Ujung Akhir Pandemi dan Harapan pada 2021

Rabu, 16 Desember 2020 - 06:00 WIB
loading...
Ujung Akhir Pandemi dan Harapan pada 2021
Muhamad Ali (Foto: Istimewa)
A A A
Muhamad Ali
Pemerhati Human Capital

KEDATANGAN vaksin Covid-19 dari China di Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng, Banten, mendapatkan liputan luas di media dan memperoleh sambutan hangat dari publik. Indonesia termasuk yang bergerak cepat untuk mengupayakan vaksin Covid-19 dari manapun sumbernya. Sekarang, vaksin sedang dikemas ulang untuk kemudian dapat diaplikasikan kepada manusia sehingga memberikan harapan baru.

Tentu saja, kita bisa berdebat, vaksin manakah yang paling ampuh, vaksin mana yang paling efektif, dan mana yang paling tidak berisiko. Mengingat Covid-19 dengan segala dampaknya adalah mala yang belum pernah terjadi sebelumnya (unprecedented), tentu saja tidak ada yang mutlak benar dan tidak ada yang benar-benar salah dalam setiap pengambilan keputusan. Mengingat bahwa vaksin Covid-19 juga menjadi perdebatan di ranah keagamaan mengenai halal-tidaknya, resistensi tetap akan ada meskipun jumlahnya saya yakin tidak akan signifikan dibandingkan dengan program vaksinasi lainnya yang pernah dijalankan pemerintah. Beberapa wilayah seperti Aceh, Sumatera Barat, Riau, dan NTB, secara historis adalah wilayah-wilayah dengan tingkat ketaatan rendah terhadap program vaksinasi.

Namun, terlepas dari segala pro-kontra tentangnya, kedatangan vaksin dan rencana implementasinya sesegera mungkin adalah harapan baru menjelang kedatangan tahun yang baru. Momentum ini akan segera mengurangi satu dari dua problem pokok yang ditimbulkan pandemi Covid-19, yaitu kesehatan dan ekonomi. Meskipun tingkat efektivitas vaksin belum mencapai 100% penuh, orang akan segera berpaling tentang bagaimana kondisi ekonomi pascapandemi. Apalagi, ini adalah ujung akhir dari sebuah tahun, yang biasanya ditandai dengan berbagai macam diskusi tentang prediksi dan peluang-peluang yang dapat dieksploitasi pada tahun yang akan datang.

Singapura adalah salah satu negara yang mengombinasikan langkah di sisi kesehatan dan ekonomi secara jeli. Negeri pulau itu merupakan salah satu yang ekonominya paling terpukul karena selama ini ia menjadi hub terpenting dalam lalu lintas orang dan barang di kawasan Asia Tenggara, bahkan Asia. Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Long segera mengumumkan bahwa Singapura siap menjadi hub untuk pelaksanaan vaksinasi bagi negara-negara lain di kawasan Asia, termasuk akan melonggarkan kebijakan lalu lintas orang pada akhir Desember ini.

Tentu saja, kita bisa membayangkan, penerbangan dari dan ke Singapura akan hidup kembali setelah lumpuh nyaris sepanjang tahun. Industri penerbangan di negeri itu, selama pandemi, memang mengalami penderitaan luar biasa. Mengapa? Karena negeri itu hanya punya penerbangan yang menghubungkannya dengan kota-kota di luar Singapura. Tidak ada penerbangan domestik di Singapura, sebagaimana yang ada di Indonesia atau negara-negara lainnya di kawasan Asia Tenggara. Dari sisi infrastruktur dan sistem sosial politik, Singapura sepertinya dengan mudah akan mengelola peluang vaksinasi massal ini menjadi vaksinasi yang tidak hanya diperuntukkan bagi warganya sendiri, juga menjadi pusat vaksinasi manusia antarbangsa. Paling tidak di kawasan.

Dari sudut pandang bisnis dan ekonomi, setelah pada semester kedua hampir semua negara mengalami pertumbuhan negatif bahkan jatuh ke jurang resesi, pemulihan akan menjadi kelihatan menjanjikan. Denyut nadi ekonomi akan mulai berdetak makin terasa, sehingga kekhawatiran para pelaku usaha mengenai ketidakpastian bisa dieliminasi pada tingkat yang paling rendah. Bagi dunia bisnis, ketidakpastian adalah masalah terbesar. Itu karena ekonomi dapat dipahami sebagai aktivitas manusia berdasarkan skalabilitas. Semakin besar skalanya, semakin besarlah efisiensi yang dihasilkan, dan semakin besar efisiensi yang didapat, semakin besarlah keuntungan yang diperoleh.

Korporasi-korporasi tentu akan mulai menyalakan mesin produksi barang dan jasa. Karena limitasi pergerakannya sudah kembali normal seperti sebelum pandemi, kita tentu memiliki harapan yang sangat besar terhadap kondisi ekonomi pada 2021. Terutama apabila dibandingkan dengan 2020. Tentu saja, mengembalikannya seperti parameter-parameter ekonomi pada 2019 memerlukan proses dan waktu. Namun saya yakin, pandemi sepanjang 2020 telah mendidik dan mengajari kita untuk menyiasati bertahan hidup pada tingkat yang paling ekstrem. Apabila korporasi sudah ancang-ancang untuk memutar kembali roda bisnis mereka pada kecepatan normal, tentu efeknya juga akan bergerak pada level usaha di bawahnya, sampai dengan usaha yang paling kecil sekalipun, atau kita kenal sebagai usaha ultramikro.

Ujung akhir pandemi, sepertinya memang membawa harapan yang sangat baik menghadapi tahun yang akan datang.
(bmm)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1175 seconds (0.1#10.140)