Menhub: Karya Inovasi Buktikan Prestasi ITS Tak Berhenti di Ajang Kompetisi
loading...
A
A
A
JAKARTA - Negara-negara maju di dunia telah mengembangkan autonomous vehicle atau kendaraan tanpa awak. Pengembangan ini telah lama dipersiapkan melalui riset yang intens sebagai antisipasi atas prediksi kurangnya sumber daya manusia (SDM) pada 2045. Berkebalikan dengan itu, di tahun yang sama Indonesia justru diperkirakan sedang menikmati bonus demografi, di mana umlah penduduk usia produktif diperkirakan mencapai angka tertinggi.
”Belajar dari negara-negara maju tersebut, penting bagi Indonesia untuk mengintensifkan riset pengembangan teknologi yang tepat guna agar mampu menyerap tenaga kerja,” ujar Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi dalam orasi ilmiah Dies Natalis Ke-60 Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya.
(Baca: Ucapkan Selamat Dies Natalis Ke-60, Presiden Jokowi Puji Sumbangsih ITS)
Dia mengingatkan bahwa tahun 2045 merupakan tantangan bagi perguruan tinggi dan insan akademis untuk membuahkan inovasi pengembangan teknologi, khususnya teknologi informasi dan pengembangan sumber energi terbarukan.
Budi Karya melihat bahwa ITS sudah mulai mempersiapkan diri. Hal itu bisa dilihat dari sederet karya inovasi ITS yang berpeluang mewarnai dunia transportasi di masa depan. Beberapa di antaranya adalah I-Car (prototype mobil otonom ), i-Boat (kapal pintar tanpa awak), Ezzy Car dan Lowo Ireng (mobil bertenaga listrik), Gesits (sepeda motor listrik), dan Widya Wahana (mobil bertenaga surya).
(Baca: Tercepat dalam Lintasan, Tim ITS Juarai Kontes Kapal Cepat Tak Berawak)
”Karya-karya inovasi tersebut menegaskan bahwa prestasi-prestasi yang diraih ITS tidak hanya berhenti di perlombaan saja. Kita sudah sering mendengar ITS menjuarai berbagai lomba kompetisi robot, mobil berbahan bakar energi terbarukan, dan lain-lain. Penelitian untuk mengembangkan inovasi, terbukti terus dilakukan ITS,” ujar Budi Karya.
Meskipun begitu, tantangan yang mesti dipecahkan selanjutnya adalah bagaimana agar inovasi-inovasi tersebut dapat diterima dunia industri dan dikembangkan secara massal. Dengan kata lain, ada hilirasi produk inovasi menjadi produk komersial sehingga manfaatnya dapat dirasakan masyarakat luas, dengan harga yang terjangkau. ”Ini memang masih menjadi pekerjaan rumah besar bagi kita semua. Bukan hanya bagi ITS, melainkan juga bagi kita Bangsa Indonesia. Kolaborasi kita semua tentu akan sangat membantu dalam upaya hilirisasi ini,” tutur dia.
Lihat Juga: Isu Presidium Jelang Kongres IKA ITS: Kebutuhan Organisasi atau Gimmick Bagi-bagi Kursi?
”Belajar dari negara-negara maju tersebut, penting bagi Indonesia untuk mengintensifkan riset pengembangan teknologi yang tepat guna agar mampu menyerap tenaga kerja,” ujar Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi dalam orasi ilmiah Dies Natalis Ke-60 Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya.
(Baca: Ucapkan Selamat Dies Natalis Ke-60, Presiden Jokowi Puji Sumbangsih ITS)
Dia mengingatkan bahwa tahun 2045 merupakan tantangan bagi perguruan tinggi dan insan akademis untuk membuahkan inovasi pengembangan teknologi, khususnya teknologi informasi dan pengembangan sumber energi terbarukan.
Budi Karya melihat bahwa ITS sudah mulai mempersiapkan diri. Hal itu bisa dilihat dari sederet karya inovasi ITS yang berpeluang mewarnai dunia transportasi di masa depan. Beberapa di antaranya adalah I-Car (prototype mobil otonom ), i-Boat (kapal pintar tanpa awak), Ezzy Car dan Lowo Ireng (mobil bertenaga listrik), Gesits (sepeda motor listrik), dan Widya Wahana (mobil bertenaga surya).
(Baca: Tercepat dalam Lintasan, Tim ITS Juarai Kontes Kapal Cepat Tak Berawak)
”Karya-karya inovasi tersebut menegaskan bahwa prestasi-prestasi yang diraih ITS tidak hanya berhenti di perlombaan saja. Kita sudah sering mendengar ITS menjuarai berbagai lomba kompetisi robot, mobil berbahan bakar energi terbarukan, dan lain-lain. Penelitian untuk mengembangkan inovasi, terbukti terus dilakukan ITS,” ujar Budi Karya.
Meskipun begitu, tantangan yang mesti dipecahkan selanjutnya adalah bagaimana agar inovasi-inovasi tersebut dapat diterima dunia industri dan dikembangkan secara massal. Dengan kata lain, ada hilirasi produk inovasi menjadi produk komersial sehingga manfaatnya dapat dirasakan masyarakat luas, dengan harga yang terjangkau. ”Ini memang masih menjadi pekerjaan rumah besar bagi kita semua. Bukan hanya bagi ITS, melainkan juga bagi kita Bangsa Indonesia. Kolaborasi kita semua tentu akan sangat membantu dalam upaya hilirisasi ini,” tutur dia.
Lihat Juga: Isu Presidium Jelang Kongres IKA ITS: Kebutuhan Organisasi atau Gimmick Bagi-bagi Kursi?
(muh)