Peringatan Hari Santri, Muhaimin Luncurkan Platform Digital SantriNet

Kamis, 22 Oktober 2020 - 19:32 WIB
loading...
Peringatan Hari Santri, Muhaimin Luncurkan Platform Digital SantriNet
Ketua Umum DPP Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar. Foto/SINDOnews/Abdul Rochim
A A A
JAKARTA - Pandemi Covid-19 berdampak serius bagi segala lini kehidupan, tidak terkecuali dunia pendidikan. Pemerintah pun tampak mencari format terbaiknya menghadapi situasi yang tak terbayang sebelumnya.

Dunia pendidikan pun sejak awal pendemi sampai saat ini masih tampak kedodoran dalam mengambil kebijakan. Tak terkecuali pendidikan di pesantren.

Ketua Umum DPP Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar mengatakan, dunia pesantren juga terkena imbas dampak pandemi Covid-19. Proses belajar mengajar di pesantren berhenti, santri dipulangkan, jadwal dan tahapan-tahapan di pesantren berantakan, dan ekonomi masyarakat sekitar pun seketika berhenti.

“Sebuah situasi yang benar-benar mengancam keberlangsungan pendidikan pesantren dan karenanya harus segera dicari terobosan inovatif yang bisa menutup celah itu," ujar Gus AMI, sapaan Muhaimin Iskandar, saat Puncak Peringatan Hari Santri Nasional 2020 di Malang, Jawa Timur, Rabu 22 Oktober 2020 yang juga disiarkan virtual. ( k) Menurut Gus AMI, selain perjuangan bidang anggaran untuk pesantren yang selama ini telah dilakukan, salah satu terobosan inovatif yang bisa dilakukan adalah dengan memberi pesantren infrastruktur yang memungkinkan bagi mereka untuk tetap bisa menjalankan tradisi pesantren meskipun online.

“Mekanisme online ini saya kira menjadi pilihan yang paling mungkin dilakukan di tengah kondisi yang mengharuskan kita untuk tetap menjaga protokol kesehatan. Pilihan ini harus diambil untuk menghindari lost generation di pesantren," kata Wakil Ketua DPR Bidang Kesra ini. (Baca: MUI Tak Perlu Keluarkan Fatwa Soal Masa Jabatan Presiden)

Karena itu, lanjut Gus AMI, tepat di hari santri ini PKB meluncurkan sebuah platform digital yakni SantriNet bersama Wakil Ketua Umum DPP PKB Ida Fauziyah. Menurut Gus AMI, aplikasi ini adalah terobosan alternatif untuk menutup celah-celah yang selama pandemi tak mungkin dilakukan.

Melalui platform ini, seluruh santri di seluruh Indonesia tetap bisa menjalankan tradisi-tradisi yang selama ini ada di pesantren, khususnya dalam belajar mengajar. Misalnya, santri bisa mengakses dan membaca kitab-kitab, pelajaran-pelajaran pesantren, mulai fikih, ilmu alat, tafsir, hadist, Tarikh, serta ilmu-ilmu lain. “Tetapi syaratnya harus daftar dulu. Santri harus melek teknologi, ini nggak bisa ditawar,” lanjut Panglima Santri ini.

Menurut Gus AMI, membangun infrastuktur teknologi di kalangan pesantren adalah pilihan yang tak terhindarkan saat ini. Di masa pandemi, santri harus mampu merespon dan beradaptasi dengan perubahan global yang begitu cepat.

Gus AMI mengatakan, dengan jumlah pesantren sekitar 28 ribuan, ditambah santri mukim dan tidak mukim sebanyak 18 juta, dan pengajarnya berjumlah 1,5 juta, adalah modal sosial yang sangat besar yang jika mampu dikelola dengan baik akan mampu menjadi penggerak perubahan bangsa.

“Untuk itu, membangun infrastruktur yang bisa menambal kebuntuan-kebuntuan di masa pandemic adalah keharusan. Dengan ini santri dan pesantren bisa mandiri," ujar Gus AMI.

Lebih lanjut Gus AMI mengatakan, santri dan pesantren memang sudah saatnya mampu merespons perubahan-perubahan global tanpa tercerabut dari akar tradisi yang diwariskan para masyayikh. “Itulah yang mampu membentuk karakter santri,” tuturnya.

Saat ini, katanya, di Indonesia terdapat sekitar 175,4 juta pengguna internet. Artinya, 64% penduduk Indonesia itu mempunyai akses ke dunia maya.

Menurut Gus AMI, jika mampu mengajak berapa persen saja dari jumlah itu untuk masuk di platform SANTRINET, PKB telah ikut berperan dalam menyebarkan nilai-nilai Islam yang berlandas pada prinsip-prinsip tawassut, tasamuh, ta’adul serta tawazun sebagaimana terkandung dalam ajaran ahlussunah wal jama’ah (Aswaja).

Gus AMI mengatakan, satu hal penting ditegaskan bahwa di tengah pandemi dan di era new normal, pesantren tetap harus menjadi garda depan dalam pengembangan nilai-nilai Islam yang rahmatan lil alamin dan sebagai pusat peradaban Islam Indonesia.

“Mandat dan amanah ini harus dijaga, dan salah satunya adalah dengan tetap menjaga proses dipesantren tidak terhenti melalui pengembangan infrastruktur teknologi di pesantren,” tegasnya.

Dari situlah, menurut Gus AMI, peringatan Hari Santri harus menjadi momentum untuk meneguhkan bahwa pesantren sebagai wajah asli Islam Indonesia harus mampu beradaptasi dengan perubahan-perubahan global, temasuk dibidang teknologi.

Dialog-dialog agama dan sains dengan tidak tercerabut dari akar tradisi adalah keniscayaan yang tak bisa ditawar. Pandemi ini menurut Gus AMI, memaksa santri dan pesantren untuk merumuskan kembali peran-peran sosial pesantren agar keberadaannya mampu memberikan sumbangan nyata terhadap masyarakat sekitarnya.

“Tanpa peran yang nyata, signifikansi pesantren dikhawatirkan akan meredup,” tutur Gus AMI.

(dam)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1643 seconds (0.1#10.140)