Wajah Baru Kabinet Jokowi dan Wajah Sendu Sandiaga Uno
loading...
A
A
A
JAKARTA - Presiden Jokowi menunjuk enam menteri baru di jajaran Kabinet Indonesia Maju . Direktur Eksekutif Lingkar Madani untuk Indonesia Ray Rangkuti menilai sejatinya tidak ada yang berubah dalam kabinet Jokowi. Isi boleh berganti tetapi komposisi kabinet tetap sama.
"Dari aspek ini, tak ada yang berubah. Bahkan komposisi partai penggantipun sama. Apa yang bisa kita baca?" kata Ray saat dihubungi SINDOnews, Rabu (23/12/2020).
(Klik ini untuk ikuti survei SINDOnews tentang Calon Presiden 2024)
Ray menuturkan, reshuffle kabinet kali ini makin terlihat lebih nyata bahwa presiden seperti tidak memiliki pilihan yang cukup untuk membentuk anggota kabinetnya sendiri. Dominasi partai tetap dipertahankan, hanya posisinya sedikit berubah. Presiden belum sepenuhnya bisa berdiri tegak di hadapan partai politik koalisinya.
Dengan begitu, menurutnya, perubahan anggota kabinet ini, tidak dengan sendirinya mendatangkan angin perubahan di mana presiden terlihat sepenuhnya menguasai anggota kabinetnya. Kelemahan anggota kabinet yang berasal dari partai ini adalah pengabdian kepada dua kepala sekaligus. Satu kepada presiden, yang lainnya kepada partai.
"Apa artinya? Kemungkinan masalah yang dihadapi pak Jokowi akan sama: mengelola anggota kabinet yang loyalitasnya terbagi. Dan oleh karena itu percepatan atau akselerasi seperti harapan pak Jokowi, belum tentu akan terwujud lebih baik dari yang sebelumnya," ujar dia.
(Baca: Sandiaga Uno Sebut Tugas dan Amanah yang Diberikan Presiden Sangat Berat)
Lebih-lebih, kata Ray, anggota kabinet dari partai akan merasa lebih nyaman karena mereka dilindungi oleh parpolnya masing-masing. Jadi ukuran kinerja bukan lagi tolok ukur utama mereka dipertahankan atau digeser, tapi pada aspek kedekatan dan dukungan parpol masing-masing. Itulah sebabnya, sekalipun telah berulangkali presiden menyatakan 'kedongkolannya' akan kinerja menterinya, para menteri tetap santai menghadapinya.
"Selama dukungan partai politik kuat menopang mereka, ancaman atas posisi mereka tidak akan tergoyahkan. Dalam pandangan inilah mengapa menkumham misalnya, sekalipun telah berulangkali diminta agar direshuffle presiden, tetap tak diganti-ganti," ucapnya.
Lebih lanjut Ray mengatakan, melihat kenyataan itulah antusiasme publik atas perubahan kabinet ini tidak terlalu positif, sekalipun juga tidak negatif. Menurutnya, masyarakat seperti menunda selebrasi optimisme bahwa akan ada perubahan yang lebih maju dan brilian. Sambutannya datar saja, sekalipun nama-nama yang ditetapkan cukup populer di kalangan masyarakat.
"Dari aspek ini, tak ada yang berubah. Bahkan komposisi partai penggantipun sama. Apa yang bisa kita baca?" kata Ray saat dihubungi SINDOnews, Rabu (23/12/2020).
(Klik ini untuk ikuti survei SINDOnews tentang Calon Presiden 2024)
Ray menuturkan, reshuffle kabinet kali ini makin terlihat lebih nyata bahwa presiden seperti tidak memiliki pilihan yang cukup untuk membentuk anggota kabinetnya sendiri. Dominasi partai tetap dipertahankan, hanya posisinya sedikit berubah. Presiden belum sepenuhnya bisa berdiri tegak di hadapan partai politik koalisinya.
Dengan begitu, menurutnya, perubahan anggota kabinet ini, tidak dengan sendirinya mendatangkan angin perubahan di mana presiden terlihat sepenuhnya menguasai anggota kabinetnya. Kelemahan anggota kabinet yang berasal dari partai ini adalah pengabdian kepada dua kepala sekaligus. Satu kepada presiden, yang lainnya kepada partai.
"Apa artinya? Kemungkinan masalah yang dihadapi pak Jokowi akan sama: mengelola anggota kabinet yang loyalitasnya terbagi. Dan oleh karena itu percepatan atau akselerasi seperti harapan pak Jokowi, belum tentu akan terwujud lebih baik dari yang sebelumnya," ujar dia.
(Baca: Sandiaga Uno Sebut Tugas dan Amanah yang Diberikan Presiden Sangat Berat)
Lebih-lebih, kata Ray, anggota kabinet dari partai akan merasa lebih nyaman karena mereka dilindungi oleh parpolnya masing-masing. Jadi ukuran kinerja bukan lagi tolok ukur utama mereka dipertahankan atau digeser, tapi pada aspek kedekatan dan dukungan parpol masing-masing. Itulah sebabnya, sekalipun telah berulangkali presiden menyatakan 'kedongkolannya' akan kinerja menterinya, para menteri tetap santai menghadapinya.
"Selama dukungan partai politik kuat menopang mereka, ancaman atas posisi mereka tidak akan tergoyahkan. Dalam pandangan inilah mengapa menkumham misalnya, sekalipun telah berulangkali diminta agar direshuffle presiden, tetap tak diganti-ganti," ucapnya.
Lebih lanjut Ray mengatakan, melihat kenyataan itulah antusiasme publik atas perubahan kabinet ini tidak terlalu positif, sekalipun juga tidak negatif. Menurutnya, masyarakat seperti menunda selebrasi optimisme bahwa akan ada perubahan yang lebih maju dan brilian. Sambutannya datar saja, sekalipun nama-nama yang ditetapkan cukup populer di kalangan masyarakat.