Rektor Unhan Paparkan Pentingnya Penguasaan Teknologi Roket untuk Pertahanan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Roket merupakan teknologi yang terus dikembangkan oleh Indonesia guna membangun pertahanan nasional. Sebab, negara yang mampu menguasai teknologi roket akan disegani negara-negara di dunia. (Baca juga: Era Jokowi, Kekuatan Pertahanan Indonesia Terus Diperkuat)
Hal itu diungkapkan Rektor Universitas Pertahanan (Unhan) Laksdya TNI Amarulla Octavian saat menjadi keynote speaker dalam acara Teknolog Roket, Selasa (22/9/2020). ”Indikator keberhasilan penyelenggaraan pertahanan negara tercermin dalam daya tangkal bangsa terhadap setiap ancaman yang membahayakan kehidupan bangsa dan negara. Baik dari luar maupun dalam negeri,” ujarnya. (Baca juga: Rektor Unhan: Perang Balkan Pelajaran untuk Memelihara Perdamaian Indonesia)
Perwira tinggi Angkatan Laut (AL) yang pernah mengenyam pendidikan spesialisasi anti kapal selam ini menjelaskan, teknologi roket yang dimiliki suatu negara menjadikan bangsa tersebut memiliki kemandirian dalam peluncuran satelit baik untuk keperluan sipil terlebih kepentingan pertahanan Negara. ”Teknologi roket merupakan salah satu system yang tepat dalam pelaksanaan pemantauan wilayah mengingat letak geografis Indonesia yang terdiri dari kepulauan-kepulauan. Pemantauan tidak hanya untuk keperluan militer tapi juga dalam berbagai aspek kehidupan seperti iklim dan Sumber Daya Alam (SDA),” katanya. (Baca juga: Laksdya TNI Amarulla Octavian Tutup Penataran Bela Negara Dosen Unhan)
Mantan Dansesko TNI AL menyebut, saat ini negara-negara di dunia yang telah mampu mengembangkan roket pertahanan antara lain, Amerika Serikat, Rusia, China, Jepang, India, dan Brazil. Sedangkan negara-negara yang tengah mengembangkan roket pertahanan adalah Iran. ”Indonesia juga melakukan kerja sama dengan beberapa negara dalam mengembangkan teknologi roket. Kerja sama yang dilakukan berupa pengembangan roket jangkauan 200 Km,” ucapnya.
Lulusan Royal Australian Navy Maritiem Studies Period ini mengatakan, dalam pertahanan negara ada lima sasaran strategis. Pertama, menangkal segala bentuk ancaman yang membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan keselamatan seluruh bangsa. ”Kedua, siap menghadapi perang dari agresi militer. Ketiga mampu menanggulangi ancaman yang mengganggu kepentingan dan eksistensi NKRI,” paparnya.
Sedangkan sasaran strategis yang keempat yakni, mampu menangani ancaman nirmiliter yang berimplikasi terhadap kedaulatan negara, keutuhan wilayah NKRI dan keselamatan bangsa. Terakhir, kata Octavian, adalah mewujudkan perdamaian dunia dan stabilitas regional.
Hal itu diungkapkan Rektor Universitas Pertahanan (Unhan) Laksdya TNI Amarulla Octavian saat menjadi keynote speaker dalam acara Teknolog Roket, Selasa (22/9/2020). ”Indikator keberhasilan penyelenggaraan pertahanan negara tercermin dalam daya tangkal bangsa terhadap setiap ancaman yang membahayakan kehidupan bangsa dan negara. Baik dari luar maupun dalam negeri,” ujarnya. (Baca juga: Rektor Unhan: Perang Balkan Pelajaran untuk Memelihara Perdamaian Indonesia)
Perwira tinggi Angkatan Laut (AL) yang pernah mengenyam pendidikan spesialisasi anti kapal selam ini menjelaskan, teknologi roket yang dimiliki suatu negara menjadikan bangsa tersebut memiliki kemandirian dalam peluncuran satelit baik untuk keperluan sipil terlebih kepentingan pertahanan Negara. ”Teknologi roket merupakan salah satu system yang tepat dalam pelaksanaan pemantauan wilayah mengingat letak geografis Indonesia yang terdiri dari kepulauan-kepulauan. Pemantauan tidak hanya untuk keperluan militer tapi juga dalam berbagai aspek kehidupan seperti iklim dan Sumber Daya Alam (SDA),” katanya. (Baca juga: Laksdya TNI Amarulla Octavian Tutup Penataran Bela Negara Dosen Unhan)
Mantan Dansesko TNI AL menyebut, saat ini negara-negara di dunia yang telah mampu mengembangkan roket pertahanan antara lain, Amerika Serikat, Rusia, China, Jepang, India, dan Brazil. Sedangkan negara-negara yang tengah mengembangkan roket pertahanan adalah Iran. ”Indonesia juga melakukan kerja sama dengan beberapa negara dalam mengembangkan teknologi roket. Kerja sama yang dilakukan berupa pengembangan roket jangkauan 200 Km,” ucapnya.
Lulusan Royal Australian Navy Maritiem Studies Period ini mengatakan, dalam pertahanan negara ada lima sasaran strategis. Pertama, menangkal segala bentuk ancaman yang membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan keselamatan seluruh bangsa. ”Kedua, siap menghadapi perang dari agresi militer. Ketiga mampu menanggulangi ancaman yang mengganggu kepentingan dan eksistensi NKRI,” paparnya.
Sedangkan sasaran strategis yang keempat yakni, mampu menangani ancaman nirmiliter yang berimplikasi terhadap kedaulatan negara, keutuhan wilayah NKRI dan keselamatan bangsa. Terakhir, kata Octavian, adalah mewujudkan perdamaian dunia dan stabilitas regional.
(cip)