yang sedang dirawat di rumah sakit dengan gejala sedang hingga berat. "Permintaan 200 per hari, sanggupnya 50 per hari. 1.500 per bulan. kita sudah capai itu. Sekarang yang menunggu, yang antri banyak sekali," katanya.
Salah satunya yang menjadi pendonor plasma adalah Menteri Perekonomian Airlangga Hartarto. Pendonor, lanjutnya menyelamatkan orang yang tengah berjuang melawan Covid-19. Bahkan, donor plasma juga diperuntukkan tak hanya bagi pasien yang kritis.
Dia menjabarkan bagaimana peran PMI saat ini. Kapasitas PMI seluruh Indonesia, per hari bisa melayani 1.000 pendonor. ALat yang digunakan untuk donor plasma menurutnya mencukupi. "Di PMI ada 60-an. di Jakarta saja berapa, ada 6. Surabaya Makassar. Seluruh Indonesia ada," tegasnya.
Dalam kesempatan yang sama, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Muhadjir Effendy mengatakan plasma konvalesen sebagai salah satu bentuk ikhtiar dalam memerangi Covid-19. “Plasma ini salah satu ikhtiar dan sudah diuji kemanjurannya. Soal target akan dilihat," katanya singkat.dita angga
JAKARTA – Meledaknya kasus positif Covid-19 dalam beberapa pekan terakhir hampir membuat system kesehatan nasional kolaps. Terapi plasma darah dinilai menjadi langkah terobosan untuk menekan jumlah pasien rawat inap di berbagai rumah sakit rujukan Covid-19 di tanah air. Sayangnya jumlah pendonor plasma dari dari penyintas Covid-19 masih rendah.
Dalam empat hari terakhir, jumlah kasus positif mencapai 59.086 kasus. Tercatat hingga 18 Januari 2021 bertambah 9.086 kasus. Sehingga akumulasi sebanyak 917.015 orang. Jumlah ini merupakan hasil tracing melalui pemeriksaan sebanyak 47.488 spesimen yang dilakukan dengan metode real time polymerase chain reaction (PCR) dan tes cepat molekuler (TCM). Tercatat hingga 18 Januari 2021 bertambah 9.086 kasus. Sehingga akumulasi sebanyak 917.015 orang. Jumlah potensial terus bertambah mengingat ada 77.579 orang menjadi suspek COVID-19. Saat ini kasus tersebar di 510 kabupaten kota di 34 provinsi. Di sisi lain, tingkat keterisian rumah sakit rujukan Covid-19 di berbagai daerah telah melebih batas normal. “Kita mendorong agar penyintas Covid-19 berperan aktif untuk meningkatkan angka kesembuhan pasien Covid-19 melalui donor plasma darah mereka,” ujar Wakil Presiden Wakil Presiden ( Wapres), Maruf Amin, dalam Pencanangan Gerakan Nasional Plasma Darah Konvalesen, di Jakarta, kemarin.
Dia menjelaskan terapi plasma darah ini mempunyai efikasi atau efektivitas 60% hingga 90%. Terapi ini akan diberikan kepada pasien Covid-19 dengan gejala berat dan kritis. “Hasil penelitian maupun praktik penggunaan plasma konvalesen di Indonesia, seperti yang dilakukan oleh PMI dan Kementerian Kesehatan, serta beberapa Rumah Sakit utama di Jakarta, Yogyakarta dan Malang juga menunjukkan efikasi yang tinggi, yaitu antara 60%-90%,” ujarnya.
Seperti diketahui donor plasma konvalesen adalah metode terapi plasma darah yang mengandung antibodi dari pasien COVID-19 yang sudah sembuh untuk didonorkan ke pasien yang masih menjalani perawatan. “Terapi ini merupakan konsep imunisasi pasif, yaitu pemberian plasma dari penyintas COVID-19 yang mengandung antibodi terhadap SARS-Cov-2 dan diberikan kepada penderita COVID-19 dengan harapan agar antibodi ini dapat menetralisasi virus pada pasien tersebut,” jelasnya.
Terapi plasma konvalesen sudah diterapkan dalam mengatasi penyakit akibat virus ebola yang mana juga direkomendasikan WHO pada 2014. Terapi ini juga diterapkan di Hong Kong saat terjadi wabah SARS-CoV-2 pada 2003, H1N1 pada 2009-2010, dan MERS-CoV pada 2012. “Terapi plasma konvalesen untuk pasien COVID-19 sudah dilakukan di Tiongkok, Argentina dan Amerika Serikat. Food and Drug Administration (FDA) Amerika Serikat pada Agustus 2020 juga sudah mengizinkan penggunaan plasma konvalesen sebagai salah satu terapi bagi penderita COVID-19,” katanya.
Ma’ruf Amin mengungkapkan jumlah penyitas COVID-19 yang mendonorkan plasma konvalesen nya masih sangat kecil. Hingga kemarin jumlah penyitas yang telah melakukan donor plasma baru tujuh ribuan. Padahal penyintas yang bisa jadi pendonor berkisar 5-10% dari jumlah pasien yang sembuh atau 35.900-71.800 orang. “Total distribusi plasma konvalesen hingga tanggal 14 Januari 2021 sebanyak 7.680. Angka ini masih sangat kecil jika dibanding perkiraan jumlah penyintas COVID-19 yang memiliki potensi untuk menjadi donor plasma konvalesen,” ujarnya.
Dia pun menilai perlunya upaya yang kuat untuk meningkatkan partisipasi penyintas COVID-19 untuk mendonorkan plasmanya. Sehingga pasien yang saat ini sedang dalam perawatan di rumah sakit memiliki peluang selamat lebih besar. “Gerakan bersama ini diharapkan menggugah empati dan memotivasi para penyintas COVID-19 untuk bisa berkontribusi sukarela mendonorkan plasma konvalesen untuk membantu pasien COVID-19 yang saat ini tengah dirawat di berbagai rumah sakit. Hal ini sebagai wujud peduli kemanusiaan dalam membantu menyelamatkan nyawa manusia sehingga diharapkan mampu menekan angka kematian akibat COVID-19,” jelasnya.
Maruf mengatakan bahwa dalam kondisi kondisi sekarang ini, solidaritas yang tinggi sangat diperlukan di masyarakat. Dia pun mengajak masyarakat untuk saling bahu membahu dan tolong menolong sesama sesuai dengan kemampuan kita masing-masing. “Khusus bagi para penyintas COVID-19 marilah kita bersama-sama mensyukuri nikmat kesembuhan dan keseharian yang dianugerahkan Allah SWT dengan menyatukan tekad dan langkah untuk membantu menyelamatkan sesama melalui donor plasma konvalesen. Setetes darah anda, sejuta harapan untuk mereka,” paparnya.
Dia juga meminta agar kepala daerah untuk ikut berperan aktif dalam sosialisasi gerakan nasional ini. Selain itu juga pemerintah daerah bersama PMI menyediakan fasilitas yang diperlukan agar gerakan nasional ini dapat berjalan dengan baik. “Kepada Direktur Rumah Sakit, Organisasi Profesi, dan Mitra Pemerintah lainnya, untuk ikut memberikan informasi, pemahaman, dan edukasi yang baik kepada pasien yang akan sembuh sehingga tergerak untuk memberikan donor plasma konvalesen,” katanya.
Sementara itu Ketua PMI Jusuf Kalla mengakui jika pendonor plasma darah dari penyintas Covid-19 masih relative rendah. Saat ini dalam setiap bulan, PMI baru bisa menyediakan 1.000 donor plasma konvalesen. Padahal PMI menargetkan ada 5.000 pendonor plasma darah dari penyintas Covid-19 setiap bulannya. “Kita masih butuh 5 kali lipat dari itu. Kita butuh setidaknya 5.000 pendonor per bulan seluruh Indonesia," katanya.
Menurut JK, angka kesembuhan dari Covid-19 di Indonesia cukup banyak mencapai 700 ribu orang. Artinya jika ada 10% sebagai pendonor plasma menurutnya sudah cukup untuk membantu mereka yang sedang dirawat di rumah sakit dengan gejala sedang hingga berat. "Permintaan 200 per hari, sanggupnya 50 per hari. 1.500 per bulan. kita sudah capai itu. Sekarang yang menunggu, yang antri banyak sekali," katanya.
Salah satunya yang menjadi pendonor plasma adalah Menteri Perekonomian Airlangga Hartarto. Pendonor, lanjutnya menyelamatkan orang yang tengah berjuang melawan Covid-19. Bahkan, donor plasma juga diperuntukkan tak hanya bagi pasien yang kritis.
Dia menjabarkan bagaimana peran PMI saat ini. Kapasitas PMI seluruh Indonesia, per hari bisa melayani 1.000 pendonor. ALat yang digunakan untuk donor plasma menurutnya mencukupi. "Di PMI ada 60-an. di Jakarta saja berapa, ada 6. Surabaya Makassar. Seluruh Indonesia ada," tegasnya.
Dalam kesempatan yang sama, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Muhadjir Effendy mengatakan plasma konvalesen sebagai salah satu bentuk ikhtiar dalam memerangi Covid-19. “Plasma ini salah satu ikhtiar dan sudah diuji kemanjurannya. Soal target akan dilihat," katanya singkat.dita angga
(war)