Menkes Tanpa Gelar Dokter Bukan Hal Baru, Budi Gunadi Sadikin Pembelajar Cepat dan Taktis
loading...
A
A
A
BANDUNG - Presiden Joko Widodo (Jokowi) resmi menunjuk Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Budi Gunadi Sadikin sebagai Menteri Kesehatan ( Menkes ) menggantikan Terawan Agus Putranto . Polemik pun muncul lantaran latar belakang Budi Gunadi yang bukan dokter.
Selain menjabat Wakil Menteri BUMN, Budi Gunadi Sadikin juga dikenal dengan latar belakangnya sebagai seorang bankir. Dirinya juga pernah duduk sebagai direktur utama Bank Mandiri periode 2013-2016.
Analis Kebijakan Indonesia Strategic Institut (Instrat) Sidrotun Naim mengakui, sepanjang sejarah Indonesia, menkes biasanya memang berlatar belakang dokter. Namun begitu, Indonesia pernah memiliki menkes yang berlatar belakang insinyur.
"Kita pernah punya menteri kesehatan yang berlatar belakang insinyur, yaitu Ir Mananti Sitompul, beliau adalah Menteri PU (Pekerjaan Umum) merangkap Menteri Kesehatan pada Kabinet Darurat 1948," sebut Sidratun di Bandung, Selasa (22/12/2020).
Menurutnya, dalam kondisi berjibaku dengan pandemi Covid-19 saat ini, banyak juga negara yang memiliki menkes dengan latar belakang non-kedokteran-medis, di antaranya di Singapura, Selandia Baru, Jerman, Jepang, Australia, dan Thailand. "Di luar negeri sendiri, menkes dengan dengan latar belakang non-kedokteran-medis juga bukan hal yang baru," tegasnya.
Sidratun yang juga berprofesi sebagai seorang virolog itu melanjutkan, belajar dari pandemi Covid-19 , semua orang kini sama-sama belajar menghadapi berbagai persoalan yang diakibatkan oleh pandemi, mulai rumitnya jaminan dan pelayanan kesehatan hingga persoalan vaksin.
Dia juga mengatakan, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) bukan hanya menghadapi persoalan pandemi Covid-19. Lebih jauh dari itu, Kemenkes juga harus mampu menangani layanan kesehatan secara keseluruhan, termasuk faktor non-medis, seperti sumber daya manusia (SDM), sistem pelayanan, pembiayaan, nutrisi, gizi, dan lainnya. "Jadi, cocok jika menteri kesehatan diisi oleh orang yang paham finance dan lobi internasional," katanya.
(
).
Lebih lanjut Sidratun mengatakan, berdasarkan pengamatannya, Budi Gunadi Sadikin atau yang akrab disapa BGS itu sebagai sosok pembelajar cepat. Dia menilai, sosok seperti itu sangat dibutuhkan di masa pandemi saat ini.
"Beliau juga taktis, menghargai adanya argumen tetapi juga tahu kapan harus mengambil keputusan, mengeksekusi, dan tidak berlama-lama dalam berdiskusi," katanya.
( ).
Dia membeberkan, rumah sakit-rumah sakit BUMN yang tersebar di seluruh Indonesia sangat taktis menangani pandemi Covid-19. Hal itu, kata Sidratun, salah satunya karena faktor BGS sebagai Wakil Menteri BUMN.
Tidak hanya itu, sejumlah langkah eksekusi cepat di awal pandemi, seperti mengambil alat pelindung diri (APD) dari China, bahan baku obat dari India, dan lainnya juga karena adanya peran BGS dalam kapasitasnya sebagai Wakil Menteri BUMN, khususnya dalam mengerahkan Garuda Indonesia.
"Semoga dengan reshuffle kabinet ini, kita sama-sama berjuang menghadapi tahun 2021 di bawah kepemimpinan yang lebih taktis dan dipercaya publik," katanya.
Sementara, pengamat politik Idil Akbar mengatakan tidak masalah menkes tidak diisi oleh seorang dokter atau ahli kesehatan. Dia menjelaskan yang dibutuhkan dari seorang menteri itu adalah kepemimpinan dan manajerial yang kuat.
"Meskipun dia bukan dokter, Budi Gunadi itu menterinya, tapi di Kemenkes itu hampir semua dirjennya itu dokter dan jauh lebih paham. Dia hanya mengelola kepemimpinan dalam penanganan kesehatan dan manajemen di dalamnya agar bisa lebih baik," ujarnya saat dihubungi SINDOnews, Selasa (22/12/2020).
Selain menjabat Wakil Menteri BUMN, Budi Gunadi Sadikin juga dikenal dengan latar belakangnya sebagai seorang bankir. Dirinya juga pernah duduk sebagai direktur utama Bank Mandiri periode 2013-2016.
Analis Kebijakan Indonesia Strategic Institut (Instrat) Sidrotun Naim mengakui, sepanjang sejarah Indonesia, menkes biasanya memang berlatar belakang dokter. Namun begitu, Indonesia pernah memiliki menkes yang berlatar belakang insinyur.
"Kita pernah punya menteri kesehatan yang berlatar belakang insinyur, yaitu Ir Mananti Sitompul, beliau adalah Menteri PU (Pekerjaan Umum) merangkap Menteri Kesehatan pada Kabinet Darurat 1948," sebut Sidratun di Bandung, Selasa (22/12/2020).
Menurutnya, dalam kondisi berjibaku dengan pandemi Covid-19 saat ini, banyak juga negara yang memiliki menkes dengan latar belakang non-kedokteran-medis, di antaranya di Singapura, Selandia Baru, Jerman, Jepang, Australia, dan Thailand. "Di luar negeri sendiri, menkes dengan dengan latar belakang non-kedokteran-medis juga bukan hal yang baru," tegasnya.
Sidratun yang juga berprofesi sebagai seorang virolog itu melanjutkan, belajar dari pandemi Covid-19 , semua orang kini sama-sama belajar menghadapi berbagai persoalan yang diakibatkan oleh pandemi, mulai rumitnya jaminan dan pelayanan kesehatan hingga persoalan vaksin.
Dia juga mengatakan, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) bukan hanya menghadapi persoalan pandemi Covid-19. Lebih jauh dari itu, Kemenkes juga harus mampu menangani layanan kesehatan secara keseluruhan, termasuk faktor non-medis, seperti sumber daya manusia (SDM), sistem pelayanan, pembiayaan, nutrisi, gizi, dan lainnya. "Jadi, cocok jika menteri kesehatan diisi oleh orang yang paham finance dan lobi internasional," katanya.
(
Baca Juga
Lebih lanjut Sidratun mengatakan, berdasarkan pengamatannya, Budi Gunadi Sadikin atau yang akrab disapa BGS itu sebagai sosok pembelajar cepat. Dia menilai, sosok seperti itu sangat dibutuhkan di masa pandemi saat ini.
"Beliau juga taktis, menghargai adanya argumen tetapi juga tahu kapan harus mengambil keputusan, mengeksekusi, dan tidak berlama-lama dalam berdiskusi," katanya.
( ).
Dia membeberkan, rumah sakit-rumah sakit BUMN yang tersebar di seluruh Indonesia sangat taktis menangani pandemi Covid-19. Hal itu, kata Sidratun, salah satunya karena faktor BGS sebagai Wakil Menteri BUMN.
Tidak hanya itu, sejumlah langkah eksekusi cepat di awal pandemi, seperti mengambil alat pelindung diri (APD) dari China, bahan baku obat dari India, dan lainnya juga karena adanya peran BGS dalam kapasitasnya sebagai Wakil Menteri BUMN, khususnya dalam mengerahkan Garuda Indonesia.
"Semoga dengan reshuffle kabinet ini, kita sama-sama berjuang menghadapi tahun 2021 di bawah kepemimpinan yang lebih taktis dan dipercaya publik," katanya.
Sementara, pengamat politik Idil Akbar mengatakan tidak masalah menkes tidak diisi oleh seorang dokter atau ahli kesehatan. Dia menjelaskan yang dibutuhkan dari seorang menteri itu adalah kepemimpinan dan manajerial yang kuat.
"Meskipun dia bukan dokter, Budi Gunadi itu menterinya, tapi di Kemenkes itu hampir semua dirjennya itu dokter dan jauh lebih paham. Dia hanya mengelola kepemimpinan dalam penanganan kesehatan dan manajemen di dalamnya agar bisa lebih baik," ujarnya saat dihubungi SINDOnews, Selasa (22/12/2020).
(zik)