Indonesia Harus Ambil Manfaat Siapa pun Pemenang Pilpres AS
loading...
A
A
A
Hasil pemilihan presiden Amerika Serikat (AS) mempunyai dampak terhadap dinamika politik global, termasuk Indonesia. Muncul pertanyaan, siapa yang lebih menguntungkan Indonesia?
Anggota Komisi I DPR Sukamta menilai Pilpres AS bisa mempengaruhi Indonesia baik langsung ataupun tidak. Dia menilai Donald Trump maupun Joe Biden memiliki kelebihan dan kelemahan. Dan aspek itu mesti bisa dipahami dan dimanfaatkan.
“Tergantung kemampuan dan sikap kita dalam memanfaatkan kecenderungan kedua capres tersebut untuk mengambil keuntungan bagi kepentingan nasional kita. Terhadap kedua capres ini, kita bisa baca dari slogan masing-masing yang menunjukkan arah pemerintahan mereka ke depan,” ujarnya kepada SINDOnews, Kamis (05/11/2020).
(Baca: 5 Negara Bagian Ini Penentu Biden atau Trump Menang Pilpres AS)
Trump menggaungkan slogan "Aggressive Nationalism abroad, jobs at home". Proyeksinya, politik Luar AS akan tetap seperti sekarang, memfokuskan hubungan bilateral. Sementara ketegangan dengan beberapa negara seperti China, Korut, Rusia dan Iran akan terus berjalan. Bahkan, mungkin akan terus tereskalasi yang belum diketahui kapan berakhirnya.
“Kaitan hubungannya dengan RI, saya kira akan tetap seperti sekarang ini. Kecuali, kalau Indonesia terseret ke dalam pelukan China. Jika itu yang terjadi, Indonesia kemungkinan besar akan dimasukkan ke dalam blok yang akan dihambat oleh Trump baik secara politik maupun ekonomi,” tutur politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu.
(Baca: Hasil Electoral Votes Pilpres AS: Biden 264, Trump 214)
Sementara itu, Biden memiliki slogan “to restore dignified leadership at home and respected leadership on world state". Wakil Presiden era Barack Obama itu kemungkinan akan berusaha mengembalikan peran AS sebagai negara super power dunia seperti sebelum Trump dan cenderung pada multilateralisme.
“Pendekatannya mungkin akan menirukan Obama yang cenderung lebih kalem. Di sisi lain, secara tradisi pemerintahan Demokrat akan cenderung mengusung isu-isu demokrasi, iklim, dan HAM. Hal itu akan membuat hubungan dengan Indonesia kemungkinan akan diwarnai kembali dengan isu-isu HAM dalam negeri Indonesia,” pungkasnya.
Anggota Komisi I DPR Sukamta menilai Pilpres AS bisa mempengaruhi Indonesia baik langsung ataupun tidak. Dia menilai Donald Trump maupun Joe Biden memiliki kelebihan dan kelemahan. Dan aspek itu mesti bisa dipahami dan dimanfaatkan.
“Tergantung kemampuan dan sikap kita dalam memanfaatkan kecenderungan kedua capres tersebut untuk mengambil keuntungan bagi kepentingan nasional kita. Terhadap kedua capres ini, kita bisa baca dari slogan masing-masing yang menunjukkan arah pemerintahan mereka ke depan,” ujarnya kepada SINDOnews, Kamis (05/11/2020).
(Baca: 5 Negara Bagian Ini Penentu Biden atau Trump Menang Pilpres AS)
Trump menggaungkan slogan "Aggressive Nationalism abroad, jobs at home". Proyeksinya, politik Luar AS akan tetap seperti sekarang, memfokuskan hubungan bilateral. Sementara ketegangan dengan beberapa negara seperti China, Korut, Rusia dan Iran akan terus berjalan. Bahkan, mungkin akan terus tereskalasi yang belum diketahui kapan berakhirnya.
“Kaitan hubungannya dengan RI, saya kira akan tetap seperti sekarang ini. Kecuali, kalau Indonesia terseret ke dalam pelukan China. Jika itu yang terjadi, Indonesia kemungkinan besar akan dimasukkan ke dalam blok yang akan dihambat oleh Trump baik secara politik maupun ekonomi,” tutur politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu.
(Baca: Hasil Electoral Votes Pilpres AS: Biden 264, Trump 214)
Sementara itu, Biden memiliki slogan “to restore dignified leadership at home and respected leadership on world state". Wakil Presiden era Barack Obama itu kemungkinan akan berusaha mengembalikan peran AS sebagai negara super power dunia seperti sebelum Trump dan cenderung pada multilateralisme.
“Pendekatannya mungkin akan menirukan Obama yang cenderung lebih kalem. Di sisi lain, secara tradisi pemerintahan Demokrat akan cenderung mengusung isu-isu demokrasi, iklim, dan HAM. Hal itu akan membuat hubungan dengan Indonesia kemungkinan akan diwarnai kembali dengan isu-isu HAM dalam negeri Indonesia,” pungkasnya.
(muh)