Spekulasi Sriwijaya Air Jatuh, DPR: Biarkan Basarnas dan KNKT Bekerja
loading...
A
A
A
JAKARTA - Tragedi jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ182 rute Jakarta-Pontianak yang hilang kontak pada Sabtu (9/1/2021) pukul 14.40 WIB dan jatuh di perairan Kepulauan Seribu, Jakarta memantik sejumlah persoalan yang tengah berkembang.
(Baca juga: Operasi SAR Dihentikan Bila 62 Penumpang Sriwijaya Air Sudah Diidentifikasi)
Selain cuaca buruk dan usia pesawat yang tua, persoalan perawatan hingga pengawasan terhadap maskapai digadang-gadang juga erat kaitan dengan insiden tersebut.
(Baca juga: Pencarian Sriwijaya Air, Tim SAR Dapatkan 45 Kantong Jenazah)
Anggota Komisi V DPR Lasmi Indaryani tak jauh berbeda dengan pendapat pengamat penerbangan pada umumnya. Ia meyakini bahwa umur pesawat belum tentu penyebab kecelakaan.
(Baca juga: Pimpinan DPR Berharap Sriwijaya Air Meringankan Beban Keluarga Korban)
"Umur pesawat terbang bukan hal utama dalam keselamatan terbang. Yang paling utama adalah perawatan dan pengecekan kelayakan terbang secara rutin. Kita bisa lihat pada kasus Lion Air rute Jakarta-Pangkalpinang 2018 kemarin. Pesawat berjenis Boeing 737 MAX 8 tersebut baru berusia 2 bulan ketika terjadi musibah tersebut. Artinya, kecelakaan bisa terjadi pada pesawat terbang berumur berapapun," kata Lasmi kepada SINDOnews, Senin (11/1/2021).
Politikus Partai Demokrat itu tidak ingin berspekulasi dengan faktor penyebab kecelakaan tersebut. Ia menegaskan tetap menunggu hasil investigasi yang dilakukan KNKT terkait apakah pesawat tersebut dirawat dan diperiksa secara rutin sesuai prosedur standar (SOP) kelaikan terbang.
"Saya tidak mau berspekulasi. Biarkan Basarnas dan KNKT bekerja secara maksimal, fokus ke pencarian korban dan kotak hitam terlebih dahulu. Setelah itu baru kita bicara hal hal yang lain," jelasnya.
Ia memaklumi jika umur pesawat akan berpengaruh terhadap biaya perawatan karena semakin tua akan membutuhkan anggaran yang tidak sedikit. Di sisi lain, pandemi Covid-19 disinyalir sangat berdampak terhadap pemasukan maskapai.
"Umur pesawat pasti berpengaruh terhadap biaya perawatan. Semakin berumur semakin banyak biaya yang dikeluarkan. Pandemi tidak boleh dijadikan alasan oleh maskapai untuk mengurangi biaya perawatan karena hal tersebut sangat membahayakan crew dan penumpang pesawat," tandasnya.
(Baca juga: Operasi SAR Dihentikan Bila 62 Penumpang Sriwijaya Air Sudah Diidentifikasi)
Selain cuaca buruk dan usia pesawat yang tua, persoalan perawatan hingga pengawasan terhadap maskapai digadang-gadang juga erat kaitan dengan insiden tersebut.
(Baca juga: Pencarian Sriwijaya Air, Tim SAR Dapatkan 45 Kantong Jenazah)
Anggota Komisi V DPR Lasmi Indaryani tak jauh berbeda dengan pendapat pengamat penerbangan pada umumnya. Ia meyakini bahwa umur pesawat belum tentu penyebab kecelakaan.
(Baca juga: Pimpinan DPR Berharap Sriwijaya Air Meringankan Beban Keluarga Korban)
"Umur pesawat terbang bukan hal utama dalam keselamatan terbang. Yang paling utama adalah perawatan dan pengecekan kelayakan terbang secara rutin. Kita bisa lihat pada kasus Lion Air rute Jakarta-Pangkalpinang 2018 kemarin. Pesawat berjenis Boeing 737 MAX 8 tersebut baru berusia 2 bulan ketika terjadi musibah tersebut. Artinya, kecelakaan bisa terjadi pada pesawat terbang berumur berapapun," kata Lasmi kepada SINDOnews, Senin (11/1/2021).
Politikus Partai Demokrat itu tidak ingin berspekulasi dengan faktor penyebab kecelakaan tersebut. Ia menegaskan tetap menunggu hasil investigasi yang dilakukan KNKT terkait apakah pesawat tersebut dirawat dan diperiksa secara rutin sesuai prosedur standar (SOP) kelaikan terbang.
"Saya tidak mau berspekulasi. Biarkan Basarnas dan KNKT bekerja secara maksimal, fokus ke pencarian korban dan kotak hitam terlebih dahulu. Setelah itu baru kita bicara hal hal yang lain," jelasnya.
Ia memaklumi jika umur pesawat akan berpengaruh terhadap biaya perawatan karena semakin tua akan membutuhkan anggaran yang tidak sedikit. Di sisi lain, pandemi Covid-19 disinyalir sangat berdampak terhadap pemasukan maskapai.
"Umur pesawat pasti berpengaruh terhadap biaya perawatan. Semakin berumur semakin banyak biaya yang dikeluarkan. Pandemi tidak boleh dijadikan alasan oleh maskapai untuk mengurangi biaya perawatan karena hal tersebut sangat membahayakan crew dan penumpang pesawat," tandasnya.
(maf)