Masih Ada Masyarakat Ragukan COVID-19, Satgas: Komunikasi yang Dibangun Belum Efektif
loading...
A
A
A
JAKARTA - Sembilan bulan pandemi COVID-19 berlangsung ternyata masih ada masyarakat di Indonesia yang meragukan virus Corona. Bahkan, beberapa waktu lalu Ketua Satuan Tugas (Satgas) Penanganan COVID-19, Doni Monardo mengungkapkan masih ada provinsi yang tidak percaya dengan pandemi COVID-19.
Bahkan, menganggap pandemi global itu sebagai sebuah konspirasi dan rekayasa. Hal ini juga diperkuat dengan adanya survei dari Badan Pusat Statistik belum lama ini mengeluarkan hasil survei yang menemukan sebanyak 17% orang Indonesia yakin tidak akan terpapar COVID-19. (Baca juga:Obama, Bush, Clinton dan Biden Siap Divaksin Covid-19 Live di TV)
Menanggapi hal itu, Koordinator Tim Pakar dan Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan COVID-19, Prof Wiku Adisasmito mengatakan bahwa bangsa Indonesia memiliki budaya dan cara berpikir yang berbeda-beda.
“Saya nggak ingin mengatakan excuse tapi saya mau mengatakan bahwa Indonesia itu negara besar nomor 4 di dunia,” ujar Wiku dalam diskusi “Pandemi Belum Berakhir: Patuhi Protokol Kesehatan!” dari Media Center Satgas COVID-19, Graha BNPB, Jakarta, Jumat (4/12/2020).
“Jadi masyarakat yang jumlahnya banyak, budayanya sangat beragam, bahasanya satu bahasa Indonesia, meskipun banyak bahasa daerah, budaya nya banyak,” kata Wiku.
Sehingga, kata Wiku, hal ini menjadi tantangan bagi Satgas untuk menyentuh seluruh masyarakat memberikan edukasi mengenai COVID-19. “Jadi kemampuan kita untuk bisa menyentuh seluruh masyarakat dengan budaya yang berbeda, cara berpikir yang berbeda, itu kita betul-betul ditantang sekarang untuk bisa bergerak bersama.”
Wiku pun tidak menampik dengan adanya fakta jika masih ada masyarakat yang tidak percaya COVID-19 artinya komunikasi yang dibangun oleh Satgas belum efektif. “Ternyata komunikasi yang sudah kita lakukan, ternyata belum efektif untuk membuat sebagian orang untuk yakin. Berarti kan cara berkomunikasinya kan juga harus disesuaikan. Dan ini berjalan dengan waktu juga,” jelasnya. (Baca juga: Tempat Isolasi di Rumah Sakit Rujukan Covid-19 Capai 79 Persen)
Bahkan di Jakarta saja, Wiku menambahkan masih ada yang tidak percaya COVID-19 itu nyata. “Maka dari itu masih banyak yang belum percaya, padahal yang enggak percaya itu tidak berarti serta merta harus di jauh dari Jakarta, tinggalnya di desa, enggak usah seperti itu. Di Jakarta, di kota besar pun juga masih ada yang tidak percaya,” tandas Wiku.
(Klik ini untuk ikuti survei SINDOnews tentang Calon Presiden 2024)
Bahkan, menganggap pandemi global itu sebagai sebuah konspirasi dan rekayasa. Hal ini juga diperkuat dengan adanya survei dari Badan Pusat Statistik belum lama ini mengeluarkan hasil survei yang menemukan sebanyak 17% orang Indonesia yakin tidak akan terpapar COVID-19. (Baca juga:Obama, Bush, Clinton dan Biden Siap Divaksin Covid-19 Live di TV)
Menanggapi hal itu, Koordinator Tim Pakar dan Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan COVID-19, Prof Wiku Adisasmito mengatakan bahwa bangsa Indonesia memiliki budaya dan cara berpikir yang berbeda-beda.
“Saya nggak ingin mengatakan excuse tapi saya mau mengatakan bahwa Indonesia itu negara besar nomor 4 di dunia,” ujar Wiku dalam diskusi “Pandemi Belum Berakhir: Patuhi Protokol Kesehatan!” dari Media Center Satgas COVID-19, Graha BNPB, Jakarta, Jumat (4/12/2020).
“Jadi masyarakat yang jumlahnya banyak, budayanya sangat beragam, bahasanya satu bahasa Indonesia, meskipun banyak bahasa daerah, budaya nya banyak,” kata Wiku.
Sehingga, kata Wiku, hal ini menjadi tantangan bagi Satgas untuk menyentuh seluruh masyarakat memberikan edukasi mengenai COVID-19. “Jadi kemampuan kita untuk bisa menyentuh seluruh masyarakat dengan budaya yang berbeda, cara berpikir yang berbeda, itu kita betul-betul ditantang sekarang untuk bisa bergerak bersama.”
Wiku pun tidak menampik dengan adanya fakta jika masih ada masyarakat yang tidak percaya COVID-19 artinya komunikasi yang dibangun oleh Satgas belum efektif. “Ternyata komunikasi yang sudah kita lakukan, ternyata belum efektif untuk membuat sebagian orang untuk yakin. Berarti kan cara berkomunikasinya kan juga harus disesuaikan. Dan ini berjalan dengan waktu juga,” jelasnya. (Baca juga: Tempat Isolasi di Rumah Sakit Rujukan Covid-19 Capai 79 Persen)
Bahkan di Jakarta saja, Wiku menambahkan masih ada yang tidak percaya COVID-19 itu nyata. “Maka dari itu masih banyak yang belum percaya, padahal yang enggak percaya itu tidak berarti serta merta harus di jauh dari Jakarta, tinggalnya di desa, enggak usah seperti itu. Di Jakarta, di kota besar pun juga masih ada yang tidak percaya,” tandas Wiku.
(Klik ini untuk ikuti survei SINDOnews tentang Calon Presiden 2024)
(kri)