Ada Kasus Pertama Virus Corona, Masyarakat Diminta Tak Perlu Panik
A
A
A
JAKARTA - Temuan dua warga Kota Depok, Jawa Barat, yang positif terpapar virus korona mengagetkan karena tercatat sebagai kasus pertama di Indonesia. Namun, masyarakat diminta tidak perlu panik seperti dengan memborong masker atau kebutuhan pokok berlebihan.
Salah satu langkah agar tidak tertular virus korona (Covid-19) ini adalah dengan menjaga imunitas tubuh. Dengan daya tahan yang baik virus tidak akan mudah masuk ke dalam tubuh. Secara medis, kekhawatiran dan kepanikan yang berlebihan juga rawan mengganggu kekebalan tubuh seseorang. Untuk itu, kematangan sikap dan bertindak sangat dibutuhkan menghadapi ancaman virus dari China yang belum ditemukan penangkalnya ini.
Guna meredakan ketegangan yang dirasakan sebagian masyarakat, pemerintah juga perlu segera membuat langkah taktis seperti sosialisasi secara masif. Koordinasi antarlembaga atau dengan pemerintah daerah juga mendesak dibutuhkan agar penjelasan dan kebijakan penanganan virus korona tidak simpang siur yang memicu kebingungan masyarakat.
Menteri Kesehatan (Menkes) Terawan Agus Putranto menegaskan, tak semua orang yang berkontak fisik dengan korban otomatis terpapar juga korona. Kerawanan baru terjadi jika seseorang merasa sakit. Bila ada warga yang merasa mengalami gejala korona, Terawan meminta agar mereka segera melakukan pengecekan darah. “Setelah lima hari barulah akan terlihat. Penanganan selanjutnya ditentukan dari hasil tes,” katanya di RSPI Sulianti Saroso, Jakarta Utara, kemarin.
Terawan mengimbau masyarakat hidup sehat dengan melakukan tidur cukup dan meminum vitamin baik. Soal penggunaan masker, dia menyarankan agar alat pelindung itu hanya dipakai apabila seseorang mengalami gejala kesehatan. Saat membesuk dua pasien korona di RSPI Sulianti Saroso kemarin Terawan dan seluruh stafnya juga tak satu pun menggunakan masker.
Ketua Tim Penyakit Infeksi Emerging RSUP Dr Kariadi, Muchlis Achsan Udji, meminta kepada masyarakat supaya tak perlu panik dalam menyikapi kemungkinan penyebaran virus korona yang kini sudah masuk ke Indonesia. Jika seseorang dalam kondisi panik maka sistem kekebalan tubuhnya akan terganggu. Saat sistem imun tubuh manusia terganggu maka akan mudah virus atau bakteri masuk. “Penyakit ini sangat menular. Namun, hal yang harus ditekankan kepada masyarakat, jangan sampai panik karena penyebabnya adalah virus dan virus bisa diatasi kalau sistem kekebalan tubuh kita bagus,” ujarnya kemarin.
Pemerintah, melalui Kementerian Kesehatan (Kemenkes), sudah mempersiapkan langkah antisipasi dan upaya penanganan agar virus ini tidak sampai menjadi wabah di Tanah Air. Bahkan, Kemenkes juga sudah membentuk tim yang terdiri atas sejumlah rumah sakit besar dan dibagi dalam beberapa zona.
Imbauan agar masyarakat Indonesia tidak resah dan panik juga disampaikan Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy. "Seperti imbauan Presiden, masyarakat jangan panik. Bahwa waspada tinggi iya dan kita akan koordinasikan dengan masing-masing daerah termasuk rumah sakit akan kita perbanyak rumah sakit rujukan," ujarnya di Kantor BNPB Jakarta kemarin.
Pemerintah saat ini masih terus mengupayakan berbagai langkah antisipatif agar dampak virus korona di Indonesia tidak menyebar luas. Koordinasi antarpihak terkait, ujar mantan rektor Universitas Muhammadiyah Malang ini, menjadi salah satu kunci utama untuk mencari solusi atas permasalahan tersebut. Untuk itu, dibutuhkan sosialisasi mendesak antara lain di sekolah-sekolah, pos pelayanan terpadu, termasuk RT/RW lingkungan tempat tinggal masyarakat.
Elite dan Tokoh Perlu Bersatu
Komisi IX DPR menilai bahwa dua warga Depok yang positif terjangkit virus korona perlu dianggap serius. Untuk itu, DPR meminta pemerintah segera menjalankan protokol kesehatan. Para pemimpin dan tokoh bangsa juga perlu bahu membahu dalam penanganan virus ini. Pemerintah juga diminta bisa belajar dari negara-negara yang berhasil menangani kasus korona ini dengan baik. “Semua pemimpin bangsa, tokoh politik, bergandengan tangan dengan pemerintah, khususnya Kemenkes, dalam menangani penularan virus korona,” kata Wakil Ketua Komisi IX DPR Melkiades Laka Lena.
Selain itu, pemerintah dan jajarannya juga perlu memberikan rasa tenang kepada masyarakat dengan cara memberikan edukasi dan informasi tentang pencegahan dan penularan virus korona di Indonesia. Wakil Ketua MPR Syarief Hasan mengatakan, temuan adanya dua warga negara Indonesia yang dinyatakan positif terinfeksi virus korona kemarin menjawab kesangsian sejumlah negara mengenai virus korona di Indonesia.
Meski demikian, pemerintah Indonesia tidak perlu bingung karena nyatanya ada beberapa negara yang terbukti memiliki pengalaman baik dalam penanganan virus ini. Vietnam, misalnya, seluruh pasien yang terinfeksi diketahui telah berhasil dikeluarkan dari rumah sakit dan dinyatakan sembuh. Terdapat 16 pasien yang sebelumnya dikonfirmasi positif korona.
Syarief meminta Pemerintah Indonesia meningkatkan sosialisasi kepada masyarakat terkait kewaspadaan yang dibutuhkan. "Pemerintah juga perlu mempersiapkan peralatan yang dibutuhkan oleh rakyat, misalnya masker. Sekarang ini kan sudah agak sulit ini (mendapatkan masker)," katanya.
Ketua PBNU Bidang Kesehatan dr Syahrizal Syarif menilai, perang yang sesungguhnya terhadap virus korona baru saja dimulai. Untuk itu diperlukan sejumlah langkah yang strategis dalam penangannya.
Di antara langkah yang bisa ditempuh pemerintah antara lain membentuk tim khusus di tingkat nasional dan dukungan anggaran yang jelas untuk melakukan tugas deteksi dini. "Perlu alat angkut ambulans yang memenuhi syarat alat angkut pasien terduga, surveilans aktif, penelusuran kontak," katanya.
Bagi rumah sakit, perlu peningkatan kemampuan pengambilan dan pengiriman spesimen yang tepat. Di samping itu, kesiapan ruang isolasi yang memadai. Para petugas kesehatan, medis, dan paramedis, perlu memperhatikan keselamatan diri dalam pelayanan dan melakukan surveilans aktif gejala flu, dengan perhatian khusus untuk kasus broncho-pneumonia dan pneumonia.
Menurut Syahrizal, adanya dua kasus virus korona di Indonesia menjawab tiga hal yang beredar di masyarakat. Pertama, tidak benar genetik Indonesia kebal Covid-19. Kedua, tidak benar iklim tropis membuat virus tidak bisa hidup. Ketiga, menepis keraguan bahwa Laboratorium Litbangkes tidak mampu mendiagnosis Covid-19. (Ahmad Antoni/Abdul Rochim/Neneng Z/Yan Yusuf)
Salah satu langkah agar tidak tertular virus korona (Covid-19) ini adalah dengan menjaga imunitas tubuh. Dengan daya tahan yang baik virus tidak akan mudah masuk ke dalam tubuh. Secara medis, kekhawatiran dan kepanikan yang berlebihan juga rawan mengganggu kekebalan tubuh seseorang. Untuk itu, kematangan sikap dan bertindak sangat dibutuhkan menghadapi ancaman virus dari China yang belum ditemukan penangkalnya ini.
Guna meredakan ketegangan yang dirasakan sebagian masyarakat, pemerintah juga perlu segera membuat langkah taktis seperti sosialisasi secara masif. Koordinasi antarlembaga atau dengan pemerintah daerah juga mendesak dibutuhkan agar penjelasan dan kebijakan penanganan virus korona tidak simpang siur yang memicu kebingungan masyarakat.
Menteri Kesehatan (Menkes) Terawan Agus Putranto menegaskan, tak semua orang yang berkontak fisik dengan korban otomatis terpapar juga korona. Kerawanan baru terjadi jika seseorang merasa sakit. Bila ada warga yang merasa mengalami gejala korona, Terawan meminta agar mereka segera melakukan pengecekan darah. “Setelah lima hari barulah akan terlihat. Penanganan selanjutnya ditentukan dari hasil tes,” katanya di RSPI Sulianti Saroso, Jakarta Utara, kemarin.
Terawan mengimbau masyarakat hidup sehat dengan melakukan tidur cukup dan meminum vitamin baik. Soal penggunaan masker, dia menyarankan agar alat pelindung itu hanya dipakai apabila seseorang mengalami gejala kesehatan. Saat membesuk dua pasien korona di RSPI Sulianti Saroso kemarin Terawan dan seluruh stafnya juga tak satu pun menggunakan masker.
Ketua Tim Penyakit Infeksi Emerging RSUP Dr Kariadi, Muchlis Achsan Udji, meminta kepada masyarakat supaya tak perlu panik dalam menyikapi kemungkinan penyebaran virus korona yang kini sudah masuk ke Indonesia. Jika seseorang dalam kondisi panik maka sistem kekebalan tubuhnya akan terganggu. Saat sistem imun tubuh manusia terganggu maka akan mudah virus atau bakteri masuk. “Penyakit ini sangat menular. Namun, hal yang harus ditekankan kepada masyarakat, jangan sampai panik karena penyebabnya adalah virus dan virus bisa diatasi kalau sistem kekebalan tubuh kita bagus,” ujarnya kemarin.
Pemerintah, melalui Kementerian Kesehatan (Kemenkes), sudah mempersiapkan langkah antisipasi dan upaya penanganan agar virus ini tidak sampai menjadi wabah di Tanah Air. Bahkan, Kemenkes juga sudah membentuk tim yang terdiri atas sejumlah rumah sakit besar dan dibagi dalam beberapa zona.
Imbauan agar masyarakat Indonesia tidak resah dan panik juga disampaikan Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy. "Seperti imbauan Presiden, masyarakat jangan panik. Bahwa waspada tinggi iya dan kita akan koordinasikan dengan masing-masing daerah termasuk rumah sakit akan kita perbanyak rumah sakit rujukan," ujarnya di Kantor BNPB Jakarta kemarin.
Pemerintah saat ini masih terus mengupayakan berbagai langkah antisipatif agar dampak virus korona di Indonesia tidak menyebar luas. Koordinasi antarpihak terkait, ujar mantan rektor Universitas Muhammadiyah Malang ini, menjadi salah satu kunci utama untuk mencari solusi atas permasalahan tersebut. Untuk itu, dibutuhkan sosialisasi mendesak antara lain di sekolah-sekolah, pos pelayanan terpadu, termasuk RT/RW lingkungan tempat tinggal masyarakat.
Elite dan Tokoh Perlu Bersatu
Komisi IX DPR menilai bahwa dua warga Depok yang positif terjangkit virus korona perlu dianggap serius. Untuk itu, DPR meminta pemerintah segera menjalankan protokol kesehatan. Para pemimpin dan tokoh bangsa juga perlu bahu membahu dalam penanganan virus ini. Pemerintah juga diminta bisa belajar dari negara-negara yang berhasil menangani kasus korona ini dengan baik. “Semua pemimpin bangsa, tokoh politik, bergandengan tangan dengan pemerintah, khususnya Kemenkes, dalam menangani penularan virus korona,” kata Wakil Ketua Komisi IX DPR Melkiades Laka Lena.
Selain itu, pemerintah dan jajarannya juga perlu memberikan rasa tenang kepada masyarakat dengan cara memberikan edukasi dan informasi tentang pencegahan dan penularan virus korona di Indonesia. Wakil Ketua MPR Syarief Hasan mengatakan, temuan adanya dua warga negara Indonesia yang dinyatakan positif terinfeksi virus korona kemarin menjawab kesangsian sejumlah negara mengenai virus korona di Indonesia.
Meski demikian, pemerintah Indonesia tidak perlu bingung karena nyatanya ada beberapa negara yang terbukti memiliki pengalaman baik dalam penanganan virus ini. Vietnam, misalnya, seluruh pasien yang terinfeksi diketahui telah berhasil dikeluarkan dari rumah sakit dan dinyatakan sembuh. Terdapat 16 pasien yang sebelumnya dikonfirmasi positif korona.
Syarief meminta Pemerintah Indonesia meningkatkan sosialisasi kepada masyarakat terkait kewaspadaan yang dibutuhkan. "Pemerintah juga perlu mempersiapkan peralatan yang dibutuhkan oleh rakyat, misalnya masker. Sekarang ini kan sudah agak sulit ini (mendapatkan masker)," katanya.
Ketua PBNU Bidang Kesehatan dr Syahrizal Syarif menilai, perang yang sesungguhnya terhadap virus korona baru saja dimulai. Untuk itu diperlukan sejumlah langkah yang strategis dalam penangannya.
Di antara langkah yang bisa ditempuh pemerintah antara lain membentuk tim khusus di tingkat nasional dan dukungan anggaran yang jelas untuk melakukan tugas deteksi dini. "Perlu alat angkut ambulans yang memenuhi syarat alat angkut pasien terduga, surveilans aktif, penelusuran kontak," katanya.
Bagi rumah sakit, perlu peningkatan kemampuan pengambilan dan pengiriman spesimen yang tepat. Di samping itu, kesiapan ruang isolasi yang memadai. Para petugas kesehatan, medis, dan paramedis, perlu memperhatikan keselamatan diri dalam pelayanan dan melakukan surveilans aktif gejala flu, dengan perhatian khusus untuk kasus broncho-pneumonia dan pneumonia.
Menurut Syahrizal, adanya dua kasus virus korona di Indonesia menjawab tiga hal yang beredar di masyarakat. Pertama, tidak benar genetik Indonesia kebal Covid-19. Kedua, tidak benar iklim tropis membuat virus tidak bisa hidup. Ketiga, menepis keraguan bahwa Laboratorium Litbangkes tidak mampu mendiagnosis Covid-19. (Ahmad Antoni/Abdul Rochim/Neneng Z/Yan Yusuf)
(ysw)