Menghadapi Ujian pada Hari Kemenangan

Sabtu, 09 Mei 2020 - 07:12 WIB
loading...
A A A
Meski demikian, sebagian masyarakat masih banyak yang memaksakan mudik. Menurut sosiolog Ida Ruwaida, mudik merupakan fenomena migrasi yang sifatnya fitrah atau naluriah. Mudik, berarti ‘pulang' dan kembali mempertegas identitas sosialnya.

"Masyarakat cenderung semakin rasional, bahkan di era digital fenomena mudik masih tinggi. Ini karena faktor sosiokultural, yakni pola migrasi yang cenderung ke perkotaan," ungkapnya. Hal tersebut merupakan alasan mudik yang sebenarnya. Selain faktor sosiologi, alasan mudik saat pandemi adalah faktor ekonomi. Sebagain masyarakat merasa lebih bisa bertahan hidup di kampung halaman daripada di perantauan.

Tidak mudik dan berkumpul dengan saudara di kampung halaman juga dialami Arzeti Bilbina, anggota Komisi IX DPR RI yang mengaku untuk pertama kalinya berlebaran di Jakarta.

"Masih bingung karena tidak mudik, biasanya lebaran selalu mudik. Jadi belum tahu nanti mau ngapain, untuk halalbihalal, sepertinya hanya bertemu keluarga inti saja," ungkapnya.

Namun, satu hal yang disyukurinya yakni mertua dan ibundanya kebetulan sedang berada di Jakarta. Arzeti mengaku rindu perjalanan mudik dan kumpul di kampung.

"Biasanya kita salat di lapangan. Kalau di Lampung, kita ke lapangan bola di pinggir pantai kebiasaan masa kecil. Jalan kaki jauh sekali supaya bisa menyapa tetangga dan teman sekampung," kenangnya.

Lain lagi jika sedang mudik di kampung halaman sang suami di Yogyakarta. Mereka sekeluarga salat Id di alun-alun. Kini, Arzeti harus menikmati Lebaran hanya di rumah tanpa banyak bertemu saudara. "Mungkin nanti saat hari H maaf-maafan dengan teman-teman di DPR melalui Zoom aja, selebihnya belum tahu," ungkap politikus PKB ini.

Hal yang sama dikatakan anggota DPR yang juga seniman, Eko Hendro Purnomo atau Eko Patrio. Dirinya mengaku akan menggunakan aplikasi Zoom untuk silaturahmi dengan saudaranya yang jauh. Terbiasa Lebaran di Jakarta dan tidak mudik membuat Eko menjalani Lebaran tahun ini sama seperti biasa.

"Sungkem ke rumah orangtua yang juga tinggal di Jakarta pastinya tetap pakai masker. Setelah itu balik ke rumah, tidak berani datengin orang lain," ungkapnya.

Eko berharap semua dapat tetap menjaga jarak. Baginya, aplikasi Zoom atau media sosial lain dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin agar tetap merasakan nuansa kemenangan meski di rumah masing-masing. (Ananda Nararya)
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1216 seconds (0.1#10.140)