Heboh Pernikahan Virtual, Gus Dur Ternyata Nikahi Sinta Nuriyah Jarak Jauh
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pernikahan antara Pringgo dengan Nur Aini Umima yang digelar secara virtual di Rumah Sakit Darurat (RSD) Wisma Atlet, Kemayoran, Jakarta Pusat dan KUA Mampang, Jakarta Selatan, Jumat (1/1/2021), membuat heboh. Pernikahan tersebut terpaksa dilakukan secara virtual karena sang mempelai wanita terkena Covid-19.
(Baca juga: Pernikahan Virtual, Mempelai Wanita di Wisma Atlet dan Pria di KUA Mampang, Penghulu: Sah-sah Saja)
Ternyata, pernikahan jarak jauh seperti ini bukan hal baru. Jauh sebelumnya, Presiden ke-4 RI KH Abdurrahman Wahid alias Gus Dur ternyata juga melakukan pernikahan jarak jauh dengan istri tercintanya, Sinta Nuriyah.
(Baca juga: Pernikahan Virtual di Wisma Atlet dan KUA Mampang, Pengantin Pria: Semoga Istri Saya Cepat Sembuh)
Pernikahan itu digelar pada 11 Juli 1968. Saat itu, Gus Dur sedang menempuh pendidikan di Mesir sementara Sinta Nuriah berada di Jombang. Cerita pernikahan jarak jauh Gus Dur dengan Sinta Nuriah ini pernah diunggah di Twitter @Jaringan Gusdurian.
"Gurutta Sanusi Baco pernah bercerita. Di buku Gus Dur selalu tersimpan rapi foto seorang perempuan. Ketika ditanya foto siapa gerangan, Gus Dur menjawab bahwa foto itu sang penyemangatnya. Sinta Nuriyah, namanya. Ke manapun Gus Dur selalu membawa foto tersebut," cuit Jaringan Gusdurian, seperti dikutip dari alif.id, Jumat (1/1/2021).
(Baca juga : Memalukan, Turis-turis Israel Mencuri Barang-barang Hotel di Dubai )
Peristiwa 11 Juli 1968 jatuh pada hari Kamis, bertepatan dengan 16 Rabiul Akhir 1388. Pernikahan jarak jauh antara Gus Dur dan Sinta Nuriyah ini sering menjadi cerita dan menjadi contoh bahwa pernikahan itu boleh dilakukan in absentia, asalkan ada orang yang mewakilinya.
Pernikah ini juga jadi humor, karena yang mewakili Gus Dur adalah kakeknya yang waktu itu sudah sangat sepuh, yaitu Kiai Bisri Syansuri, seorang ulama yang berasal dari Pati. Kiai Bisri adalah kakek Gus Dur dari jalur ibu, Nyai Sholichah.
Dalam informasi singkat yang sampaikan Jaringan Gusdurian, yang juga sering dikisahkan oleh Gus Dur sendiri, banyak orang terkaget-kaget, dikira Kiai Bisri yang sudah sepuh itu menikah lagi dengan gadis belia nan cantik jelita. Ternyata Kiai Bisri mewakili prosesi ijab-kabul Gus Dur saja.
(Baca juga : Turki Temukan 15 Orang Bawa Varian Baru Virus Corona )
Dilansir dari laman Instagram @fotojadoel, awal perkenalan Gus Dur dan Sinta ternyata melalui perantara orang ketiga, yakni paman Gus Dur, Kiai Fatah. Waktu itu, Gus Dur berniat melanjutkan studinya ke Kairo, Mesir.
Dia diwanti-wanti oleh pamannya agar menikah lebih dahulu. "Soalnya kalau kamu menunggu menikah pulang dari luar negeri, kamu hanya akan mendapat wanita tua yang cerewet," kata pamannya.
Sang paman pun membantunya mencarikan jodoh hingga ketemu nama Sinta, yang ternyata pernah menjadi murid Gus Dur. Gus Dur segera mengiyakan tawaran itu. Namun Sinta belum bersedia lantaran trauma dengan salah seorang guru yang pernah meminangnya ketika dia masih berusia 13 tahun.
Celakanya, nama guru itu juga Abdurrahman. "Ah, Abdurrahman lagi, Abdurrahman lagi," komentar Sinta ketika menerima surat dari Gus Dur pertama kalinya.
Kisah ini seperti ditulis Guntur Wiguna dalam buku: Koleksi Humor Gus Dur. Namun pada akhirnya Sinta mulai bersimpati kepada Gus Dur ketika dia menerima surat dari Gus Dur yang mengeluhkan bahwa dia tidak naik tingkat karena terlalu aktif di PPI (Persatuan Pemuda Indonesia).
Lewat surat balasannya Sinta berusaha menghibur. "Masak manusia harus gagal dalam segala-galanya. Gagal dalam studi, paling tidak berhasil dalam jodoh," ujar Sinta dalam suratnya.
Selama tahun-tahun yang dihabiskan Gus Dur di Kairo, dia memang terus berkomunikasi dengan Sinta. Gus Dur pun memaknai datangnya surat secara teratur dari Sinta sebagai tanda ia tidak ditolak. Setelah sekian lama berhubungan lewat surat, Gus Dur akhirnya melamar Sinta Nuriyah. Tak langsung dijawab oleh Sinta karena merasa belum yakin.
Dalam buku Biografi Gus Dur yang ditulis Greg Barton, diceritakan Sinta mengaku pernah bertanya ke seseorang terlebih dahulu sebelum menjawab lamaran Gus Dur. "Apakah Gus Dur benar-benar pemuda yang tepat baginya. Atau, apakah dia harus mencari pemuda lain?" sepenggal tulisan dalam buku tersebut.
(Baca juga : Rhian Sugden, Cewek yang Pernah Nolak Cinta Ronaldo )
Namun jawaban seseorang itu jelas. "Jangan mencari-cari lagi, yang sekarang ini ( Gus Dur ) akan menjadi teman hidup Anda." Akhirnya Sinta memutuskan menerima Gus Dur sebagai teman hidupnya. Pada pertengahan 1966, Gus Dur meminangnya, dan keduanya bertunangan.
Dua tahun kemudian, 1968, Gus Dur akhirnya menikahi Sinta. Uniknya, dalam pernikahan tersebut Gus Dur tidak ada di lokasi yang sama dengan Sinta melalu perantara kakeknya, Kiai Bisri Syansuri yang berusia 81 tahun, karena dia masih berada di Kairo waktu itu. Sontak hal tersebut membuat heboh masyarakat karena mengira Sinta menikah dengan kakek Gus Dur.
Merasa belum sepenuhnya menikah, akhirnya keduanya sepakat menikah lagi setelah sama-sama lulus kuliah Resepsi pernikahan Gus Dur dengan Sinta Nuriah dilakukan sepulangnya menimba ilmu dari Timur Tengah dan Eropa pada 4 Mei 1971.
Dalam sebuah cerita, Gus Dur juga pernah ditanya apakah boleh akad nikah dilakukan melalui Yahoo Messenger, satu teknologi chat yang terkenal awal-awal tahun 2000? Gus Dur menjawab: Boleh saja, asal bercintanya jarak jauh juga.
(Baca juga: Pernikahan Virtual, Mempelai Wanita di Wisma Atlet dan Pria di KUA Mampang, Penghulu: Sah-sah Saja)
Ternyata, pernikahan jarak jauh seperti ini bukan hal baru. Jauh sebelumnya, Presiden ke-4 RI KH Abdurrahman Wahid alias Gus Dur ternyata juga melakukan pernikahan jarak jauh dengan istri tercintanya, Sinta Nuriyah.
(Baca juga: Pernikahan Virtual di Wisma Atlet dan KUA Mampang, Pengantin Pria: Semoga Istri Saya Cepat Sembuh)
Pernikahan itu digelar pada 11 Juli 1968. Saat itu, Gus Dur sedang menempuh pendidikan di Mesir sementara Sinta Nuriah berada di Jombang. Cerita pernikahan jarak jauh Gus Dur dengan Sinta Nuriah ini pernah diunggah di Twitter @Jaringan Gusdurian.
"Gurutta Sanusi Baco pernah bercerita. Di buku Gus Dur selalu tersimpan rapi foto seorang perempuan. Ketika ditanya foto siapa gerangan, Gus Dur menjawab bahwa foto itu sang penyemangatnya. Sinta Nuriyah, namanya. Ke manapun Gus Dur selalu membawa foto tersebut," cuit Jaringan Gusdurian, seperti dikutip dari alif.id, Jumat (1/1/2021).
(Baca juga : Memalukan, Turis-turis Israel Mencuri Barang-barang Hotel di Dubai )
Peristiwa 11 Juli 1968 jatuh pada hari Kamis, bertepatan dengan 16 Rabiul Akhir 1388. Pernikahan jarak jauh antara Gus Dur dan Sinta Nuriyah ini sering menjadi cerita dan menjadi contoh bahwa pernikahan itu boleh dilakukan in absentia, asalkan ada orang yang mewakilinya.
Pernikah ini juga jadi humor, karena yang mewakili Gus Dur adalah kakeknya yang waktu itu sudah sangat sepuh, yaitu Kiai Bisri Syansuri, seorang ulama yang berasal dari Pati. Kiai Bisri adalah kakek Gus Dur dari jalur ibu, Nyai Sholichah.
Dalam informasi singkat yang sampaikan Jaringan Gusdurian, yang juga sering dikisahkan oleh Gus Dur sendiri, banyak orang terkaget-kaget, dikira Kiai Bisri yang sudah sepuh itu menikah lagi dengan gadis belia nan cantik jelita. Ternyata Kiai Bisri mewakili prosesi ijab-kabul Gus Dur saja.
(Baca juga : Turki Temukan 15 Orang Bawa Varian Baru Virus Corona )
Dilansir dari laman Instagram @fotojadoel, awal perkenalan Gus Dur dan Sinta ternyata melalui perantara orang ketiga, yakni paman Gus Dur, Kiai Fatah. Waktu itu, Gus Dur berniat melanjutkan studinya ke Kairo, Mesir.
Dia diwanti-wanti oleh pamannya agar menikah lebih dahulu. "Soalnya kalau kamu menunggu menikah pulang dari luar negeri, kamu hanya akan mendapat wanita tua yang cerewet," kata pamannya.
Sang paman pun membantunya mencarikan jodoh hingga ketemu nama Sinta, yang ternyata pernah menjadi murid Gus Dur. Gus Dur segera mengiyakan tawaran itu. Namun Sinta belum bersedia lantaran trauma dengan salah seorang guru yang pernah meminangnya ketika dia masih berusia 13 tahun.
Celakanya, nama guru itu juga Abdurrahman. "Ah, Abdurrahman lagi, Abdurrahman lagi," komentar Sinta ketika menerima surat dari Gus Dur pertama kalinya.
Kisah ini seperti ditulis Guntur Wiguna dalam buku: Koleksi Humor Gus Dur. Namun pada akhirnya Sinta mulai bersimpati kepada Gus Dur ketika dia menerima surat dari Gus Dur yang mengeluhkan bahwa dia tidak naik tingkat karena terlalu aktif di PPI (Persatuan Pemuda Indonesia).
Lewat surat balasannya Sinta berusaha menghibur. "Masak manusia harus gagal dalam segala-galanya. Gagal dalam studi, paling tidak berhasil dalam jodoh," ujar Sinta dalam suratnya.
Selama tahun-tahun yang dihabiskan Gus Dur di Kairo, dia memang terus berkomunikasi dengan Sinta. Gus Dur pun memaknai datangnya surat secara teratur dari Sinta sebagai tanda ia tidak ditolak. Setelah sekian lama berhubungan lewat surat, Gus Dur akhirnya melamar Sinta Nuriyah. Tak langsung dijawab oleh Sinta karena merasa belum yakin.
Dalam buku Biografi Gus Dur yang ditulis Greg Barton, diceritakan Sinta mengaku pernah bertanya ke seseorang terlebih dahulu sebelum menjawab lamaran Gus Dur. "Apakah Gus Dur benar-benar pemuda yang tepat baginya. Atau, apakah dia harus mencari pemuda lain?" sepenggal tulisan dalam buku tersebut.
(Baca juga : Rhian Sugden, Cewek yang Pernah Nolak Cinta Ronaldo )
Namun jawaban seseorang itu jelas. "Jangan mencari-cari lagi, yang sekarang ini ( Gus Dur ) akan menjadi teman hidup Anda." Akhirnya Sinta memutuskan menerima Gus Dur sebagai teman hidupnya. Pada pertengahan 1966, Gus Dur meminangnya, dan keduanya bertunangan.
Dua tahun kemudian, 1968, Gus Dur akhirnya menikahi Sinta. Uniknya, dalam pernikahan tersebut Gus Dur tidak ada di lokasi yang sama dengan Sinta melalu perantara kakeknya, Kiai Bisri Syansuri yang berusia 81 tahun, karena dia masih berada di Kairo waktu itu. Sontak hal tersebut membuat heboh masyarakat karena mengira Sinta menikah dengan kakek Gus Dur.
Merasa belum sepenuhnya menikah, akhirnya keduanya sepakat menikah lagi setelah sama-sama lulus kuliah Resepsi pernikahan Gus Dur dengan Sinta Nuriah dilakukan sepulangnya menimba ilmu dari Timur Tengah dan Eropa pada 4 Mei 1971.
Dalam sebuah cerita, Gus Dur juga pernah ditanya apakah boleh akad nikah dilakukan melalui Yahoo Messenger, satu teknologi chat yang terkenal awal-awal tahun 2000? Gus Dur menjawab: Boleh saja, asal bercintanya jarak jauh juga.
(maf)