Metode Blusukan Dinilai Sebatas Ilustrasi Kepedulian kepada Rakyat
loading...
A
A
A
JAKARTA - Metode turun ke lapangan atau blusukan yang dilakukan tokoh pemerintahan memunculkan pro-kontra di masyarakat. Pro-kontra ini muncul setelah Menteri Sosial (Mensos) Tri Rismaharini blusukan di sejumlah lokasi di Jakarta, dan kemudian direspons oleh Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan para pendukungnya.
Menanggapi hal ini, Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO), Dedi Kurnia Syah menilai, orientasi ketertarikan publik terhadap metode blusukan sudah tidak lagi bernilai harapan. Menurutnya, hal ini berbeda dengan saat awal popularitas blusukan dipopulerkan oleh Presiden Jokowi tempo lalu.
"Hari ini orientasinya sudah mobilisasi politik, dan blusukan sebatas ilustrasi kepedulian, bukan kepeduliaan yang benar-benar terjadi. Terlebih jika tidak berdampak kepada masyarakat," kata Dedi saat dihubungi SINDOnews, Senin (11/1/2021). ( )
Dedi mengatakan, pasca Pilpres 2019 sampai saat ini, loyalis tokoh potensial masih tersegmentasi, antara pro Jokowi beserta afiliasinya dan penolak Jokowi.
Sehingga, menurutnya, dalam kondisi seperti ini blusukan tidak lagi signifikan untuk menarik simpati publik. Menurutnya, orientasi blusukan saat ini hanya memunculkan beberapa variabel di masyarakat.
"Tentu karena faktor kelelahan publik atau kebosanan terhadap simbol kepedulian melalui blusukan yang tidak berdampak," ujar Dedi. ( )
Menanggapi hal ini, Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO), Dedi Kurnia Syah menilai, orientasi ketertarikan publik terhadap metode blusukan sudah tidak lagi bernilai harapan. Menurutnya, hal ini berbeda dengan saat awal popularitas blusukan dipopulerkan oleh Presiden Jokowi tempo lalu.
"Hari ini orientasinya sudah mobilisasi politik, dan blusukan sebatas ilustrasi kepedulian, bukan kepeduliaan yang benar-benar terjadi. Terlebih jika tidak berdampak kepada masyarakat," kata Dedi saat dihubungi SINDOnews, Senin (11/1/2021). ( )
Dedi mengatakan, pasca Pilpres 2019 sampai saat ini, loyalis tokoh potensial masih tersegmentasi, antara pro Jokowi beserta afiliasinya dan penolak Jokowi.
Sehingga, menurutnya, dalam kondisi seperti ini blusukan tidak lagi signifikan untuk menarik simpati publik. Menurutnya, orientasi blusukan saat ini hanya memunculkan beberapa variabel di masyarakat.
"Tentu karena faktor kelelahan publik atau kebosanan terhadap simbol kepedulian melalui blusukan yang tidak berdampak," ujar Dedi. ( )
(abd)