Hijrah Hidup Hijau

Kamis, 24 September 2020 - 07:26 WIB
loading...
Hijrah Hidup Hijau
Nirwono Joga
A A A
Nirwono Joga
Pusat Studi Perkotaan

DI era normal baru, sehat dan kesehatan ialah hal terpenting saat ini di tengah pandemi korona. Dengan menjaga badan tetap sehat dan bugar, kita dapat menahan serangan virus korona. Untuk itu, kota harus menyediakan infrastruktur kesehatan masyarakat. Salah satu bentuknya berupa taman. Kota yang sehat adalah kota yang bisa menyediakan taman kota sebanyak-banyaknya bagi masyarakat.

Taman menjadi oase kerinduan rakyat terhadap ruang terbuka hijau (RTH) sebagai ruang terbuka publik kota. Kota yang nyaman akan membuat seluruh aspirasi dan kreativitas penduduknya tersalurkan. Dan, itu membuat warga bahagia dan sehat.

Ruang terbuka publik memberikan manfaat signifikan bagi kehidupan masyarakat perkotaan. Ia menjadi titik pengikat dalam struktur kota. Dia berperan sebagai pusat interaksi dan komunikasi masyarakat baik formal maupun informal, individu atau kelompok. Di sanalah biasanya berkembang kegiatan masyarakat yang berkaitan dengan sosial, ekonomi, dan budaya.

Ruang terbuka publik bisa menjadi tempat evakuasi masyarakat saat terjadi bencana banjir, kebakaran, atau gempa bumi. Tak kalah penting, ruang terbuka publik berperan sebagai paru-paru kota yang menyehatkan kota dan kita. Karakter kota Indonesia di masa normal baru akan ikut ditentukan oleh keberadaan ruang publik, terutama taman, pasar, dan jalan. Keberhasilan menyatukan ketiga elemen itu dalam struktur ruang kota akan menciptakan peningkatan kualitas tata ruang kota berkelanjutan.

Bermacam-macam tipologi ruang yang bisa kita temukan dengan berbagai karakter yang dimilikinya, antara lain taman, lapangan dan plaza, ruang peringatan, pasar, jalan, tempat bermain, jalur hijau, atrium didalam ruang, pusat perbelanjaan di pusat kota, ruang di lingkungan rumah.

Keberpihakan pemerintah terhadap pembangunan RTH berupa taman kota sebagai ruang publik merupakan sumbangan berharga bagi kesehatan fisik mental masyarakat, dan itu merupakan modal membangun kota sehat di tengah pandemi korona. Keterlibatan komunitas masyarakat menghidupkan ruang publik kota dengan berbagai kegiatan terbatas sesuai protokol kesehatan turut membangun budaya bertaman.

Kota bukanlah sekadar bangunan dan penghuninya. Kota yang hidup selau ada ruang-ruang terbuka pembangun peradaban kota sehat. Tempat orang berolahraga, anak-anak bermain dengan aman, lansia senam relaksasi, dan menjadi manusia yang sehat.

Kita selalu merindukan taman, ruang bernafas kota. Ekosistem yang sehat dengan beragam tumbuhan dan makhluk hidup berfungsi membersihkan udara, menyerap gas karbon, dan menciptakan lingkungan yang sehat bagi makhluk hidup, termasuk manusia. Alam memiliki hukumnya sendiri dan sistem yang bekerja di dalamnya membentuk suatu untaian rantaian kehidupan.

Idealnya, RTH tersedia minimal 30 persen dari total wilayah suatu kota. Tujuannya agar kota bisa bernafas lega, bebas asma dan sesak nafas. Ruang publik seperti stadion olahraga, sempadan sungai, pantai, harus terbuka untuk kegiatan-kegiatan umum lintas warga dan lintas usia. Sementara itu, jalan, selain sebagai ruang pergerakan dan berikut fasilitas infrastrukturnya, jalur hijau, jalur pejalan kaki, dan jalur sepeda, telah menjadi ajang ruang publik berskala besar, seperti pesta rakyat, karnaval festival kebudayaan, lomba lari, atau jalur bebas kendaraan bermotor di akhir pekan.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.4113 seconds (0.1#10.140)