Menkop UKM Perkuat Kemitraan Koperasi dengan TaniHub dalam Menyerap Hasil Pertanian
loading...
A
A
A
Sedangkan buah Lengkeng dari Thailand, dengan lama perjalanan sekitar seminggu, tingkat kerusakan produk hanya 5 persen. "Sehingga, kita bangun PPC TaniHub sebagai solusi untuk masalah tersebut," tegas Eka.
Di PPC, pihak TaniHub membantu petani dengan langkah mencuci, mensortir, pengemasan, dan lain-lain. "Kita siap mendukung petani dan koperasi, walau mereka tidak menjual komoditinya ke TaniHub," tukas Eka.
Terkait kehadiran TaniHub Group, menurut Eka, lahir dari keprihatinan akan rendahnya pertumbuhan koperasi pertanian di Indonesia. Bahkan, kalangan lembaga keuangan menganggap sektor pertanian dengan label high risk atau berisiko tinggi.
"Saya pelajari kenapa dianggap high risk, ternyata berkaitan dengan penjualan dan pemasaran. Oleh karena itu, kita bentuk yang namanya TaniHub yang menghubungkan dengan pasar. Untuk memperkuat itu, kita bentuk lagi yang namanya TaniSupply untuk mengurusi supply chain, dan TaniFund untuk urusan pembiayaan," jelas Eka.
Intinya, TaniHub Group sebagai salah satu startup agritech, konsisten membangun ekosistem petani, mulai dari pembiayaan, penanaman, hingga pemasaran yang disertai dengan pendampingan dan edukasi kepada petani melalui tiga entitas bisnisnya. Yaitu, TaniHub, TaniSupply, dan TaniFund.
Menguntungkan petani
Dalam kesempatan yang sama, Ketua Koperasi Pertanian (Koperta) Langgeng Mulyo Hendro Puji Astoko mengatakan bahwa koperasi akan berkembang dan besar bila banyak bermitra dengan pihak lain sebagai jejaring pasar. Salah satunya, dengan TaniHub.
"Model bisnis seperti ini sangat menguntungkan para petani, dimana tugas koperasi mencari pasar bagi komoditi hasil petani," tukas Hendro.
Kini, Koperta Langgeng Mulyo yang berdiri sejak 1999, memiliki sekitar 3.000 orang anggota yang mayoritas berprofesi sebagai petani dan peternak. "Kita bergerak di bidang jasa keuangan, swalayan, serta memiliki lima perusahaan (CV) yang bergerak di sektor pertanian nanas, hingga peternakan ayam dan telur," jelas Hendro.
Sedangkan Ketua Koperasi Tani Maju Sejahtera Kiswanadi mengungkapkan bahwa ada beberapa kendala klasik yang selalu membelit para petani. Diantaranya, ketika musim panen, petani kesulitan dalam memasarkan hasilnya. Termasuk kendala dalam menentukan harga jual.
Kendala lain, pada musim tanam, para petani bawang (Ngantang, Malang) selalu kekurangan modal untuk membeli bibit. "Dengan kolaborasi bersama TaniHub, kendala-kendala tersebut bisa teratasi," pungkas Kiswanadi. ADV
Di PPC, pihak TaniHub membantu petani dengan langkah mencuci, mensortir, pengemasan, dan lain-lain. "Kita siap mendukung petani dan koperasi, walau mereka tidak menjual komoditinya ke TaniHub," tukas Eka.
Terkait kehadiran TaniHub Group, menurut Eka, lahir dari keprihatinan akan rendahnya pertumbuhan koperasi pertanian di Indonesia. Bahkan, kalangan lembaga keuangan menganggap sektor pertanian dengan label high risk atau berisiko tinggi.
"Saya pelajari kenapa dianggap high risk, ternyata berkaitan dengan penjualan dan pemasaran. Oleh karena itu, kita bentuk yang namanya TaniHub yang menghubungkan dengan pasar. Untuk memperkuat itu, kita bentuk lagi yang namanya TaniSupply untuk mengurusi supply chain, dan TaniFund untuk urusan pembiayaan," jelas Eka.
Intinya, TaniHub Group sebagai salah satu startup agritech, konsisten membangun ekosistem petani, mulai dari pembiayaan, penanaman, hingga pemasaran yang disertai dengan pendampingan dan edukasi kepada petani melalui tiga entitas bisnisnya. Yaitu, TaniHub, TaniSupply, dan TaniFund.
Menguntungkan petani
Dalam kesempatan yang sama, Ketua Koperasi Pertanian (Koperta) Langgeng Mulyo Hendro Puji Astoko mengatakan bahwa koperasi akan berkembang dan besar bila banyak bermitra dengan pihak lain sebagai jejaring pasar. Salah satunya, dengan TaniHub.
"Model bisnis seperti ini sangat menguntungkan para petani, dimana tugas koperasi mencari pasar bagi komoditi hasil petani," tukas Hendro.
Kini, Koperta Langgeng Mulyo yang berdiri sejak 1999, memiliki sekitar 3.000 orang anggota yang mayoritas berprofesi sebagai petani dan peternak. "Kita bergerak di bidang jasa keuangan, swalayan, serta memiliki lima perusahaan (CV) yang bergerak di sektor pertanian nanas, hingga peternakan ayam dan telur," jelas Hendro.
Sedangkan Ketua Koperasi Tani Maju Sejahtera Kiswanadi mengungkapkan bahwa ada beberapa kendala klasik yang selalu membelit para petani. Diantaranya, ketika musim panen, petani kesulitan dalam memasarkan hasilnya. Termasuk kendala dalam menentukan harga jual.
Kendala lain, pada musim tanam, para petani bawang (Ngantang, Malang) selalu kekurangan modal untuk membeli bibit. "Dengan kolaborasi bersama TaniHub, kendala-kendala tersebut bisa teratasi," pungkas Kiswanadi. ADV