Minimalisir Banjir di Samarinda, Ditjen SDA Revitalisasi Bendungan Lempake
loading...
A
A
A
Ditjen SDA melalui BWS Kalimantan III menyiapkan solusi jangka panjang yang disusun ke dalam Masterplan Pengendalian Banjir Kota Samarinda. Program tersebut dibagi ke beberapa segmen yang disesuaikan dengan kondisi wilayahnya.
Salah satunya, pada bagian hulu diperbanyak kolam retensi yang berguna untuk menampung air hujan sebelum dialirkan ke Sungai Karangmumus yang berakhir ke Sungai Mahakam. Selain itu, melakukan revitalisasi terhadap Bendungan Lempake, juga menaturalisasi sungai di kawasan Bayur.
Di beberapa segmen lainnya, akan dibangun tanggul untuk meminimalisir dampak banjir, revitalisasi rawa, pembuatan sistem polder dan pompa pada beberapa perumahan yang berpotensi terkena dampak banjir, juga memperbanyak kolam retensi sebagai tampungan air.
Terkait hal ini BWS Kalimantan III bekerja sama dengan Pemerintah Kota Samarinda untuk pembebasan lahan agar program Masterplan Pengendalian Banjir Kota Samarinda tersebut bisa terlaksana dengan baik.
Seperti kita ketahui, banjir yang melanda Samarinda pada tahun 2019 lalu, terjadi akibat curah hujan yang tinggi dengan durasi hujan lebih dari 8 jam. Dampaknya, banyak wilayah yang digenangi air setinggi 50-150 cm. Bencana ini mengakibatkan banyak kegiatan yang lumpuh, juga kerugian yang menimpa warganya.
Oleh karena itu, dengan langkah-langkah tersebut banjir dapat diminimalisir baik dampak maupun kejadiannya. Mengingat banjir merupakan salah satu bencana yang tidak bisa dihilangkan sama sekali, hanya bisa diminimalisir saja.
Sejumlah hal yang menyebabkan banjir, diantaranya curah hujan yang tinggi. Dan Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki curah hujan yang tinggi.
Banjir juga disebabkan oleh aktivitas yang dilakukan oleh manusia. Dimana seiring berkembangnya pembangunan, jumlah penduduk di Indonesia semakin banyak pun demikian dengan aktivitas yang dilakukan oleh manusia.
Daya serap tanah yang terus berkurang akibat aktivitas manusia, menyebabkan tidak maksimalnya penyerapan air hujan ke tanah. Selain itu banjir bisa disebabkan oleh bagian hulu sungai sudah semakin gundul akibat penebangan pohon sembarangan.
Meningkatnya pertumbuhan penduduk juga meningkatkan kebutuhan rumah hunian atau sejumlah gedung. Akibatnya drainase semakin berkurang. Selain itu, hunian di bantaran sungai yang semakin marak, menyebabkan daerah-daerah yang dulunya menjadi tempat untuk air bisa meresap sebelum mengalir ke laut menjadi kurang yang akhirnya menyebabkan banjir di berbagai daerah, salah satunya Samarinda.
Salah satunya, pada bagian hulu diperbanyak kolam retensi yang berguna untuk menampung air hujan sebelum dialirkan ke Sungai Karangmumus yang berakhir ke Sungai Mahakam. Selain itu, melakukan revitalisasi terhadap Bendungan Lempake, juga menaturalisasi sungai di kawasan Bayur.
Di beberapa segmen lainnya, akan dibangun tanggul untuk meminimalisir dampak banjir, revitalisasi rawa, pembuatan sistem polder dan pompa pada beberapa perumahan yang berpotensi terkena dampak banjir, juga memperbanyak kolam retensi sebagai tampungan air.
Terkait hal ini BWS Kalimantan III bekerja sama dengan Pemerintah Kota Samarinda untuk pembebasan lahan agar program Masterplan Pengendalian Banjir Kota Samarinda tersebut bisa terlaksana dengan baik.
Seperti kita ketahui, banjir yang melanda Samarinda pada tahun 2019 lalu, terjadi akibat curah hujan yang tinggi dengan durasi hujan lebih dari 8 jam. Dampaknya, banyak wilayah yang digenangi air setinggi 50-150 cm. Bencana ini mengakibatkan banyak kegiatan yang lumpuh, juga kerugian yang menimpa warganya.
Oleh karena itu, dengan langkah-langkah tersebut banjir dapat diminimalisir baik dampak maupun kejadiannya. Mengingat banjir merupakan salah satu bencana yang tidak bisa dihilangkan sama sekali, hanya bisa diminimalisir saja.
Sejumlah hal yang menyebabkan banjir, diantaranya curah hujan yang tinggi. Dan Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki curah hujan yang tinggi.
Banjir juga disebabkan oleh aktivitas yang dilakukan oleh manusia. Dimana seiring berkembangnya pembangunan, jumlah penduduk di Indonesia semakin banyak pun demikian dengan aktivitas yang dilakukan oleh manusia.
Daya serap tanah yang terus berkurang akibat aktivitas manusia, menyebabkan tidak maksimalnya penyerapan air hujan ke tanah. Selain itu banjir bisa disebabkan oleh bagian hulu sungai sudah semakin gundul akibat penebangan pohon sembarangan.
Meningkatnya pertumbuhan penduduk juga meningkatkan kebutuhan rumah hunian atau sejumlah gedung. Akibatnya drainase semakin berkurang. Selain itu, hunian di bantaran sungai yang semakin marak, menyebabkan daerah-daerah yang dulunya menjadi tempat untuk air bisa meresap sebelum mengalir ke laut menjadi kurang yang akhirnya menyebabkan banjir di berbagai daerah, salah satunya Samarinda.
(atk)