Meski Jadi Pertimbangan, Penentuan Capres Bisa Abaikan Hasil Survei
loading...
A
A
A
JAKARTA - Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO), Dedi Kurnia Syah menilai, selama ambang batas presiden masih berlaku, hal paling mungkin adalah pemilihan presiden dan wakil presiden berpotensi diikuti dua pasang calon (paslon).
(Baca juga: UU Cipta Kerja Bukan Untungkan Pengusaha Menurut Penegasan Kadin)
Hal ini dikatakan Dedi menanggapi hasil sejumlah survei yang masih menempatkan Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto dan Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo terus bersaing.
(Baca juga: Tolak UU Cipta Kerja, Ribuan Buruh Geruduk DPRD Jombang)
"Dengan kondisi itu, penentuan Capres bisa saja mengabaikan hasil survei, meskipun survei menjadi salah satu pertimbangan," ujar Dedi saat dihubungi SINDOnews, Sabtu (17/10/2020).
Dedi menganggap, dominasi penentuan paslon tetap berada di Partai politik, kecuali jika secara tiba-tiba ada tokoh yang mendadak menjadi pembicaraan luas sebagaimana fenomena Jokowi di tahun 2014 lalu.
Dalam hal ini Dedi meyakini, Pilpres 2024 akan menjadi ajang pertarungan generasi Ganjar Pranowo, Anies Baswedan, dan tokoh-tokoh baru di kancah kontestasi Pilpres. Prabowo, disebutnya masih memiliki resiko besar, salah satunya reputasi masih dikaitkan dengan kasus HAM.
"Terlebih ia telah membuktikan inkonsistensi dalam memilih jalur politik dengan bergabung pemerintah, itu sekaligus membuyarkan citra Prabowo yang erat kaitan dengan idealisme," pungkas dia.
(Baca juga: UU Cipta Kerja Bukan Untungkan Pengusaha Menurut Penegasan Kadin)
Hal ini dikatakan Dedi menanggapi hasil sejumlah survei yang masih menempatkan Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto dan Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo terus bersaing.
(Baca juga: Tolak UU Cipta Kerja, Ribuan Buruh Geruduk DPRD Jombang)
"Dengan kondisi itu, penentuan Capres bisa saja mengabaikan hasil survei, meskipun survei menjadi salah satu pertimbangan," ujar Dedi saat dihubungi SINDOnews, Sabtu (17/10/2020).
Dedi menganggap, dominasi penentuan paslon tetap berada di Partai politik, kecuali jika secara tiba-tiba ada tokoh yang mendadak menjadi pembicaraan luas sebagaimana fenomena Jokowi di tahun 2014 lalu.
Dalam hal ini Dedi meyakini, Pilpres 2024 akan menjadi ajang pertarungan generasi Ganjar Pranowo, Anies Baswedan, dan tokoh-tokoh baru di kancah kontestasi Pilpres. Prabowo, disebutnya masih memiliki resiko besar, salah satunya reputasi masih dikaitkan dengan kasus HAM.
"Terlebih ia telah membuktikan inkonsistensi dalam memilih jalur politik dengan bergabung pemerintah, itu sekaligus membuyarkan citra Prabowo yang erat kaitan dengan idealisme," pungkas dia.
(maf)