Ketua DPP Perindo: Kerja Keras dan Prestasi Jadi Kunci Peran Perempuan di Politik
loading...

Ketua DPP Partai Perindo Bidang Kesehatan Masyarakat Sri Gusni Febriasari menegaskan, perempuan perlu membuktikan kemampuannya di dunia politik lewat kerja keras dan prestasi. Foto/Istimewa
A
A
A
JAKARTA - Dunia politik masih menjadi arena yang penuh tantangan bagi perempuan. Ketua DPP Partai Perindo Bidang Kesehatan Masyarakat Sri Gusni Febriasari menegaskan, perempuan perlu membuktikan kemampuannya di dunia politik lewat kerja keras dan prestasi.
Hal itu disampaikan dalam Monthly Talk bertajuk "Penguatan Keterwakilan dan Peran Perempuan pada Legislatif" yang digelar ILUNI Universitas Indonesia. Dia menyoroti banyaknya stigma dan stereotip yang menghalangi perempuan untuk berkiprah lebih luas dalam politik. Bahkan, perempuan yang terjun ke politik sering dipandang sebelah mata.
"Saat perempuan memutuskan untuk terjun ke dunia politik, kita dihadapkan pada stigma bahwa perempuan dianggap kurang mampu dibandingkan laki-laki. Ini menjadi tantangan besar bagi kita semua," ungkapnya dalam diskusi yang disiarkan di kanal YouTube resmi ILUNI UI, Jumat (25/4/2025).
Baca juga: Legislator Perindo Hadiri Lebaran Sekampung Rawa Buaya: Budaya Betawi Harus Dikembangkan
Dia menambahkan, budaya patriarki juga masih menjadi hambatan besar bagi perempuan untuk menduduki posisi-posisi strategis. "Kita masih hidup dalam budaya yang menganggap bahwa perempuan tidak layak memimpin, bahkan terhadap laki-laki sekalipun," tuturnya.
Untuk melawan stigma tersebut, dia mengajak kaum perempuan untuk fokus pada pengembangan diri, membangun kapabilitas dan memberikan kontribusi nyata di berbagai bidang. "Cara terbaik untuk melawan stereotip ini adalah dengan menunjukkan hasil melalui kerja keras dan prestasi," tegasnya.
Sri Gusni juga menyoroti soal affirmative action yang seharusnya mendukung keterwakilan perempuan minimal 30% di legislatif. Sayangnya, target ini belum tercapai.
"Hari ini, walaupun konstitusi telah mengatur affirmative action untuk perempuan, faktanya keterwakilan perempuan yang benar-benar terpilih masih jauh dari 30%," terangnya, mengutip diskusi dengan Titi Anggraini dari Perludem.
Untuk itu, lanjut Sri Gusni penting dibangun ekosistem politik yang sehat, yang tidak hanya sekadar mencatat angka keterwakilan, tetapi juga memastikan perempuan benar-benar dapat memberikan pengaruh dalam pembuatan kebijakan.
Dia juga memberikan apresiasi kepada Angela Tanoesoedibjo, Ketua Umum Partai Perindo, yang konsisten mendorong keterlibatan perempuan dalam politik, serta memberikan ruang dan dukungan konkret bagi perempuan untuk tampil sebagai pemimpin di berbagai level pengambilan kebijakan.
"Tujuan utama dari keterwakilan ini adalah agar kebijakan-kebijakan yang dihasilkan mampu mempresentasikan suara dan kebutuhan perempuan di masyarakat," ucap lulusan S2 Intervensi Sosial, Psikologi Terapan Universitas Indonesia ini.
Di akhir sesi, dia mengingatkan terkait beban ganda yang sering dihadapi perempuan, terutama setelah berkeluarga. Menurutnya, ini menjadi tantangan besar yang harus dipikirkan bersama dalam menciptakan kesetaraan peran, baik di rumah tangga maupun di ruang publik.
Acara ini merupakan bagian dari komitmen ILUNI UI dan Women Empowerment Center untuk terus memperjuangkan peningkatan kapasitas dan kepemimpinan perempuan di berbagai sektor. Acara ini diinisiasi Women Empowerment Center ILUNI UI di bawah kepemimpinan Visna Vulvovik, dengan dukungan penuh dari Ketua Umum ILUNI UI Didit Ratam.
Hal itu disampaikan dalam Monthly Talk bertajuk "Penguatan Keterwakilan dan Peran Perempuan pada Legislatif" yang digelar ILUNI Universitas Indonesia. Dia menyoroti banyaknya stigma dan stereotip yang menghalangi perempuan untuk berkiprah lebih luas dalam politik. Bahkan, perempuan yang terjun ke politik sering dipandang sebelah mata.
"Saat perempuan memutuskan untuk terjun ke dunia politik, kita dihadapkan pada stigma bahwa perempuan dianggap kurang mampu dibandingkan laki-laki. Ini menjadi tantangan besar bagi kita semua," ungkapnya dalam diskusi yang disiarkan di kanal YouTube resmi ILUNI UI, Jumat (25/4/2025).
Baca juga: Legislator Perindo Hadiri Lebaran Sekampung Rawa Buaya: Budaya Betawi Harus Dikembangkan
Dia menambahkan, budaya patriarki juga masih menjadi hambatan besar bagi perempuan untuk menduduki posisi-posisi strategis. "Kita masih hidup dalam budaya yang menganggap bahwa perempuan tidak layak memimpin, bahkan terhadap laki-laki sekalipun," tuturnya.
Untuk melawan stigma tersebut, dia mengajak kaum perempuan untuk fokus pada pengembangan diri, membangun kapabilitas dan memberikan kontribusi nyata di berbagai bidang. "Cara terbaik untuk melawan stereotip ini adalah dengan menunjukkan hasil melalui kerja keras dan prestasi," tegasnya.
Sri Gusni juga menyoroti soal affirmative action yang seharusnya mendukung keterwakilan perempuan minimal 30% di legislatif. Sayangnya, target ini belum tercapai.
"Hari ini, walaupun konstitusi telah mengatur affirmative action untuk perempuan, faktanya keterwakilan perempuan yang benar-benar terpilih masih jauh dari 30%," terangnya, mengutip diskusi dengan Titi Anggraini dari Perludem.
Untuk itu, lanjut Sri Gusni penting dibangun ekosistem politik yang sehat, yang tidak hanya sekadar mencatat angka keterwakilan, tetapi juga memastikan perempuan benar-benar dapat memberikan pengaruh dalam pembuatan kebijakan.
Dia juga memberikan apresiasi kepada Angela Tanoesoedibjo, Ketua Umum Partai Perindo, yang konsisten mendorong keterlibatan perempuan dalam politik, serta memberikan ruang dan dukungan konkret bagi perempuan untuk tampil sebagai pemimpin di berbagai level pengambilan kebijakan.
"Tujuan utama dari keterwakilan ini adalah agar kebijakan-kebijakan yang dihasilkan mampu mempresentasikan suara dan kebutuhan perempuan di masyarakat," ucap lulusan S2 Intervensi Sosial, Psikologi Terapan Universitas Indonesia ini.
Di akhir sesi, dia mengingatkan terkait beban ganda yang sering dihadapi perempuan, terutama setelah berkeluarga. Menurutnya, ini menjadi tantangan besar yang harus dipikirkan bersama dalam menciptakan kesetaraan peran, baik di rumah tangga maupun di ruang publik.
Acara ini merupakan bagian dari komitmen ILUNI UI dan Women Empowerment Center untuk terus memperjuangkan peningkatan kapasitas dan kepemimpinan perempuan di berbagai sektor. Acara ini diinisiasi Women Empowerment Center ILUNI UI di bawah kepemimpinan Visna Vulvovik, dengan dukungan penuh dari Ketua Umum ILUNI UI Didit Ratam.
(rca)
Lihat Juga :