KAMI Terkesan Menghilang sejak Aktivisnya Ditangkap, Pengamat Sebut Sedang Atur Napas
loading...
A
A
A
JAKARTA - Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting Pangi Syarwi Chaniago menilai, ada sejumlah kemungkinan kenapa gerakan Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) tampak menghilang atau tak 'bersuara' lagi setelah sejumlah aktivisnya seperti M Jumhur Hidayat dan Syahganda Nainggolan ditangkap dan dijadikan tersangka.
Pangi menyebut, bisa saja KAMI sedang mengatur napas atau tengah mengatur posisi pergerakan mereka. "Kita lihat saja nanti apakah mereka pendiri KAMI tetap lantang dan tetap kritis mengingatkan, mengoreksi serta tetap mengawal dan meluruskan arah kiblat bangsa yang menurut mereka melenceng dari amanat konstitusi," ujar Pangi saat dihubungi SINDOnews, Senin (26/10/2020).
Pangi menilai, KAMI saat ini sebenarnya sadar dengan konsekuensi perjuangan. Soal konsekuensi ini pernah diutarakan oleh Presidium KAMI Jenderal TNI (Purn) Gatot Nurmantyo. Ia melihat, bentangan empiris selama ini hanya tokoh-aktivis yang berseberangan dengan pemerintah saja yang cepat ditangkap.
( ).
Dia menilai, aparat kita terang sangat diskriminatif dan politik posisinya di atas hukum atau dengan kata lain, hukum harus tunduk pada kehendak dan selera politik. Harusnya realitas politik harus tunduk pada kehendak hukum. "Ini yang saya sebut kriminal dan kacau penegakan hukum kita di era sekarang," tutur dia.
Maka itu, Pangi menilai, KAMI memang terkesan agak diam sejenak setelah beberapa tokoh petinggi dan pentolan KAMI dipenjara oleh rezim pemerintah, karena dianggap getol mengkritik dan berseberangan pemikiran dan narasinya terkait persoalan bangsa.
( ).
"Tapi kalau kita cermati dan perhatikan statement dan komentar Gatot dan Din Syamsuddin sebagai tulang punggung kekuatan KAMI, mereka katanya nggak bakal ciut, nggak bakal mundur, atau menurun tensi kritiknya setelah tokoh-tokoh petinggi aktivis KAMI ditangkapi, katanya tak akan membuat mereka bungkam, apalagi jera, tetap akan kritis dan bersuara. Kita lihat saja nanti bagaimana ujung dari cerita ini," pungkas dia.
Pangi menyebut, bisa saja KAMI sedang mengatur napas atau tengah mengatur posisi pergerakan mereka. "Kita lihat saja nanti apakah mereka pendiri KAMI tetap lantang dan tetap kritis mengingatkan, mengoreksi serta tetap mengawal dan meluruskan arah kiblat bangsa yang menurut mereka melenceng dari amanat konstitusi," ujar Pangi saat dihubungi SINDOnews, Senin (26/10/2020).
Pangi menilai, KAMI saat ini sebenarnya sadar dengan konsekuensi perjuangan. Soal konsekuensi ini pernah diutarakan oleh Presidium KAMI Jenderal TNI (Purn) Gatot Nurmantyo. Ia melihat, bentangan empiris selama ini hanya tokoh-aktivis yang berseberangan dengan pemerintah saja yang cepat ditangkap.
( ).
Dia menilai, aparat kita terang sangat diskriminatif dan politik posisinya di atas hukum atau dengan kata lain, hukum harus tunduk pada kehendak dan selera politik. Harusnya realitas politik harus tunduk pada kehendak hukum. "Ini yang saya sebut kriminal dan kacau penegakan hukum kita di era sekarang," tutur dia.
Maka itu, Pangi menilai, KAMI memang terkesan agak diam sejenak setelah beberapa tokoh petinggi dan pentolan KAMI dipenjara oleh rezim pemerintah, karena dianggap getol mengkritik dan berseberangan pemikiran dan narasinya terkait persoalan bangsa.
( ).
"Tapi kalau kita cermati dan perhatikan statement dan komentar Gatot dan Din Syamsuddin sebagai tulang punggung kekuatan KAMI, mereka katanya nggak bakal ciut, nggak bakal mundur, atau menurun tensi kritiknya setelah tokoh-tokoh petinggi aktivis KAMI ditangkapi, katanya tak akan membuat mereka bungkam, apalagi jera, tetap akan kritis dan bersuara. Kita lihat saja nanti bagaimana ujung dari cerita ini," pungkas dia.
(zik)