Simulasi Kandidat Capres 2024, Pengamat: Belum Ada yang Tembus Angka 50%
loading...
A
A
A
JAKARTA - Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR), Ujang Komarudin menyatakan kalkulasi terhadap figur-figur potensial di Pilpres 2024 masih harus menunggu UU Pemilu yang sedang direvisi. Hal ini dikatakan Ujang merespons hasil survei sejumlah lembaga, survei termasuk survei Litbang SINDO yang dilakukan secara online.
Menurut Ujang, terhadap figur-figur yang muncul dalam survei masih akan ditentukan oleh besaran Presidensial Threshold (PT), apakah masih 20% kursi DPR atau 25% suara nasional atau dikurangi, bahkan dinaikan PT-nya. (Baca juga: Jika Anies Capres, Ini Deretan Nama yang Layak Jadi Cawapresnya)
"Tetap naik dan turunnya PT itu akan berpengaruh pada peta politik dan kalkulasi simulasi Capres dan Cawapres 2024," ujarnya saat dihubungi SINDOnews, Minggu (13/12/2020).
Ujang melihat saat ini aspek kandidasi masih umum. Semua kandidat masih jalan tebar pesona untuk mencari simpati rakyat, bahkan disebutnya sudah ada yang menjalin kerja sama dengan lembaga survei agar naik popularitas dan elektabilitasnya.
"Dan mereka semua yang berkeinginan maju di 2024. Mereka majunya sebagai capres, bukan cawapres. Nanti seleksi alam akan menyaring. Siapa yang elektabiltasnya tinggi, dia akan jadi capres. Sedangkan yang sedang dan rendah bisa saja menjadi cawapres," tutur Ujang. (Baca juga:Sering Blusukan Dinilai Bikin Ganjar Moncer di Survei Capres 2024)
Lebih lanjut Analis Politik asal Universitas Al Azhar ini menambahkan semua calon kandidat sejauh ini masih membangun pencitraan dalam usaha menaikkan popularitas dan elektabilitas masing-masing. "Belum terlihat kalkulasi politiknya. Karena elektabilitas mereka pun masih rendah. Belum ada yang tembus di angka 50%," jelasnya.
Lihat Juga: PDIP Anggap Janggal Hakim PTUN Tak Menerima Gugatan Pencalonan Gibran: Kita Menang Dismissal
Menurut Ujang, terhadap figur-figur yang muncul dalam survei masih akan ditentukan oleh besaran Presidensial Threshold (PT), apakah masih 20% kursi DPR atau 25% suara nasional atau dikurangi, bahkan dinaikan PT-nya. (Baca juga: Jika Anies Capres, Ini Deretan Nama yang Layak Jadi Cawapresnya)
"Tetap naik dan turunnya PT itu akan berpengaruh pada peta politik dan kalkulasi simulasi Capres dan Cawapres 2024," ujarnya saat dihubungi SINDOnews, Minggu (13/12/2020).
Ujang melihat saat ini aspek kandidasi masih umum. Semua kandidat masih jalan tebar pesona untuk mencari simpati rakyat, bahkan disebutnya sudah ada yang menjalin kerja sama dengan lembaga survei agar naik popularitas dan elektabilitasnya.
"Dan mereka semua yang berkeinginan maju di 2024. Mereka majunya sebagai capres, bukan cawapres. Nanti seleksi alam akan menyaring. Siapa yang elektabiltasnya tinggi, dia akan jadi capres. Sedangkan yang sedang dan rendah bisa saja menjadi cawapres," tutur Ujang. (Baca juga:Sering Blusukan Dinilai Bikin Ganjar Moncer di Survei Capres 2024)
Lebih lanjut Analis Politik asal Universitas Al Azhar ini menambahkan semua calon kandidat sejauh ini masih membangun pencitraan dalam usaha menaikkan popularitas dan elektabilitas masing-masing. "Belum terlihat kalkulasi politiknya. Karena elektabilitas mereka pun masih rendah. Belum ada yang tembus di angka 50%," jelasnya.
Lihat Juga: PDIP Anggap Janggal Hakim PTUN Tak Menerima Gugatan Pencalonan Gibran: Kita Menang Dismissal
(kri)