Ingin Menang di Sumbar? Ini Saran Analis Politik Buat PDIP

Sabtu, 05 September 2020 - 19:39 WIB
loading...
Ingin Menang di Sumbar? Ini Saran Analis Politik Buat PDIP
Ketua Umum DPP PDIP Megawati Soekarnoputri. Foto/dok.SINDOnews
A A A
JAKARTA - Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri mempertanyakan mengapa rakyat Sumatera Barat belum suka PDIP. Pernyataan ini mencerminkan adanya perhatian PDIP khusus sekaligus menunjukkan adanya kesadaran untuk mengevaluasi kinerja di Bumi Minangkabau, di mana PDIP tidak pernah menang sepanjang sejarah pemilu.

”Munculnya kesadaran untuk mengevaluasi merupakan langkah maju. Namun, akan lebih baik, jika proses evaluasi dilakukan secara serius dan sistematis. Salah satunya memerlukan riset dan kajian secara holistik,” ujar Direktur Eksekutif Indonesian Public Institute (IPI) Karyono Wibowo dalam pernyataan tertulis yang diterima SINDOnews, Sabtu (5/9/2020).

(Baca: Buang PDIP, Pengamat Nilai Keputusan Mulyadi-Ali Mukhni Rasional)

Karyono mengungkapkan, sejumlah pertanyaan kerap muncul mengapa PDIP selalu kalah di Sumbar dalam setiap pemilu maupun pemilihan presiden (Pilpres), termasuk kekalahan di Pilpres 2019 lalu. Padahal, pemerintahan Joko Widodo merasa telah memberi perhatian cukup dengan membangun sejumlah fasilitas di wilayah ini.

Menurut Karyono, fenomena ini mengafirmasi bahwa pendekatan kebijakan pembangunan fisik tidak cukup efektif "menjinakkan" masyarakat Sumbar. “Mengapa ini terjadi? Mungkin faktor geanologi politik dan ideologi masih dominan menjadi pertimbangan utama dalam menentukan pilihan,” ujar dia.

Dia mengungkapkan, geanologi politik masyarakat Sumbar saat ini belum lepas dari politik aliran di masa lalu. Dalam konteks ideologis, pengaruh Partai Masyumi masih sangat kuat hingga sekarang meskipun pasca Pemilu 1955 dan sejak Masyumi dibubarkan ada pergeseran.

(Baca: Kembalikan SK Dukungan PDIP, Mulyadi-Ali Mukhni Ogah Jadi Bulan-bulanan di Pilgub Sumbar)

Nah, menurut Karyono, salah satu faktor lemahnya dukungan PDIP di Sumbar adalah kurang mencermati pergeseran politik yang terjadi. Dia mencontohkan PDIP tidak memiliki tokoh lokal berpengaruh yang dapat menarik pemilih. Padahal, hal ini dibutuhkan dalam marketing politik. Strategi endorsements tokoh berpengaruh sebagai pengepul suara atau vote getter. ”Hal ini penting di tengah budaya patronase politik yang masih kuat.

Kekalahan PDIP di Sumatera Barat jika ditarik lebih jauh juga disebabkan faktor sejarah hubungan Soekarno dengan sejumlah tokoh Sumbar, terutama yang saat itu terlibat PRRI/PERMESTA. Pengerahan militer untuk menumpas gerakan tersebut kurang diterima. Soekarno adalah orang yang paling bertanggung jawab atas kebijakan itu. Inilah yang menyebabkan partai yang dekat dengan sosok Sukarno baik PNI, PDI dan PDIP tidak pernah menang di Sumbar.

(Baca: Sentil Puan, Fadli Zon: Hanya Orang Tak Mengerti Sejarah Ragukan Sumbar)

Namun sejak reformasi telah terjadi pergeseran kekuatan politik yang menunjukkan masyarakat Sumbar semakin cair. Hal itu dubuktikan dengan peta perolehan suara partai dalam sejumlah pemilu dimenangi partai berhaluan nasionalis yaitu Golkar (2004), Demokrat (2009), Golkar (2014), dan Gerindra (2019). Hanya pada Pemilu 1999 yang dimenangi oleh partai yang cukup dekat dengan pemilih Islam, yakni Partai Amanat Nasional.

Fenomena politik ini, lanjut Karyono, semestinya mendorong PDIP melakukan evaluasi secara holistik melalui penelitian tersistematis. Dari penelitian itu tentu dapat ditemukan cara yang pas agar masyarakat Sumbar bisa menerima, menyukai dan memilih PDIP.

”Untuk meluluhkan hati masyarakat Sumbar memerlukan pendekatan persuasif dan beradaptasi dengan budaya lokal, tidak cukup dengan cara-cara parsial, sporadis dan instan,” kata dia.
(muh)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.0939 seconds (0.1#10.140)