Memacu Semangat Seniman Wayang di Tengah Pandemi Covid-19
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pembatasan sosial yang diterapkan beberapa waktu diibaratkan seperti mata pisau. Di satu sisi, kebijakan ini mampu menekan laju penyebaran Covid-19. Di sisi lain, kebijakan ini membatasi berbagai pihak, termasuk para seniman wayang.
Kendati demikian, selalu ada jalan untuk tetap bergerak meski di tengah kondisi keterbatasan. Seperti halnya pewayang dari Sanggar Unggul Pamenang yang mengadakan pagelaran Wayang Suluh Pakerti secara online dengan lakon "Merajut Hati di Tengah Pandemi", Sabtu 7 November 2020 di Desa Jatigunung, Kecamatan Tulakan, Pacitan, Jawa Timur.
Pagelaran malam yang didalangi oleh Ki Dalang Fajar ini dibuka dengan sambutan singkat Ketua Fraksi Partai Demokrat DPR Edhie Baskoro Yudhoyono atau biasa disapa Ibas.
Setelah membuka sambutan dengan salam dan pesan untuk terus mematuhi protokol kesehatan, Ibas mengungkapkan keprihatinannya terhadap kondisi pewayangan saat ini.
Gerak seniman wayang terbatas, pemasukannya kian berkurang, bahkan tidak sedikit yang sama sekali tidak mendapat pemasukan. Menanggapi kondisi tersebut, Ibas menyampaikan apresiasi kepada Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) yang menjadi mitra terselenggaranya pagelaran secara online. Hadirnya acara ini bak angins segar untuk dunia pewayangan Pacitan.
Kemudian, terkait pewayangan, baginya wayang bukan sekadar pertunjukan melainkan memuat unsur moral.
“Dalam bahasa Jawa, kata wayang berarti bayangan atau biasanya dianggap sebagai cerminan cerita kehidupan di jagad raya. Pentas pertunjukan wayang tidak hanya merupakan hiburan semata, namun juga memuat unsur unsur pendidikan moral,” tuturnya. (Baca juga: Pilkada di Tengah Pandemi, Gus Jazil Ajak Kandidat Jaga Situasi Kondusif )
Ibas menambahkan, pagelaran wayang ini tidak saja merupakan upaya pelestarian budaya warisan leluhur, juga merupakan upaya untuk mengajarkan dan menanamkan nilai-nilai moral dan adat ketimuran yang pada saat ini sudah mulai ditinggalkan oleh generasi muda.
Menurut dia, berbagai narasi yang tersaji selama pertunjukan pewayangan memiliki kandungan nilai-nilai luhur yang dapat diambil hikmahnya dan dapat diamalkan dalam kehidupan kita sehari-hari, seperti hanya mengamalkan pilar-pilar kebangsaan dalam kehidupan.”( )
Selain mengapresiasi Kemenpar, Ibas juga mengapresiasi para seniman Pacitan yang tetap semangat di tengah pandemi.“Wayang suluh pakerti meniko salah satunggaling warisan budaya luhur khas Pacitan. Engkang dumadi saking nyawiji-ipun wayang suluh kalian wayang beber khas Pacitan.”
Pagelaran Wayang Pakerti ini diharapkan mampu membangkitkan semangat seniman wayang dan masyarakat di tengah pandemi Covid-19.
Ibas juga berharap acara ini dapat mewakilkan empati para seniman wayang untuk ikut berkontribusi terhadap masyarakat, terutama kaum disabilitas sebagai pihak yang sangat terdampak.
Dia berharap agar acara ini mampu meningkatan kebersamaan, kreativitas, serta produktivitas sekalipun dilakukan secara virtual.
Kendati demikian, selalu ada jalan untuk tetap bergerak meski di tengah kondisi keterbatasan. Seperti halnya pewayang dari Sanggar Unggul Pamenang yang mengadakan pagelaran Wayang Suluh Pakerti secara online dengan lakon "Merajut Hati di Tengah Pandemi", Sabtu 7 November 2020 di Desa Jatigunung, Kecamatan Tulakan, Pacitan, Jawa Timur.
Pagelaran malam yang didalangi oleh Ki Dalang Fajar ini dibuka dengan sambutan singkat Ketua Fraksi Partai Demokrat DPR Edhie Baskoro Yudhoyono atau biasa disapa Ibas.
Setelah membuka sambutan dengan salam dan pesan untuk terus mematuhi protokol kesehatan, Ibas mengungkapkan keprihatinannya terhadap kondisi pewayangan saat ini.
Gerak seniman wayang terbatas, pemasukannya kian berkurang, bahkan tidak sedikit yang sama sekali tidak mendapat pemasukan. Menanggapi kondisi tersebut, Ibas menyampaikan apresiasi kepada Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) yang menjadi mitra terselenggaranya pagelaran secara online. Hadirnya acara ini bak angins segar untuk dunia pewayangan Pacitan.
Kemudian, terkait pewayangan, baginya wayang bukan sekadar pertunjukan melainkan memuat unsur moral.
“Dalam bahasa Jawa, kata wayang berarti bayangan atau biasanya dianggap sebagai cerminan cerita kehidupan di jagad raya. Pentas pertunjukan wayang tidak hanya merupakan hiburan semata, namun juga memuat unsur unsur pendidikan moral,” tuturnya. (Baca juga: Pilkada di Tengah Pandemi, Gus Jazil Ajak Kandidat Jaga Situasi Kondusif )
Ibas menambahkan, pagelaran wayang ini tidak saja merupakan upaya pelestarian budaya warisan leluhur, juga merupakan upaya untuk mengajarkan dan menanamkan nilai-nilai moral dan adat ketimuran yang pada saat ini sudah mulai ditinggalkan oleh generasi muda.
Menurut dia, berbagai narasi yang tersaji selama pertunjukan pewayangan memiliki kandungan nilai-nilai luhur yang dapat diambil hikmahnya dan dapat diamalkan dalam kehidupan kita sehari-hari, seperti hanya mengamalkan pilar-pilar kebangsaan dalam kehidupan.”( )
Selain mengapresiasi Kemenpar, Ibas juga mengapresiasi para seniman Pacitan yang tetap semangat di tengah pandemi.“Wayang suluh pakerti meniko salah satunggaling warisan budaya luhur khas Pacitan. Engkang dumadi saking nyawiji-ipun wayang suluh kalian wayang beber khas Pacitan.”
Pagelaran Wayang Pakerti ini diharapkan mampu membangkitkan semangat seniman wayang dan masyarakat di tengah pandemi Covid-19.
Ibas juga berharap acara ini dapat mewakilkan empati para seniman wayang untuk ikut berkontribusi terhadap masyarakat, terutama kaum disabilitas sebagai pihak yang sangat terdampak.
Dia berharap agar acara ini mampu meningkatan kebersamaan, kreativitas, serta produktivitas sekalipun dilakukan secara virtual.
(dam)