Mendesak, Indonesia Butuh Pengembangan dan Penguasaan Teknologi

Jum'at, 04 September 2020 - 13:44 WIB
loading...
Mendesak, Indonesia Butuh Pengembangan dan Penguasaan Teknologi
Ketua Aliansi Kebangsaan Pontjo Sutowo (kedua dari kiri) mengatakan, Indonesia harus meningkatkan pengembangan dan penguasaan inovasi teknologi yang saat ini memang masih jauh ketinggalan. Foto/Dok. SINDOnews
A A A
JAKARTA - Teknologi memiliki peran sangat penting bagi kemajuan sebuah peradaban. Untuk itu mendesak bagi Indonesia meningkatkan pengembangan dan penguasaan inovasi teknologi yang saat ini memang masih jauh ketinggalan.

“Bangsa kita juga masih cenderung sebagai pengguna atau konsumen teknologi ketimbang sebagai penemu, pengembang atau produsen teknologi ,” kata Ketua Aliansi Kebangsaan Pontjo Sutowo dalam rilis yang diterima SINDOnews, Jumat (4/9/2020). (Baca juga: Mobil Terbang Bakal Jadi Transportasi Masa Depan)

Kondisi inilah menyebabkan rendahnya tingkat kemandirian dan lemahnya posisi tawar bangsa Indonesia dalam percaturan global. Di sisi lain, riset dan pengembangan teknologi (risbangtek) yang dihasilkan perguruan tinggi belum terhilirisasi dengan baik ke dunia usaha/industri maupun ke masyarakat. Akibatnya hasil riset belum mampu berkontribusi secara signifikan dalam mendorong percepatan penguasaan teknologi bangsa Indonesia. (Baca juga: Inovasi Mahasiswa, Sulap Limbah Kulit Salak Jadi Wedang Susu Nikmat)

Riset yang dilakukan perguruan tinggi saat ini lebih banyak untuk mengejar publikasi ilmiah terutama yang terindeks scopus, prototype, hak paten, dan sejenisnya. Padahal seharusnya hasil risbangtek yang dilakukan perguruan tinggi dapat dihilirisasi dan dihubungkan dengan dunia usaha atau industri. “Karena, teknologi tidak mungkin berkembang tanpa dunia usaha/industri,” ujarnya.

Lebih lanjut Ketua Umum Forum Komunikasi Putra Putri Purnawirawan dan Putra Putri TNI-Polri (FKPPI) ini mengatakan, saat ini jumlah pengusaha di Indonesia baru mencapai 3 % dari jumlah penduduk. Padahal untuk mencapai negara yang maju jumlah pengusaha setidaknya harus mencapai 8-9%. (Baca juga: Kebutuhan Vaksin Corona dan Urgensi Kemandirian Indonesia)

Permasalahan ini utamanya terletak pada budaya kita yang belum berubah, yaitu budaya untuk bekerja dan mengabdi pada sebuah perusahaan ataupun pada sebuah institusi. Bukan budaya untuk membuka usaha baru sehingga menciptakan sebuah lapangan kerja baru
bagi banyak orang. “Jika diibaratkan pembangunan itu adalah sebuah kereta yang ditarik oleh banyak kuda, maka kecepatan kereta kuda tersebut bergantung pada kuda yang paling lambat,” terangnya.

I Dewa Putu Rai dari Badan Pengkajian PPAD menjelaskan pentingnya penguasaan teknologi bagi kemajuan peradaban sebuah bangsa. Seperti diajukan oleh banyak pemikir bahwa semakin tinggi teknologi sebuah peradaban, makin mudah meradiasi lapisan- lapisan budaya pada peradaban lain. “Teknologi telah menjadi faktor diterminan bagi kemajuan peradaban sebuah bangsa agar mampu bersaing di tingkat global,” tuturnya.

Wakil Sekjen FKPPI, Susetya Herawati mengatakan, hakekat pengembangan kewirausahaan memiliki dua dimensi yaitu dimensi pengembangan ekonomi dan penguatan ketahanan nasional. Proses internalisasi sekumpulan sifat-sifat wirausaha menjadi
sikap dan perilaku seseorang.

Pengembangan kewirausahaan adalah proses character building atau pendidikan ahlak yang menghasilkan generasi yang berkarakter wirausaha. Cukup banyak regulasi yang telah dikeluarkan oleh para pemangku kepentingan di bidang pengembangan kewirausahaan. Sayangnya tataran implementasi masih menghadapi berbagai kendala yang cukup serius.
(poe)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2006 seconds (0.1#10.140)