Covid-19 Bisa Berlangsung Lama, Perilaku Jadi Penentu

Kamis, 05 November 2020 - 07:05 WIB
loading...
Covid-19 Bisa Berlangsung Lama, Perilaku Jadi Penentu
Petugs terus melakukan sosialisasi protokol kesehatan untuk menekan penyebaran virus covid-19. Foto: dok/SINDOnews
A A A
JAKARTA - Pandemi corona ( Covid-19 ) bisa berlangsung lebih lama. Kewaspadaan dan ketaatan terhadap protokol kesehatan seperti memakai masker, menjaga jarak, dan menjaga kebersihan (3M) bisa menjadi penentu untuk bisa tetap aktif dan aman dari Covid-19.



Kepala Bidang Pencegahan, Mitigasi, dan Kesiapsiagaan Kementerian Kesehatan dr Ina Agustina Isturini meminta masyarakat tetap waspada terhadap penularan Covid-19. Pasalnya, Covid-19 ini adalah virus baru yang belum ditemukan obat dan vaksinnya.

Covid-19 Bisa Berlangsung Lama, Perilaku Jadi Penentu


“Kenapa kita harus tetap waspada terhadap Covid-19? Karena, pertama ini adalah virus baru. Dia belum banyak yang kita ketahui tentang virus ini, obat dan vaksin masih diteliti. Dan, kemungkinan akan berlangsung lama,” ungkap Ina dalam diskusi secara virtual kemarin. (Baca: Waspada dengan Virus Kejahilan)

Ina menjelaskan, ada sejumlah penelitian baik dari World Health Organization, Harvard University, maupun China menyatakan bahwa pandemi Covid-19 akan berlangsung lama hingga 2022. Bahkan, ada beberapa penelitian yang menyebutkan bahwa pandemi Covid-19 akan berlangsung sampai 2024.

“Sejumlah penelitian baik itu WHO juga sudah menyatakan bahwa kita akan bertemu dalam jangka waktu lama. Kemudian peneliti dari Harvard maupun dari China bahwa semuanya menunjukkan bahwa (pandemi) ini akan berlangsung lama. Bisa ada yang menyatakan sampai tahun 2022, ada menyampaikan sampai bisa sampai 2024,” kata Ina.

Menurut Ina, berdasarkan pengalaman sejarah bahwa pandemi seperti Spanish Flu atau Flu Spanyol pada 1918 berlangsung selama tiga tahun. “Dan, berdasarkan pengalaman pandemi pada masa sebelumnya, memang pandemi itu bisa berlangsung. Pada Spanish Flu pada 1900-an ya, 1918 ya itu berlangsung sekitar tiga tahunan ya sehingga memang ini akan berlangsung lama,” ungkapnya. (Baca juga: Banyak Persoalan, MPR MInta Kemendikbud Evaluasi Pelaksanaan PJJ)

Kedua, kata Ina, banyak orang yang tanpa gejala, tapi tetap dapat menularkan. Ketiga adalah potensi lonjakan pasien. “Memang untuk Covid-19 ini sekitar 80% dengan gejala ringan sedang dan 20% apa namanya harus membutuhkan perawatan rumah sakit. Artinya, sebagian besar akan sembuh. Itu sudah memang sudah berdasarkan statistik ya untuk kasus-kasus yang sebagian besar 20% akan sakit,” sebutnya.

Ina mengatakan, Covid-19 juga menyebar sangat cepat hanya dalam beberapa bulan. Sejak ditemukan kasus pertama, kini jumlahnya mencapai hampir 50 juta di seluruh dunia. “Tapi, kebayang dengan begitu mudahnya dia menular, jadi ini salah satu ciri khas Covid-19 ini dia cepat sekali ya, kalau kita lihat dalam sejak dia muncul Januari sampai sekarang Oktober, Juni saja sudah 46 juta hampir 50 juta. Lalu, Indonesia sudah lebih dari 400.000. Bahwa ini menunjukkan bahwa virus ini sangat cepat,” katanya.

Kalau kita tidak hati-hati, tegas Ina, di mana ada 1 juta orang saja misalnya sakit berbarengan, maka 20% itu adalah 200.000 orang yang membutuhkan pelayanan rumah sakit. Padahal, jumlah tempat tidur di rumah sakit yang tersedia saat ini kalau jumlahnya sekitar 200.000-an kasur. Di sisi lain ada pasien dengan gangguan kesehatan lain yang butuh pelayanan kesehatan. (Baca juga: Kabak Baik, Pasien Sembuh Covid-19 Terus Meningkat)

“Jadi, artinya dengan kemampuan penularan yang sangat cepat, itu juga akan berpotensi menimbulkan korban massal yang melebihi kapasitas kesehatan. Ini juga mengganggu pelayanan kesehatan rutin,” tegas Ina.

Sementara itu, Konsultan United Nations Children's Fund (UNICEF) Indonesia Risang Rimbatmaja mengatakan, data dari survei penelitian UNICEF dan AC Nielsen bahwa 70% masyarakat di enam kota besar, yakni di Medan, Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, dan Makassar masih berpikir bahwa Covid-19 menakutkan.

Bahwa warga yang mengatakan bahwa Covid-19 itu berbahaya, menular, mematikan, menakutkan paling tinggi ada di Bandung yakni sebesar 90,1%, kemudian Semarang sebesar 83,0%, Jakarta 67,5%, Makassar 67,5%, Surabaya 64,9%, dan Medan 50,4%. (Lihat videonya: Warga Lebak Panggul Motor Menerobos Banjir)

“Jadi, kalau kita lihat di sini bahwa pertama top of mind kota berbeda-beda,” ungkap Risang dalam dialog Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPC PEN) bertema “Keterlibatan Masyarakat dalam Respons Pandemi Covid-19” secara virtual kemarin. (Binti Mufarida)
(ysw)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1777 seconds (0.1#10.140)