Mahasiswa Diandalkan Edukasi Covid-19

Rabu, 14 Oktober 2020 - 05:57 WIB
loading...
A A A
“Jangan sampai Anda tertular dan juga harus menjadi teladan. Mahasiswa harus praktikkan betul pakai masker yang benar, menjaga jarak ketika berbicara, dan tunjukkan cara mencuci tangan yang baik,” pesannya.

Dirjen Dikti Kemendikbud Nizam mengungkapkan, sejak 9 Maret 2020, tepat seminggu setelah kasus pertama Covid-19 di Indonesia, Mendikbud Nadiem Makarim melakukan mobilisasi relawan mahasiswa, khususnya mahasiswa di bidang kesehatan. Hanya dalam tiga hari, sebanyak 15.000 mahasiswa mendaftar menjadi relawan. Berdasarkan itu, Kemendikbud membentuk sebuah gugus Relawan Covid-19 (RECON) untuk mitigasi kasus Covid-19.

“Kita lakukan pelatihan dengan WHO, Kementerian Kesehatan, dan berkoordinasi dengan Satgas Covid-19 untuk menerjunkan relawan ini dalam membantu mitigasi, terutama dalam komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE), melakukan tracing, pendampingan terhadap orang tanpa gejala (OTG) atau ODP dan PDP. Program tersebut dilakukan secara daring maupun luring,” terangnya. (Baca juga: Kenali Bahaya Virus Rotavirus yang Bisa Mematikan)

Selain itu, Kemendikbud juga melakukan program KKN Tematik. Kegiatan itu melibatkan mahasiswa yang sedang menjalani Kuliah Kerja Nyata (KKN) dengan salah satu misinya, yaitu mendidik masyarakat tentang melindungi diri dan keluarga dari bahaya Covid-19. Lebih dari 50.000 mahasiswa terjun mengikuti program tersebut.

Selain itu, Nizam juga mengungkapkan ada keterlibatan alumni dan penerima Program Bidik Misi. Mereka secara sukarela membantu mendidik tetangga di sekitarnya untuk membantu mitigasi Covid-19. “Jadi, kita all out membantu upaya teman-teman Satgas untuk segera keluar dari Covid-19 ini,” tukasnya.

Sejauh ini dampak program tersebut tidak hanya terhadap para mahasiswa, tetapi juga pada lingkungan sekitarnya. Di Indonesia tercatat sekitar 8 juta mahasiswa. Bila satu mahasiswa bisa mengedukasi dan mengubah perilaku minimal lima orang, maka ada sekitar 40 juta orang yang bisa merubah perilaku.

Dia juga mengungkapkan, Indonesia memiliki hampir 3 juta guru. Satu guru diperkirakan mengajar 20-40 murid. Jika guru tersebut menjadi agen dan duta perubahan perilaku, maka ada sekitar 60 juta siswa yang akan mengubah perilakunya menjadi hidup bersih dan sehat. Kemudian, para siswa tersebut juga akan berdampak terhadap keluarga dan ikut mengubah perilaku seluruh masyarakat. (Baca juga: Petinggi KAMI Ditangkap, Ini Tanggapan Din Syamsuddin)

“Ini harus menjadi gerakan nasional. Ada dutanya dan juga agen-agen yang turun sampai di tingkat keluarga. Ini bisa kita lakukan perubahan tersebut secara terstruktur dan masif sehingga seluruh masyarakat Indonesia menjadi berperilaku hidup bersih dan sehat. Kita wujudkan Indonesia yang sehat, kuat, dan maju,” terang Nizam.

Dia lantas menjelaskan perbedaan signifikan antara duta perubahan perilaku dengan RECON, yaitu pada fokus tujuannya. Khusus relawan (RECON) di bidang kesehatan yakni membantu dalam testing, tracing hingga treatment kasus Covid-19 serta memberikan konseling. Sedangkan duta perubahan bertujuan untuk mengampanyekan perubahan perilaku secara masif di lingkungan masing-masing di tingkat RT, RW, kelurahan, kecamatan.

Dalam kaitan dengan Kampus Merdeka, kata Nizam, mahasiswa yang menjadi relawan kesehatan juga bisa belajar tentang epidemiologi, komunikasi, tracking, testing, dan sebagainya. “Itu bisa dihargai dengan SKS. Kita siapkan modulnya, programnya. Termasuk duta perubahan, mereka bisa melakukan pengamatan perubahan sosial yang bisa menjadi tulisan karya ilmiah. Bisa mengamati juga perilaku ekonomi. Jadi, itu bisa menjadi pembentuk kompetensi diri sesuai dengan keilmuannya dan nanti bisa diakui dengan SKS,” terangnya.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1324 seconds (0.1#10.140)