3.002 Santri Positif Covid-19 Sepanjang September-November 2020
loading...
A
A
A
JAKARTA - Federasi Serikat Guru Indonesia ( FSGI ) mengungkapkan ada 3.000-an santri yang positif Covid-19 sepanjang September-November 2020. Sebagian pondok pesantren memang sudah membuka kegiatan belajar mengajar dengan metode tatap muka pada Juni lalu.
Sekjen FSGI Heru Purnomo menerangkan pihaknya melakukan pemantauan di sejumlah daerah. Selain itu, FSGI mengumpulkan data dari pemberitaan di sejumlah media. Pesantren, menurutnya, berpotensi menjadi klaster baru. Sebab aktivitas para santri, pengajar, dan staf selalu bersama-sama.
“Kalau infrastrukturnya dan protokol kesehatan adaptasi kebiasaan baru (AKB) tidak memadai dan rendahnya kedisiplinan, potensi penularan Covid-19 menjadi tinggi,” ujarnya dalam keterangan tertulis yang diterima SINDOnews, Kamis (10/12/2020).
(Baca: Masih Memprihatinkan, FSGI: Ini Besaran Gaji Layak untuk Guru Honorer)
Berdasarkan pemantauan itu diperoleh data klaster pondok pesantren terjadi di Cilacap dengan jumlah 908 orang. Ketua Dewan Pakar FSGI Retno Listyarti mengungkapkan jumlah santri yang positif Covid-10 pada September mencapai 1.362 orang dan 700 santri pada Oktober.
Pada November, jumlah santi yang positif 940 orang. Dia memaparkan di sebuah pondok pesantren di Banyumas santri yang positif mencapai 328 orang dan Banyuwangi 622 orang.
“Dari jumlah tersebut, selain santri sudah termasuk pengelola, pegawai, dan pimpinan pondok pesantren. 99 persennya didominasi santri. Data yang dikumpulkan FSGI mencapai 3.002 kasus Covid-19 di pondok pesantren,” tuturnya.
(Baca: Kemenag Izinkan Penggunaan Asrama Haji Bekasi sebagai RS Darurat Corona)
Berdasarkan data tersebut, FSGI mendorong Kementerian Agama (Kemenag) untuk memastikan infrastruktur AKB di pondok pesantren. Protokol kesehatan harus detail, mula dari santri bangun tidur, beraktivitas ibadah, belajar, makan, mandi, dan sebagainya.
FSGI meminta para orang tua santri untuk memastikan anak-anaknya patuh dan disiplin dalam menerapkan protokol kesehatan. “FSGI Mendorong tes swab secara berkala dengan sampel acak, misalnya sebulan sekali. Pembiayaan bisa ditanggung renteng dengan stakeholder terkait,” pungkasnya.
Sekjen FSGI Heru Purnomo menerangkan pihaknya melakukan pemantauan di sejumlah daerah. Selain itu, FSGI mengumpulkan data dari pemberitaan di sejumlah media. Pesantren, menurutnya, berpotensi menjadi klaster baru. Sebab aktivitas para santri, pengajar, dan staf selalu bersama-sama.
“Kalau infrastrukturnya dan protokol kesehatan adaptasi kebiasaan baru (AKB) tidak memadai dan rendahnya kedisiplinan, potensi penularan Covid-19 menjadi tinggi,” ujarnya dalam keterangan tertulis yang diterima SINDOnews, Kamis (10/12/2020).
(Baca: Masih Memprihatinkan, FSGI: Ini Besaran Gaji Layak untuk Guru Honorer)
Berdasarkan pemantauan itu diperoleh data klaster pondok pesantren terjadi di Cilacap dengan jumlah 908 orang. Ketua Dewan Pakar FSGI Retno Listyarti mengungkapkan jumlah santri yang positif Covid-10 pada September mencapai 1.362 orang dan 700 santri pada Oktober.
Pada November, jumlah santi yang positif 940 orang. Dia memaparkan di sebuah pondok pesantren di Banyumas santri yang positif mencapai 328 orang dan Banyuwangi 622 orang.
“Dari jumlah tersebut, selain santri sudah termasuk pengelola, pegawai, dan pimpinan pondok pesantren. 99 persennya didominasi santri. Data yang dikumpulkan FSGI mencapai 3.002 kasus Covid-19 di pondok pesantren,” tuturnya.
(Baca: Kemenag Izinkan Penggunaan Asrama Haji Bekasi sebagai RS Darurat Corona)
Berdasarkan data tersebut, FSGI mendorong Kementerian Agama (Kemenag) untuk memastikan infrastruktur AKB di pondok pesantren. Protokol kesehatan harus detail, mula dari santri bangun tidur, beraktivitas ibadah, belajar, makan, mandi, dan sebagainya.
FSGI meminta para orang tua santri untuk memastikan anak-anaknya patuh dan disiplin dalam menerapkan protokol kesehatan. “FSGI Mendorong tes swab secara berkala dengan sampel acak, misalnya sebulan sekali. Pembiayaan bisa ditanggung renteng dengan stakeholder terkait,” pungkasnya.
(muh)